24. rambu hijau?

6.4K 1K 90
                                    

"Bang, yang ngelarang abang kan cuma kakaknya Rose. Ibu sama Ayahnya nggak kan?"

Vernon tampak lebih emosi ketimbang lawan bicaranya yang sedari tadi dilanda kebingungan yang luar biasa itu.

"Jangan banci dong bang!" Cletuk Vernon yang kesekian kalinya dengan suara yang ngga bisa nyelow.

Mingyu yang menjadi lawan bicara Vernon itu sontak bangkit dari duduknya dan menghampiri bocah laki-laki yang tengah bermain dengan replika mini bus berwarna biru as known as Tayo.

"Ya mau bagaimana lagi, kakaknya tadi bilang Ibunya pasti marah." Sahut Mingyu yang sekarang menyibukkan diri untuk mengawasi putera semata wayangnya itu.

"Dih percaya aja. Bohong juga nggak ada yang tau nju." Enteng Vernon yang membuat Mingyu menghela nafasnya berat.

To be honest, he is tired. Dia dilanda kebingungan dan perasaan menyesal. Mengingat dirinya juga belum mendapat permintaan maaf dari Rose,

Mingyu terpejam sebentar dan memilih bertengkar dengan pikirannya sendiri ketimbang harus melanjutkan obrolannya dengan Vernon.

"Papa..."

Mingyu sedikit tersentak dan buru-buru mengusap wajahnya yang penuh dengan kesedihan itu saat mendengar Dino—putera semata wayangnya itu bersuara memanggilnya.

"Ya sayang?" Tanya Mingyu menyahutinya seraya mengusap kepala Dino lembut.

"What's wrong with you?" Cletuk Dino setelah dirinya menerima senyuman manis dari papanya itu.

Mendengar itu senyum Mingyu hilang tertelan oleh semua pikiran yang hampir membuatnya gila.

Of course itu membuat Dino semakin bingung dan harus melempar tatapan ke arah Vernon yang masih setia di tempatnya.

Merasa ditatap, Vernon mengedikkan bahunya acuh, "I don't know and i don't care."

Dan setelah mengatakan kalimat yang begitu enteng dan santai itu, Vernon melenggang pergi begitu saja meninggalkan dua darah daging itu di ruang tamu.

"I'am bored." Singkat Dino seraya melempar Tayonya asal dan menandakan dirinya benar-benar bosan.

Mingyu berusaha menampilkan senyum terbaiknya dan memungut kembali tayo yang barusan dilempar Dino itu.

"Papa!" Teriak Dino cepat,

Buru-buru Mingyu menoleh dan menatap Dino dengan tatapan 'ada apa?'

"Where's mama?"

Dino tiba-tiba menanyakan pertanyaan yang tak seharusnya ditanyakan itu. Oh God, tolonk.

Senyuman Mingyu lagi-lagi hilang tertelan segala pikirannya.

Karena Mingyu sendiri tahu pasti siapa yang dimaksud Dino.

"Papa pusing, don't ask me anything about her."

'eh bener ngga sih inggris saya. Udh pusing banget saya.' -Mingyu

"Dino kangen, Mama dimana?"

Sekali lagi Dino mengulangi pertanyaannya lagi dengan bahasa Indonesianya, dan kali ini hampir membuat nafas Mingyu tercekat.

Jujur saja, Mingyu juga sudah rindu berat akan sosok Rose yang sudah memikat hatinya saat pertama kali bertemu di kebun binatang.

Dan betapa bodohnya,

"Papa memang bodoh, seharusnya waktu itu papa langsung pdkt seperti biasa saja. Malah papa jadikan mama kamu Babysitter supaya makin dekat."

Dino melongo mendengar rentetan kata yang keluar dari mulut papanya itu. Tentu saja dia bingung, walaupun dia terus berusaha mencerna kalimat papanya itu.

Precious Daddy ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang