19

16.2K 1K 127
                                    

"Anda pernah bilang, apapun yang anda lakukan pada putri saya, akan anda pertanggung jawabkan. Benarkan?? "

"Jika suatu saat saya meminta itu dari anda, apa anda bersedia?"

"Maksud mbak Citra?"

"Menikahi putri saya."

Kira-kira begitulah yang disampaikan Citra beberapa waktu lalu saat mereka makan siang bersama selesai meeting.

Dan sekarang Raihan benar-benar tidak tau harus berekspresi seperti apa. Selain selalu melebarkan senyum pada semua orang yang ia temui.

"Kenapa bang ?" Tanya Toni saat berada didalam lift dengan Raihan.

"Abis dapet proyek gede ya?"

"Ini lebih dari proyek gede Ton. Super gede." Jawab Raihan dengan senyum yang masih merekat dibibirnya.

"Oiya... Abis gini gue nggak ada meeting, kalo anak-anak ada perlu sama gue. Lo tolong handle ya. Gue mau pergi sebentar."

"Nemuin pacar Lo." Ujar Toni dengan nada yang kurang enak didengar.

Raihan tak menjawab. Memilih diam dan segera keluar dari lift ketika sampai dilantai tujuan. Karena menanggapi Toni akan berbuntut pada perdebatan keduanya.


**

Raihan menciumi semua bagian wajah Audrey dengan senyum yang sama sekali tidak luntur dari bibirnya. Keduanya kini berada di apartemen milik mereka.

"Masss....Cal nggak bisa nafas." Keluh Audrey saat Raihan tak henti-hentinya menciuminya.

"Mas bahagia. Sangat."

Audrey tertawa. Mengalunkan lengannya pada leher Raihan dan membalas senyum manis kekasihnya.

"Mas nggak sabar nunggu kamu lulus dan wisuda."

"Kok mama nggak pernah tanya apa-apa sama aku? Dan sekarang tiba-tiba bilang gitu sama mas.'

Raihan mengecup hidung mancung Audrey.

"Dari awal kan mas bilang, cukup mas yang berusaha. Dan sekarang usaha mas deketin mama kamu nggak sia-sia."

"Kamu nggak seneng?"

Audrey mencubit gemas perut Raihan yang tertutup kemeja warna biru itu.

"Ya seneng lah... Oiya, sore ini Cal mau kedokteru sama mama. Jadi Cal nggak bisa lama-lama disini."

"Oke."

**

"Kirana, kita pulang aja ya? Kamu pucet lho sayang."


Kirana menggeleng dan memeluk lengan Sonya.

"Nggak ah tante. Pokoknya Ki nggak mau pulang kalo tante masih nggak mau wujudkan maunya Ki."

Sonya tersenyum lembut. Mengusap kepala Kirana dengan sayang. Membuat Kirana nyaman lama-lama dalam dekapan orang yang beberapa Minggu ini terus ia dekati.

LOVE?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang