44 (END)

32.8K 1.5K 85
                                    


Tidak terasa satu tahun sudah kebersamaan Audrey dengan Airin.

Terhitung dari pertemuan pertamanya dengan bayi cantik itu di rumah sakit saat pengurus panti menemukannya.

Hingga Audrey resmi meminta hak asuh atas Airin untuk menjadikan bayi itu sebagai putrinya.

Audrey tidak yakin kapan Airin dilahirkan oleh ibu yang membuangnya. Tapi tepat dua belas bulan lalu, Audrey menganggap hari itu sebagai hari kelahiran Airin.

Kini bayi cantik nan menggemaskan itu sudah bisa berjalan, walaupun belum lancar dan masih sering terjatuh. Tapi Audrey bersyukur Airin berkembang dengan amat sangat baik.

Celotehannya juga semakin tidak terkendali. Walaupun lebih ke arah asal bicara, bibir kecilnya begitu aktif mengucapkan kata-kata yang hanya dimengerti oleh dirinya sendiri.

Audrey dengan telaten selalu mangajarkan satu persatu kata-kata baru untuk Airin setiap harinya. Namun, satu-satunya kata yang ia hafal dan bisa ia ucapkan dengan sangat jelas hanyalah papa.

Apalagi setiap Raihan datang ke rumahnya, dengan otomatis Airin menyambutnya dengan panggilan papa. Audrey hanya akan mendengus mendengar suara lucu Airin ketika kata itu muncul.

Besok, Audrey dan Raihan serta semua keluarganya akan mengadakan pesta ulang tahun Airin.

Pesta Airin gelar dirumah dengan mengundang anggota keluarga Audrey yang lain dan keluarga Raihan serta teman-teman terdekat mereka.

Audrey baru sadar kalau ternyata ulang tahun Raihan dan Airin hanya selisih dua hari.

Dan hari ini Raihan akan membawa Airin ke panti asuhan untuk merayakan ulang tahun mereka disana. Ditemani Oma Dewi, mamanya, Tante Lia, Kirana serta Taya.

Sementara Audrey harus istirahat dirumah karena dua hari ini terserang demam.

Audrey merapatkan pelukannya pada Raihan saat laki-laki itu hendak beranjak dari sisinya.

"Mau liat Airin bentar."

"Nanti aja. Dia lagi sama Taya." Jawab Audrey dengan suara sengau.

"Nanti rewel."

Audrey menggeleng.

"Enggak. Gantian mas, kemarin kamu dimonopoli terus sama Airin. Disiini aja sama aku."

Raihan tertawa kecil.

"Kok jadi manja gini kalo sakit."

"Hmm.."

Audrey semakin mempererat pelukannya pada pinggang Raihan.

Dari kemarin ia demam, dan dari kemarin pula ia dilarang oleh mamanya berdekatan dengan Airin.

Audrey kira, jika tidak berdekatan dengannya Airin akan rewel. Tapi teryata, putri kecilnya itu justru tampak bahagia.

Dua hari Audrey sakit, Raihan selalu datang dan itu membuat Airin melupakan dirinya.

"Papaa...."

"Ck...kan.." gumam Audrey ketika melihat Airin yang melangkah tertatih dengan kedua tangannya dipegang oleh Taya dari belakang.

Raihan terkekeh.

"Emam...no no no!"

Audrey mendengus pelan.

"Emam? Apaan coba? Kayaknya lebih gampang ngucap kata mama deh dari pada ngucap kata papa. Kenapa dia malah nggak bisa-bisa ngucap mama." Keluh Audrey masih dengan posisi memeluk Raihan. Tidak peduli dengan Airin yang terus berteriak No yang diulang ulang dengan suara cadelnya.

LOVE?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang