sudah memasuki bulan terakhir tahun ini, sekolah semakin sibuk mempersiapkan ujian semester, para murid semakin gencar belajar, organisasi siswa sibuk berkampanye, begitu pula mark lee yang mulai hilang dari hari-hari anna. sekarang jam kosong, anna dan ivy sedang bicara sembari makan cokelat, ada banyak cokelat di hadapan mereka, pemberian mark yang sampai saat ini wujudnya tak terlihat.
"ya ampun, enak banget jadi teman mark, nikmat" ucap ivy lalu fokus memakan cokelatnya lagi, anna terkekeh, ivy lucu sekali. setelah mulai berkampanye sejak bulan lalu, mark memperoleh popularitas besar di sekolah, ia sudah jadi bahan gosip yang digemari kalangan siswi, menceritakan ketampanannya, kebolehannya, sampai tanggung jawabnya. untuk menarik atensi siswa-siswi lain agar memilih timnya, mark harus menunjukkan bakat bermain gitarnya di tengah lapangan, para siswi menggila, itulah alasan mengapa ada banyak cokelat dan surat cinta di loker mark setiap pagi. anna termenung, jemarinya memainkan bungkus cokelat asal, ucapannya mencoba menguatkan mark waktu itu seakan jadi bumerang, ia selalu meminta mark untuk percaya diri menampilkan kemampuannya kepada semua orang, namun kini ia telah kehilangan mark, mark lee-nya.
anna tak bermaksud egois, dia ikut bahagia semakin banyak orang yang mengakui mark, namun anna merasa kosong. dahulu mark adalah harta karun tersembunyi miliknya seorang, tapi sekarang semua orang sudah melihat kilaunya, dan mulai berlomba-lomba mencuri mark dari genggamannya. anna begitu sedih, dan tak percaya diri. oh, tuhan, levelnya jauh di bawah ribuan gadis cantik dan cerdas di lingkungan sekolah. ivy menatap teman sebangkunya semasa dua semester ini, "makan dong, ann" ajaknya, anna tersenyum kecut, melahap cokelat batang itu lalu menunduk lagi. kunyahan ivy melambat, "kamu kangen mark, kan?" tanyanya, anna mengangkat bahu, "entahlah" elaknya lantas tertawa hambar, ivy menaikkan alis, "iya, kamu kangen mark dan sekarang lagi rendah diri" anna menegakkan kepala, ivy selalu tahu yang sedang terjadi di dalam dirinya, apa anna begitu mudah ditebak?
ivy mengecap sisa cokelat di jarinya lalu mulai memperbaiki duduknya, ingin terlihat serius, "ann, kamu selalu rendah diri karena fisikmu, kamu harus tau, body is just body, it could change anytime, bisa aja lagi sakit kamu jadi kurus, waktu bahagia kamu tambah gendut, dan di masa tua nanti badan yang ideal juga bakalan bengkok. tapi kamu tahu apa yang tersisa pada akhirnya? it's your inside, hatimu, jiwamu, pikiranmu, kamu cantik banget, ann. harusnya kamu melihat dirimu seperti cara mark melihatmu, kamu akan jatuh cinta sama dirimu sendiri" wejang gadis itu panjang lebar. anna diam, namun matanya berkaca-kaca, ia menarik nafas dalam, ivy mencebikan bibir lalu merentangkan kedua tangannya ke hadapan anna, "are you gonna hug me or no?" tawarnya, anna tertawa kecil lalu segera masuk ke dalam pelukan ivy. ivy mengelus punggung anna, "thank you, vy, i need you" ucap anna yang dibalas kalimat narsis ivy, "i know, i'm such an inspiring woman" pujinya pada diri sendiri lalu dua teman dekat itu tergelak bersama.
