13

497 71 24
                                    

Karena suhu tubuhku yang semakin panas. Kedua orang tuaku mengajakku kerumah sakit untuk berobat.

Aku yakin, sebenarnya aku hanya butuh waktu istirahat yang cukup dan pasti aku akan kembali fit.

Ini sudah terlalu larut malam. Dan hampir menunjukan pukul 10 malam. Namun mereka tetap memaksaku untuk berobat.
Mau tidak mau, aku harus patuh pada mereka.

Dan setelah melewati berbagai macam tes yang kulalui, kini tibalah saat bagiku dan kedua orang tuaku mendengarkan penjelasan dari sang Dokter.

"Maaf harus mengatakan kabar ini. Putri anda mengidap penyakit Leukimia" ucap Sang Dokter.

Aku dan kedua orang tuaku terdiam membeku.
Kami semua seakan tidak percaya dengan apa yang Dokter itu sampaikan.
Terutama untukku.
Aku sangat terpukul dan takut.

"Leukimia Dok?" tanya Papaku. Ia sambil memegang tanganku. Kurasakan ia mencoba menenangkanku.
Dan tiba tiba Mama juga memelukku.
Aku takut.
Aku benar benar takut.
Apa aku akan mati?

"Jangan sampai kamu terkena luka memar ya. Dan berhati hatilah ketika menggosok gigimu, jangan sampai membuat gusimu berdarah." lanjut Dokter itu.

Aku lemas.
Aku tidak sanggup lagi berdiri.
Cobaan seperti apa ini?
Apakah aku mampu melewati ini semua?










..











Pihak keluargaku telah memintaku untuk berhenti sekolah dan berfokus pada pengobatan.
Namun aku meminta pada mereka, untuk tetap bersekolah. Karena aku tidak memiliki teman lagi selain disekolah.

Setelah mengalami proses perdebatan yang panjang, akhirnya mereka menyetujui keinginanku itu.
Terimakasih mama, papa.
Aku mencintai kalian.

Aku sangat senang sekaligus sedih.
Aku senang karena tetap menjalankan pendidikanku dan sedih karena aku tahu hidupku tidaklah lama lagi.

Eumm.. Aku tahu apa yang harus kulakukan!

Aku harus bersikap baik pada semua orang. Jangan lagi membuat teman teman terdekatku merasa kesal atau jengkel pada sikapku yang terkadang kelewatan ini.
.. Aku ingin melihat Luthfi dan Iqbal bersatu padu nantinya di tim nasional. Pasti itu akan keren. Aku tidak sabar untuk hal itu.










..










"Heii!!"

"Hh.. Kebiasaan banget sih Bal ngagetin mulu"

"Kamu yang kebiasaan ngelamun. Mikirin apa sih? Aku? Hmm?"

"Banyak yang gua pikirin. Termasuk juga lu"

"Banyak ya? Apa Luthfi juga ada dipikiran lu?"

"Tunggu tunggu. Jadi uda ngga marah nih?"

"Mana bisa aku marah sama kamu lama lama"

Ketika Jihan menggeliat dan mengangkat tangannya keudara, tanpa sengaja ia menjatuhkan obat pereda sakitnya.

Dengan sigap Iqbal mengambil obat itu dan hendak mengembalikannya, namun ia terlebih dahulu membaca komposisi obat itu.

"Sejak kapan?" tanya Iqbal tanpa menatap lawan bicaranya. Karena ia masih terfokus pada botol obat yang ia pegang.

Jihan hanya memejamkan kedua matanya.
Ia merutuki dirinya sendiri atas kecerobohannya.

"Sejak kapan kamu minum obat ini? Kenapa kamu ngga pernah cerita ke aku? Kamu anggap aku apa Ji?"

"Bal. Gua baru tau semalam tentang sakit Leukimia gua ini"

"Kamu ngga boleh sakit." Iqbal menarik Jihan kedalam pelukannya. Ia semakin mempererat pelukannya.

"Ayo janji sama aku, kalau kamu akan sembuh"

Jihan menganggukan kepalanya. Ia tidak ingin membuat Iqbal khawatir.
"Gua pasti bakal sembuh. Gua bakal rajin minum obatnya"

"Kamu uda janji. Kalau kamu ingkari janji kamu, aku ngga tau bakal ngelakuin apa nantinya" ucap Iqbal masih dalam posisi yang sama, sambil mengelus puncak kepala Jihan.

Lagi lagi Jihan mengangguk dalam pelukan Iqbal.
Ia merasa terharu berkat perlakuan Iqbal yang merasa khawatir sekaligus takut akan kehilangan dirinya.

Sementara itu di pintu rooftop sudah berdiri Luthfi yang sedari tadi berada disana.

Ia bahkan tidak dapat menahan airmatanya, ketika ia mendengar semua yang diucapkan oleh Jihan.

"Maafin gua." gumam Luthfi.

Luthfi merasa tidak berguna sama sekali.
Posisinya sudah tergantikan oleh Iqbal kini.
"Maafin gua. Gua sayang sama lu" ucap Luthfi pelan. Kemudian berbalik dan meninggalkan rooftop.








..








Sepulang sekolah Luthfi sengaja mengirimi pesan pada Jihan agar menemuinya di depan perpustakaan.

Luthfi sudah menunggu lebih dari 10 menit disini, namun Jihan tidak kunjung datang.

Sedari tadi Luthfi berjalan mondar mandir didepan perpustakaan sambil menunggu Jihan. Ia khawatir, Jihan tidak membuka pesannya.

Dan ketika ia hendak ingin mengirimi Jihan pesan lagi, tiba tiba Jihan sudah muncul bersama Alfin yang membawa banyak buku.
"ckck.. Harusnya lu bantuin anak anak angkat buku" ucap Alfin.

"Gua mau bicara sama Jihan" balas Luthfi.
Untuk sesaat Alfin menatap secara bergantian kearah Jihan dan Luthfi, lalu akhirnya ia menyetujui ucapan Luthfi.
"Kalau dia ngeselin, panggil nama gua tiga kali" bisik Alfin pada Jihan.

Jihan menganggukan paham kepalanya.
Setelah itu Alfin berjalan meninggalkan mereka berdua.

"Gua uda dengar semuanya. Gua uda tau semuanya. Jujur aja, gua berharap, gua orang pertama yang jadi tempat lu cerita. Tapi.. " ucap Luthfi

"Tapi.. Gua uda nyakitin hati lu lebih dari apapun itu. Dan kenapa harus Iqbal? Apa lu bener bener ngga ngebutuhi gua lagi?" lanjutnya.

"Luthfi. Gua bakal mengakhiri perasaaan gua buat lu. Jadi, lu bisa punya perasaan yang tanpa terbebani."

"Seandainya lu yang ada diposisi gua, lu bakal bisa lebih stress dibanding gua Ji! Gua punya alasan buat ini semua. Jadi, jangan pernah mengakhiri perasaan lu buat gua. Gua minta, tunggu gua."

Kedebuk!!
Iqbal memukul wajah Luthfi hingga Luthfi jatuh tersungkur.

"Bal!!" pekik Jihan

"Sekarang apa? Kamu mau belain dia?" balas Iqbal

Alfin yang baru saja keluar dari perpustakaan pun segera membantu Luthfi untuk bangkit.
"Lu ngga apa apa bro?" ucapnya.

Luthfi hanya menganggukan kepalanya dan juga ia memegangi pipinya yang masih terasa sakit.

"Kamu itu punyaku. Aku ngga mau ada orang lain di hati dan pikiran kamu." lanjut Iqbal pada Jihan.

"Lu harus tau satu rahasia ini. Gua sama Jihan uda saling kenal sebelum lu kenal Jihan. Puas? " balas Luthfi.

"Whoaahh.. Tukan pantesan aja ya, setiap gua ngeliat kalian berdua ngobrol itu pasti kayak kalian uda saling kenal lamaaaaaa banget. " ucap Alfin panjang lebar, namun sesaat setelahnya dia menutup mulutnya dengan dua tangannya karena tatapan tajam dari Iqbal.

"Sorry" lanjut Alfin pelan.

Iqbal menghembuskan napasnya kasar.
"Ternyata kamu benar benar tidak menganggapku. Apa gunanya kedekatan kita selama ini?" ucapnya.




















Sumimasen
Menghilang selama beberapa hari.
Thanks buat yang selalu support.

Nah yang minta panjang kemaren.

Saya salut ih sama silent readernya, profesional mereka tidak diragukan lagi gaes.
😂👏👏👏😂

:"v

Love Sick - M. Iqbal Ft M. LuthfiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang