Part 6

21 2 0
                                    


"Gue mau taubat. Lo bisa bantuin gue gak? Gue pengen berubah." ucap Bara.

"Bara? Lo gak lagi ngigokan?" tanya David.

"Enggak, gue gak ngigo. Gue serius. Kalian bisa bantuin gue gak?" tanya Bara serius.

"Apa ini semua ada hubungan nya sama apa yang lo bakal ceritain?" tanya Aldi.

"Iya, nanti gue ceritain." ucap Bara.

                       ___***___

Suasana tidak seperti biasanya. Suasana yang biasa menyenangkan menjadi menegangkan.

"Gue udah ketemu sama nyokap gue." Setelah sekian lama Bara diam, akhirnya dia berbicara.

"Maksud lo?" Tanya Anthony tak mengerti dengan apa yang Bara katakan.

"Tadi pagi Opa nelfon gue dan nyuruh gue buat datang ke sekolah secepat mungkin. Dia bilang nyokap gue datang." Bara menghela napas sebelum melanjutkan ucapan nya. Ini berat baginya.

"Oma ketemu sama Mama di Mall. Akhirnya Oma bawa Mama buat ketemu sama gue. Mama datang dan Dia bilang dia kangen banget sama gue. Jujur gue juga kangen sama mama. Tapi entah kenapa perasaan benci itu muncul, apalagi saat mengingat mama udah ninggalin gue gitu aja." Air mata yang hendak keluar ditahan oleh Bara. Dia mencoba kuat.

"Oma udah ceritain semua kelakuan gue, tingkah laku gue yang semakin hari semakin bejat, dan perubahan gue dari yang dulunya pintar jadi kayak gini." Untuk kesekian kalinya Bara menghela napas.

"Mama minta gue buat berubah. Awalnya gue gak mau, lo tau kan gue berubah karena apa? Gue berubah karena Mama yang ninggalin gue gitu aja. Tapi setelah gue pikir-pikir, omongan Mama ada benarnya. Gue gak bisa gini terus, ini demi masa depan gue." Bara mengakhiri cerita nya.

"Tapi lo gak perlu maksain Bar. Lo tau kan? Taubat itu harus tulus niat dari hati, gak bisa dipaksain." ucap David. Tumben banget kan ni anak bijak.

"Iya gue tau. Opa juga gak maksa gue buat cepet cepet jadi anak sholeh. Tapi Opa mau gue berubah. Dia bilang minimal  Atitude harus diperbaiki." Bara berkata dengan lesu.

"Lagian ancaman nya kalau gue gak berubah, Opa bakalan kuliahin gue di London." Ucapan Bara itu membuat samudra, Daffa, David, dan Aldi terkejut.

"Lo serius? Lo gak bohongkan? Kita ini sahabatan udah lama mana mungkin  lo ninggalin kita ke London?" Daffa berkata dengan sedikit emosi. Walaupun Daffa ini paling calm dan keliatan cuek. Tapi dia itu paling care kalau sama sahabat.

"Iya justru itu, gue gak mau pindah ke London dan hidup sendiri disana, makanya gue mau taubat." kata Bara.

"Ok. Kita bakalan berusaha bantu lo. Tapi gue juga gak yakin sih. Lo tau kan kita juga sama kayak lo. Agak bejat." Ucap Anthony terkekeh dengan ucapan nya sendiri.

"Gue bisa aja bantuin lo taubat supaya gak playboy. Tapi kalau ngerubah sikap. Gue juga masih belum benar." Ucap Aldi. Dia memang udah taubat dari playboy nya. Tapi kelakuannya masih gitu-gitu aja.

"Kita berusaha sama-sama." Ucap David dengan tekad yang kuat.

"Iya kita usaha dulu. Lo itu dulunya pintar banget. Kalau udah dasarnya pintar pasti mudah buat ngembaliin lo jadi pintar lagi." Ucapan Aldi itu membuat tekad Bara semakin menggebu-gebu.

"Kirain gue kalian bakalan jauhin gue karena gue mau taubat. Tapi kalian memang sahabat sejati. Thanks." Ucap Bara terharu.

"Santai bro. Kita pasti selalu ada buat lo. Bukan kah itu namanya sahabat?" ucap Anthony. Yang mendapat anggukan dari Bara Mereka pun tertawa bersama.

YOU ARE MY DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang