Raka membawa Della ke sebuah hotel yang dekat dengan rumah Helena. Raka sudah tidak sanggup lagi menyetir dan ingin segera menuntaskan hasratnya. Sementara Della yang sedari tadi terus menolak ajakan Raka untuk bercinta, jadi serba salah dan bingung.
"A-aku akan membantumu turun, Raka. Pelan-pelan saja. Kau dengar aku? pelan-pelan saja," ucap Della karena cemas melihat kondisi Raka yang semakin melemah.
"Tidak perlu membantuku. Satu lagi! Jangan bersikap sok perhatian. Aku bisa jalan sendiri!" jawab Raka emosi. Masih kesal lantaran tadi Adella meninju mukanya saat izin mau memasuki milik Adella.
"Kau bisa marah sepuas hatimu! Tapi aku tidak salah dengan meninju mukamu! Enak saja!" Adella jadi geram mendebat Raka.
"Jangan marahi aku. Aku sedang sakit!" Raka bersikap seperti anak kecil manja pada Adella.
"Baiklah. Mari aku bantu, Raka." Adella memegangi badan Raka sedang Raka sendiri menjauhi Adella. Tak mau nafsunya semakin bertambah besar jika bersentuhan fisik dengan Adella.
"Tidak perlu, La. Aku bisa sendiri." Raka meraih ponsel di sakunya dan hendak menelpon seseorang.
"Kau memanggilku apa?! La?" tanya Adella merasa aneh dipanggil La oleh Raka. La adalah bagian dari namanya.
"La. Boleh kan?" ulang Raka mengabaikan wajah cemas Adella.
"Tapi ...."
"Bukankah namamu adalah Clarissa?! Astaga! Apakah salah jika aku memanggilmu dengan sebutan La?! Seperti habis aku sakiti saja. Singkirkan wajah cemas mu itu. Atau jangan-jangan kau mau aku panggil dengan sebutan lain?! Adella misalnya?! Atau Della juga bagus," Saran Raka membuat tubuh Adella menegang. Takut ketahuan bahwa nama aslinya memanglah Adella Kusuma.
"Tidak perlu memanggil dengan sebutan aneh-aneh lagi. La saja tidak masalah!" Sepakat Adella membuat Raka tertawa.
"Sebaiknya kau memang harus menurut, Adella," gumam Raka menyunggingkan senyuman aneh di bibirnya.
"La! Bukan Adella!" perintah Adella dengan jantung berdebar. Bisa gila dipanggil Adella terus oleh Raka. Jika ketahuan maka ketahuan saja bagi Adella. Tidak perlu kucing-kucingan seperti ini. Akan tetapi jika memang belum tahu, lebih baik Raka diam agar dirinya tidak salah paham. Terlebih misinya belum selesai yaitu memperbaiki nama buruk Clarissa. Panggilan Della dari Revan membuat hidupnya tidak nyaman. Hidup Adella yang sedang dalam penyamaran.
"Baiklah. La ... La ... La ... " Raka semakin gemas menggoda Adella.
Setelah bertanya pada resepsionis tentang letak dimana kamarnya berada, Raka membawa Adella ke sana. Raka terus meremas pinggang Adella sampai gadis itu merasa aneh. Remasan Raka terasa mengganggu sisi kewanitaan Adella. Ada rasa aneh dan cemas bercampur menjadi satu. Kemungkinan malu-malu tapi mau. Namun rasa ragu juga tak bisa dipungkiri datang mengganggu.
Bimbang di sisi lain ingin membantu Raka. Akan tetapi di sisi yang lainnya lagi takut kesuciannya hilang. Della hanya merasa kasihan dan takut Raka kenapa-kenapa saja. Selebihnya hanya rasa ragu dan bimbang sebab Raka sendiri terkenal bukan pria yang baik dan masih menyukai Helena. Semakin membuat Adella enggan untuk membantunya.
"Sebenarnya kau kenapa, Raka? Jangan membuatku takut. Bagaimana kalau kita ke dokter saja!" Adella heran kenapa jika Raka menyukai Helena, tidak menghabiskan waktu dengannya dan malah mengajak diri Adella sendiri ke hotel.
"Aku tidak mau ke dokter, La. Hanya mau ke hotel bersamamu?" Raka kini mulai menggebu-gebu nafasnya.
"Kenapa tidak mengajak Helena? Dia tadi bersamamu, bukan?" Adella heran disertai rasa kesal lantaran ada sedikit rasa cemburu hanya saja gadis itu tidak tahu. Tidak tahu mengenai perasaannya terhadap Raka Atmaja.
KAMU SEDANG MEMBACA
FATAMORGANA CINTA ( 21+ )
RomanceAREA DEWASA 21+ KE ATAS!! Kaya tidak menjamin bahagia, miskin tidak menjamin menderita. Kala dua gadis berparas sama, bertukar tempat dan membalas orang-orang yang sudah menyakiti hatinya. Salah satunya kekasihnya sendiri yang mana jatuh cinta pada...