Sixteen.

389 57 26
                                    

Biarkan cinta datang perlahan-lahan. Hingga akhirnya kamu terbiasa akan rasanya.

- Sehun -

***

Memilih diam dan ngga cerita sama Sehun soal Suho menjadi pilihan terakhir buat gue. Dengan begitu, gue sendiri yang akan menjelaskan soal pernikahan gue ke Suho. Berharap dia bakal ngetiin posisi gue.

Mata gue menatap nanar keluar jendela kamar sambil terus berpikir gimana caranya gue bilang?

Gue takut Suho marah, bahkan mungkin benci?

Gue menghela nafas berat. Memejamkan mata sejenak, menghilangkan rasa was-was dalam diri gue.

Sejak sms itu masuk ke handphone gue, perasaan...takut kehilangan? Muncul dari diri gue.

Bukan, gue bukan takut kehilangan Suho.

Tapi Sehun. Gue takut kehilangan dia.

   " Lagi apa?," Suara berat seorang cowok yang sekarang mencemari pikiran gue membuat kepala gue menoleh ke belakang.

Gue menggeleng, lalu Sehun masuk. Memposisikan duduk dikursi depan gue.
   " Ada masalah?," Tanya dia. Alis hitamnya terangkat satu.

Gue nyengir, " Ngga kok."

Sehun mengerenyitkan dahi, " Tumben diam. Biasanya kamu suka sekali ngomong,"

Gue ketawa, menepuk dada dia pelan. "Lagi ngga mood gue."

   " Mau jalan-jalan?," Tawar dia.

Seulas senyum terukir dari bibir gue. Lagi.
   " Kemana?," Tanya gue.

   " Nanti kamu tau."

Gue tampak menimbang-nimbang ajakan dia.

Sebenernya gue ngga tega bohongin Sehun kaya gini. Tapi gue juga ngga tau harus bilang apa ke dia.

Entahlah. Simalakama hidup gue.

Sedetik kemudian gue ngangguk, "Boleh deh, yok"

Tangan Sehun menggenggam tangan gue lembut. Inilah yang gue suka dari dia. Sentuhan lembut memanjakan yang tercipta dari tangannya.

Astaga. Ngefly gue ngefly.

Gue meminta Sehun untuk naik motor aja, soalnya gue lagi pengen menghirup udara kebebasan.

   " Kamu yakin?," Tanya dia lagi.

Gue mengangguk mantap, "Iya."

Dia tersenyum, mengambil alih helm gue dan memakaikannya di kepala gue. Ngga lupa juga jaket yang udah dia siapin buat gue.

Motor dia membelah jalanan ibu kota dengan kecepatan sedang. Dan gue menikmati itu,

Semilir angin yang mengibaskan rambut, Jaket yang dia kasih ke gue, dan genggaman lembut tangan dia tangan gue.

Motor Sehun berhenti di sebuah rumah besar bercat putih. Gue ngga tau ini rumah siapa, yang jelas ini rumah tipe gue banget.

Asri dan Jauh dari kebisingan.

Gue mengerenyitkan dahi menatap dia, " Rumah siapa?," Tanya gue.

Dia ngga ngejawab pertanyaan gue dan memilih turun dari motor.

Seulas senyum tercipta dari bibir merah mudanya saat dia membuka helm

   " Masih mau disitu?," Kata dia dari karena gue belum turun dari motor.

Perfect Husband ✔ OH SEHUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang