011

9.5K 878 115
                                    

PART 11

Jaejoong tersentak dalam tidurnya dengan dahi yang basah karena keringat. Namja cantik itu menekan dadanya berusaha mengatur napasnya yang terengah-engah. Mimpi yang barusan itu mengerikan sekali—pikirnya seraya membasahi bibirnya dengan lidah. Lalu Jaejoong melirik ke samping—memerhatikan suaminya yang masih terlelap pulas di sana. Jaejoong bergerak, beranjak turun dari ranjang dan berjalan keluar kamar dengan sangat hati-hati.

Ia menuju koridor yang berlawanan dengan koridor kamarnya dan Yunho dan tanpa ragu membuka pintu kamar kedua putra kembarnya yang tampak saling berpelukan dengan damai. Jaejoong mendesah pendek dan mengusap wajahnya—sebelum ia melangkah menghampiri kedua namja kecil itu lalu memberikan usapan lembut di kepala keduanya secara bergantian.

Mata bulat Jaejoong perlahan mengedar—mengamati setiap sudut kamar Jaeho dan Junhon yang telah mengalami banyak perubahan. Mereka menempati kamar tersebut sejak masih sangat bayi. Rasanya baru saja kemarin Jaejoong menidurkan kedua anaknya di dalam ranjang bayi berpagar yang diletakkan Yunho di dekat jendela. Sekarang kamar ini sudah terisi saja dengan dua meja belajar serta mainan-mainan yang berjejer rapi di atas rak.

Lalu tiba-tiba saja ia teringat akan mimpinya barusan. Mimpi tentang Yunho yang menceraikannya lalu hidup bahagia bersama Sohye dan bayi kecil mereka. Jaejoong meringis. Mimpi itu terasa begitu konyol. Ia tahu Yunho tidak akan mungkin berani berbuat sejauh itu. Jung Jinki dan Jung Keybum adalah taruhan untuk setiap perilaku namja tampan itu.

Jaejoong menarik tangannya dari kepala Jaeho dan Junhon lalu beralih mengusap perutnya sendiri. Masih sangat tidak rela dengan kehilangan yang ia peroleh beberapa waktu yang lalu. Apakah mungkin—mimpi yang barusan itu sebenarnya adalah representasi keinginannya untuk menggendong bayi sekali lagi namun tidak bisa? Jaejoong menggeleng. Kepalanya mulai tidak beres. Ia menghela napas panjang dan beranjak naik ke atas ranjang si kembar dengan hati-hati.

Menghirup aroma bayi yang masih sangat melekat pada kedua putra kesayangannya dengan senyum yang terulas tanpa sadar. Setidaknya hal ini selalu berhasil memberikan dirinya kenyamanan. Jaejoong baru saja akan memejamkan matanya di samping Junhon kalau saja pintu kamar yang tidak tertutup itu tidak berderit pelan dan memperlihatkan sosok suaminya di sana. Jaejoong terkejut—nyaris terlonjak ketika Yunho menggeleng mengisyaratkan agar ia tidak beranjak dari sana.

Jaejoong menurut. Melihat Yunho yang menutup pintu kamar lalu berjalan menghampiri ranjang. Kemudian pria itu menyusul Jaejoong dan berbaring di samping Jaeho. Membuat kedua anak lelaki itu terapit di tengah-tengah dirinya dan Jaejoong.

"Kau ingin tidur di sini?" Tanya Yunho memastikan. Setidaknya ia tidak perlu menahan rasa kantuknya hanya untuk membawa kembali Jaejoong yang sudah tidur kembali ke kamar mereka.

"Iya, aku rindu anak-anak" Bisik Jaejoong tersenyum tipis.

"Mereka baru saja membuat keributan sore tadi setelah mendengar Kyuhyun kecelakaan"

"Lucu, ya? Tapi aku benar-benar merindukan mereka"

Yunho menghela napas. Berbaring menyamping dan memandang lama wajah kedua putra kembarnya yang tidak begitu serupa.

"Aku selalu penasaran, apakah selama ini kau menyadari kalau wajah Jaeho begitu mirip denganmu?" Tanya Jaejoong ikut berbaring menyamping dengan tangan yang mengusap kepala Junhon lembut.

"Level pertanyaanmu rendah sekali" Balas Yunho membuat Jaejoong mengulum senyum.

"Tiba-tiba saja mereka sudah sebesar ini"

"Ya, waktu berlalu begitu cepat"

"Apa kau merindukan mereka yang masih bayi?"

Tapi kemudian Jaejoong teringat—bahwa ketika kedua putra mereka masih bayi dulu—ia bisa menghitung jari berapa kali Yunho terlibat dalam hal mengurus keduanya. Karena Yunho begitu sibuk dengan segala pekerjaan dan perjalanan bisnisnya. Dan mereka memiliki Keybum yang senantiasa berkunjung untuk bermain dengan Jaeho dan Junhon.

Lasting -YunJae-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang