The Day is Coming!

184 38 4
                                    

Gue gak pernah menyangka kalau hari ini akan tiba. Satu minggu sejak gue menawarkan Ajeng untuk belajar gitar, dan tadi malam dia menghubungi gue untuk menyetujui jika ia akan belajar gitar di gue. Tentu aja, gue gak akan mengajarkan dia secara percuma. Gue harus meminta bayaran yang setimpal dari dia, bukan dengan uang namun dengan waktunya.

Parkiran fakultas kedokteran hari ini lumayan rame, jadi gue memutuskan untuk meninggalkan mobil di sekitar ruang seni dan berjalan ke fakultas kedokteran untuk menemui Ajeng

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Parkiran fakultas kedokteran hari ini lumayan rame, jadi gue memutuskan untuk meninggalkan mobil di sekitar ruang seni dan berjalan ke fakultas kedokteran untuk menemui Ajeng. Pucuk dicinta, ulam pun tiba. Ajeng lagi ngobrol bareng temen-temennya di sebuah meja yang ada di lantai dasar fakultas kedokteran. Dengan langkah bahagia, gue langsung nyamperin Ajeng.

"Ajeng!" Panggil gue saat hampir dekat dengan Ajeng. Seperti dugaan gue, bukan hanya Ajeng yang menoleh ke arah gue, namun tiga temannya yang lain. "Jadi?" gue bertanya saat sudah tiba didepan Ajeng. Walaupun disekitar gue ada teman-temannya, namun pandangan gue benar-benar tertuju kepadanya.

"Kok kamu kesini? Kan aku udah bilang bakal nyamperin nanti,"

"Nah, justru gue nyamperin lo karena gue telepon lo gak diangkat-angkat,"

"Oh!" Dia kemudian merogoh ponselnya yang berada di dalam tas punggung super besarnya kemudian tersenyum memamerkan deretan giginya. "Sorry, hp aku emang dari dulu selalu aku silent," dia meminta maaf. Satu lagi fakta yang gue tau tentang Ajeng, hp dia selalu silent, mungkin itu alasan pertama kali gue telepon dia tapi gak pernah diangkat.

"Yaudah, jadi? Tapi gue harus ambil gitar dulu,"

"Yaudah, oke," dia kemudian berdiri dari duduknya dan menatap ke arah teman-temannya. "Maaf ya, aku duluan, ada urusan,"

"Pacar lo nih, Jeng?" tanya salah satu temannya.

"Eh? Bukan, dia guest star yang bakal ngisi MedFest. Makanya dateng ya besok!" Ajeng tersenyum sumringah ke arah temannya. Sedangkan kedua teman Ajeng yang lainnya menatap ke arah gue.

"Serius lo ngisi MedFest besok? Kalo iya gue dateng deh, lumayan, ada tontonan yang seger!" gue hanya tertawa mendengar ucapan mereka.

"Yoi, dateng ya! Gue tampil terakhir nih sama temen gue lagi. Ganteng juga kok!"

"PD banget kamu, Cat!" Ajeng berjalan ke arah gue sembari membawa tas punggungnya.

"Sini gue bawain, berat banget kayak beban hidup,"

"Eh, gausah, aku bisa bawa sendiri,"

"Udah, berisik banget sih lo. Eh iya, kita cabut dulu ya! Jangan lupa dateng ke MedFest!" gue melambaikan tangan dan berjalan untuk menuju parkiran bersama Ajeng.

"Emang ngambil gitarnya dimana, Cat?" tanya Ajeng saat kita sudah menjauh dari gedung fakultas.

"Kos gue. Kita latihan disana aja ya? Ruang seni dikunci, penjaganya gak ada udah gue cari,"

RahajengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang