namanya anna, gadis belia dengan pribadi yang menurut perspektifnya sendiri, sangat biasa dan begitu mudah ditemukan di jiwa orang lain. tujuh belas tahun sejak masa hidupnya dimulai, anna terlanjur menganggap dirinya tidak spesial. pagi ini remaja itu berangkat ke sekolah, sehabis menguncir rambut, ia akan memakai sepatu dan berangkat dengan bus. gadis itu menyemangati dirinya sendiri, semoga hanya hal membahagikan yang menantinya di sekolah.
"pagi, vy" sapa anna usai tiba di kelasnya, gadis itu duduk di bangku sekolahnya, bangku kayu yang menghimpitnya tanpa jarak dengan dinding, "hai, ann, sudah kerjakan tugas?" pertanyaan dijawab anggukan, "tumben" balas si teman sebangku, ivy, "kamu sudah?" anna balik bertanya, "sudah, tadi ku kerjakan menyontek milik mark" terang ivy sembari tertawa, "tak tahu malu banget, bangga pula" balas anna lalu keduanya terkekeh bersama, "kalau aku gengsi, sepertinya aku ga akan lulus dari sekolah ini"
"oh iya, omong-omong, apa kamu merasa terganggu sama ucapan kelly semalam?" tanya ivy lalu dibalas senyum oleh anna, "engga, sudah terbiasa kok, aku gak akan sedih karena hal kecil lagi, harus selalu positif" jawabnya, "kelly emang cantik, tapi mulutnya sembarangan, aku juga sangat ga nyaman. seperti sudah sempurna saja, cih" cibir ivy, "sst, sudahlah, kenapa jadi emosi?" anna tertawa. sebenarnya ada rasa kesal pada kelly, teman sekelas yang suka mengolok fisiknya, tapi mungkin sudah takdir anna untuk sulit mendendam.
"selamat pagi, mark ganteng!" sapa anna pada pria berkacamata di belakangnya, "yo, pagi! kamu jangan panggil aku ganteng terus" sapanya dengan senyum manis, anna balas tersenyum. memangnya apa yang salah? pemuda ini beneran sangat tampan kok. namanya mark lee, manusia sederhana yang mudah beradaptasi, tidak hobi belajar tapi kelihatan culun, selalu pakai dasi, seragamnya rapi dikancing sampai leher. jangan lupakan perawakannya yang ideal, bahunya lebar. mark masuk ekstrakulikuler terbaik di sekolah, basket. anna bingung kenapa mark tak populer dengan semua kelebihannya, mungkin karena ia tak ikut organisasi, padahal mark dan keluarganya sangat aktif di gereja mereka, ia seorang gitaris.
"hey! mejamu dicoret sampai kehabisan spasi, dasar" anna menggelengkan kepala menghakimi, ivy menaikkan alis, "hey, bisanya mengomentari orang, mejamu sendiri tuh, lebih kotor" ucapnya, wajah anna masam, mark tertawa saja, pria muda itu memang mudah sekali tertawa, dua gadis di hadapannya sudah tak terkejut, "selamat pagi, semua" ibu guru memasuki kelas, ivy dan anna memperbaiki posisi duduk mereka menghadap ke papan tulis depan. kepala mark mendongak, melihat anna, tepatnya memperhatikan rambut hitam tebalnya yang selalu gadis itu kuncir setiap hari, lalu tak lama pemuda itu mengalihkan pandangan ke bu guru.
-
anna menyeret kaki setelah turun dari bus sekolah, hari yang melelahkan, gadis itu menghembuskan nafas, syukurlah besok hari minggu. "fyu, fyu~" suara siulan ringan membuat anna menoleh, didapatinya mark dengan tas jansport hitamnya berjalan di sebelah, gadis itu meninju pelan bahu mark, "kamu gak ikut ekskul?" tanyanya dibalas gelengan, "besok aku pelayanan, sebentar sore harus ikut latihan" jawabnya dihadiahi anggukan mengerti disertai bibir membulat dari anna, lalu keduanya lanjut berjalan dalam keheningan. selain beribadah di gereja yang sama, dua remaja ini juga bertetangga, namun entah mengapa ada kecanggungan menyelip di antara mereka. mungkin anna saja yang merasa begitu, tapi mark memang lebih banyak diam saat bersamanya, padahal saat bersama ivy dia suka menimbrung. anna jadi kepikiran, anna sangat tidak seru ya?
