Adella pergi ke rumah Helena. Dia benar-benar gelisah dan ingin rasanya berlari agar bisa cepat sampai ke rumah Helena. Cla sudah memberitahukan alamatnya hingga itulah sebabnya Adella tahu. Selain itu juga memang diantar sopir yang pastinya tahu rumah Helena.
Anehnya ... hati Adella merasa tidak tenang. Bayangan Raka selalu berkelebat di matanya. Entah kenapa Adella merasa bahwa Raka sekarang sedang membutuhkan bantuannya. Adella sangat cemas, teramat sangat cemas.
"Pak, apakah masih lama?" tanya Adella pada supirnya karena jalanan masih macet.
"Kurang tahu, Non. Mungkin sebentar lagi jalan," jawab supirnya sopan.
Adella semakin gelisah. Saat-saat seperti ini dia mengingat perkataan almarhumah ibunya ketika dirinya masih kecil dulu.
Flashback on.
"Ibu, mengapa hati Adella gelisah? Mengapa Adella merasa seperti ada orang yang memanggil-manggil nama Adella? Apakah ini hanya perasaanku saja?" tanya Della sambil duduk di pangkuan ibunya.
"Siapa yang ada di dalam pikiranmu, Sayang?" tanya ibunya mengecup pelan wajah mungil Della.
"Anita," jawab Della apa adanya.
"Itu namanya firasat, Sayang. Mungkin Anita sedang memikirkanmu atau membutuhkan bantuanmu," ucap ibunya Della membuat Della bangkit berdiri dan menoleh ke arah ibunya.
"Benarkah? Jadi jika suatu saat nanti Adella mencemaskan seseorang atau memikirkan seseorang dengan hati yang dalam, maka orang tersebut akan paham? Mendengar suara hati kita, Ibu? Seru sekali!" Adella tersenyum geli.
"Kalau kalian mempunyai ikatan, kemungkinan orang yang sedang kau pikirkan atau kau panggil namanya akan mendengar, Sayang. Contohnya saat kau jatuh, ibu menolong mu tanpa kau panggil, bukan?" Ibunya Adella mencubit gemas hidung Adella pelan.
"Meskipun orang yang kita pikirkan atau cemaskan itu jauh, Ibu? Apakah seperti itu?" Adella semakin ingin tahu.
"Iya, Nak. Meskipun dia jauh jika ikatan kita dengan seseorang itu kuat, maka akan terdengar suara hati kita," jawab ibunya membuat Adella paham dan menganggukkan kepalanya.
"Kalau begitu ayo pergi ke rumah Anita, Ibu. Aku ingin memastikan keadaannya," ajak Della dan mau tidak mau ibunya menurut.
Setelah sampai di rumah Anita, apa yang dikatakan ibunya ternyata benar. Sahabat terbaik Adella tersebut tengah sakit dan terus memanggil-manggil nama Adella. Setelah bertemu Adella, gadis itu menghembuskan nafas terakhirnya sembari menggenggam erat tangan kecil Adella.
Flashback off.
"Nona," panggil pak sopir membuyarkan lamunan Adella.
"Eh! Iya, Pak?!" jawab Adella sontak menatap ke arahnya.
"Kelihatannya macetnya akan lama, Nona. Apa perlu kita balik arah saja?" tanya sopirnya semakin membuat Adella gelisah.
Adella benar-benar khawatir tentang keadaan Raka. Entah kenapa dia terlalu memikirnya?! Adella merasa aneh. Apalagi jika mengingat perkataan Clarissa bahwa Helena itu adalah gadis yang licik. Semakin membuat Adella tidak tenang nan kalut memikirkan Raka.
Keluguan sifat Helena adalah palsu menurut Clarissa. Helena tampak baik di hadapan banyak orang tapi jahat jika tidak ada siapapun. Ingatan itulah yang membuat Adella harus bisa cepat sampai di rumah Helena atau sepupunya Clarissa.
"Astaga! Kenapa jantungku berdebar kencang?! Kenapa pula aku begitu dalam memikirkan Raka?! Apa aku gila? Atau ini hanya perasaan takutku saja? Takut lantaran sudah pernah kehilangan sahabat baik bernama Anita dulu. Akan tetapi ... bagaimana kalau Raka benar-benar berada dalam bahaya? Apakah mungkin orang sekuat dia terluka?! Namun entahlah! Nasib sial seseorang tak ada yang tahu. Aku harus segera ke rumah Helena apapun yang terjadi," batin Adella mengusap pelan keringat di dahinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FATAMORGANA CINTA ( 21+ )
RomanceAREA DEWASA 21+ KE ATAS!! Kaya tidak menjamin bahagia, miskin tidak menjamin menderita. Kala dua gadis berparas sama, bertukar tempat dan membalas orang-orang yang sudah menyakiti hatinya. Salah satunya kekasihnya sendiri yang mana jatuh cinta pada...