tak lama, gadis itu tiba-tiba menepuk dahi, dua pasang kaki mereka sama-sama berhenti, anna merogoh tasnya panik, "astaga! bisa-bisanya kotak bekalku tertinggal di sekolah, padahal besok hari minggu" sesalnya dengan nada cemas, "pasti akan dibuang sama petugas pembersih sekolah, itu 'kan baru dibeli" rengeknya lagi, kakinya kembali melangkah, mark ikut berjalan lagi dalam diam, "kemarin hanya tersisa satu warna ungu di toko, dasar anna bodoh dan teledor, aku akan dimarahi mama" curhatnya pada mark tanpa diminta.
"huh, yasudahlah, relakan saja" serah anna putus asa, seakan bicara pada diri sendiri, gadis itu sampai di depan gerbang rumahnya, dilihatnya mark berdiri mematung, seperti sedang merenung, "mark?" panggilnya, pria muda itu menoleh, "masuk sana" suruhnya, mark mengangguk cepat lalu menyebrang. rumah mark berada tepat di seberang rumah anna, rumahnya jauh lebih besar, sepertinya keluarga mark sangat berkecukupan, mereka bahkan punya mobil pribadi. anna lagi-lagi dibingungkan dengan mark yang memilih berpergian dengan bus dan tidak memakai barang mahal.
-
"selamat pagi, annaku, ayo sarapan dulu. bajumu sudah mama letakkan di sofa" ajak ibunya saat anna datang untuk mengambil pakaian sebelum mandi, "aku malas pakai gaun, ma" anna mengadu setelah mengecek baju yang disiapkan ibunya,."tapi kalau kamu pakai gaun atau rok akan kelihatan lebih sopan dan perempuan, kita 'kan mau beribadah" protes ibunya, "lebih perempuan gimana? maksud mama kalau aku pakai celana akan berubah jadi laki-laki?" tanyanya, ibu menggeleng jera, "bukan gitu, ann, bisanya melawan mama terus"
anna mengambil piring lalu menyendok nasi setelah duduk di samping ibu, gadis itu siap menyantap hidangannya namun pandangannya tersita pada kotak bekal ungu miliknya yang semalam tertinggal di sekolah, dahi anna mengernyit, "ma, kok bisa kotak bekalku ada di sini?" tanyanya segera, "iya, tadi malam mark yang mengantarnya, sudah dicuci bersih, pasti kamu lupa membawanya pulang 'kan? dasar teledor" cibir ibunya yang tak dihiraukan anna, kedua alisnya bertaut, bagaimana kotak bekalnya bisa ada pada mark?
-
siang ini acara ibadah sudah usai, anna sedang berkumpul bersama para remaja lain di depan gedung ibadah. gadis itu masih penasaran dengan kejadian tadi pagi, dan kepalanya dibuat semakin pusing saat tak melihat mark bermain gitar di altar hari ini, "kenapa gitarisnya bukan mark ya? padahal dia bilang minggu ini jadwalnya" anna bermonolog, "kemarin sore kak mark gak datang latihan, aneh kan? padahal kak mark sangat bertanggung jawab, sebelumnya bahkan gak pernah terlambat"
pertanyaannya disahut oleh jisung, salah satu pemusik yang ikut bercengkrama di sana bersama anggota komunitas pemuda lainnya, bibir perempuan itu membulat paham. haruskah anna bertanya langsung pada mark dan meminta penjelasan? tepat sekali, pemuda lee itu baru saja keluar dari pintu gereja. anna mengangkat tangan kanannya di udara, bersiap memanggil, "anna! ayo pulang" suara sang ibu menginterupsi, anna jadi mengurungkan niatnya, gadis itu menganggukkan kepala dengan cepat lalu akhirnya berjalan mendampingi ibunya dengan rasa penasaran yang masih menghantui pikirannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] nerdy love | mark
Fanfictionjurnal asmara milik anna si hobi insecure dan tetangganya, si gitaris gereja mark lee. complete, dec 2020 - jan 2021 the spin off story, rumah is launched!