-
saat ini jam istirahat kedua, anna sedang di kantin, gadis itu membawa nampan berisi makanan yang sudah ia ambil dari stan di depan, ia sendirian karena ivy ada urusan di ruang guru. anna ingin segera makan tapi tak ada tempat duduk lagi, gadis itu berdiri kebingungan, celingak-celinguk mencari meja yang kosong. ia berjalan lagi, dan sampailah di dekat meja mark dan tim sukses osisnya yang ramai dan ricuh, anna tak ingin mengganggu, tapi ia mencuri pandang ingin melihat keadaan mark yang tak masuk kelas sejak pagi. kini matanya beradu dengan mata mark, anna menampilkan senyum, namun mark tak membalasnya, malah mengalihkan pandangan dari gadis itu saat bahunya diraih oleh kelly.
raut terkejut terlihat di wajah anna, ia tak ingin berlebihan namun hatinya benar terluka, gadis itu cepat-cepat berjalan menuju kelas, menghiraukan kebisingan di kantin, menghiraukan wejangan ivy padanya pagi tadi, karena mark sudah berubah. anna salah, sejak awal ia tak seharusnya menaruh harapan pada mark, anna tak cukup layak bersanding dengan mark. gadis muda itu mendudukkan dirinya di bangku belajarnya, lalu air mata mulai keluar membasahi pipinya, anna mencoba melahap makanannya masih sambil menangis, alhasil ia pun terbatuk-batuk. anna meringis sedih, lalu kepalanya menunduk lemas.
-
"ya sudah, anna pulang sama aku saja" tawar haechan, salah seorang teman setim drama anna. malam ini anna sedang ada di gereja, karena sudah memasuki bulan dua belas, latihan diperbanyak, dan memakan waktu sampai malam hari, dia harus mengikuti semua latihan, meski perannya hanya peran kecil, anna berusaha bertanggung jawab. anna menggeleng menolak, "gak usah, chan, aku bisa pulang naik--" haechan memotong, "--naik bus? ga ada bus lagi malam ini, naik taxi? memang uangmu ada?" ledeknya lalu terbahak, karena tadi anna sudah jujur ia tak membawa banyak uang, salahnya bercerita pada haechan si manusia cerdik.
mata anna memicing kesal, bocah pelawak itu berhenti tertawa, "iya, iya, ayo pulang, gak perlu sungkan, ann, sesama teman harus saling membantu" ucap haechan akhirnya serius, anna mengangguk pasrah, lalu keduanya keluar gedung dan anna naik ke boncengan motor haechan. sepanjang perjalanan diisi oleh gelak tawa dari anna, malam yang sunyi dan udara dingin tak dihiraukan lagi, haechan memang jagonya membuat siapapun tertawa, dia punya seribu ide, anna hanya bisa memukul punggung pria tan itu berulang-ulang setiap kali tak kuasa menahan tawa berkat lelucon yang dilontarkan haechan, dan tak terasa kini keduanya sudah sampai di depan rumah anna.
gadis itu segera turun lalu melepas helm dari kepalanya, "makasih ya, chan" katanya tulus, selain sudah diantar pulang dengan selamat, hatinya yang sedih akibat kejadian siang tadi jadi terhibur karena cerewetan haechan. pemuda itu mengambil helm dari tangan anna, gestur tangannya menunjuk ke dahi, anna memiringkan kepala, bingung. haechan mendengus malas, lalu tangannya ia arahkan merapikan helaian rambut yang tersisa di dahi anna, bibir anna membulat mengerti.
"aku pulang ya, ann, lain kali kalau perlu tumpangan bilang saja, aku selalu siap kok" ujarnya, anna mengangguk, "bye" haechan segera menarik gas, meninggalkan anna yang belum sempat mengucap sampai jumpa, gadis itu berbalik, bersiap membuka gerbang rumahnya, sebelum tangannya dicegat oleh seseorang; mark lee yang menyeberang cepat-cepat dari rumahnya. "hey, mark" sapa anna sok asik segera setelah matanya kontak dengan pandangan mark, suara anna bergetar, namun ia menyembunyikannya. raut mark terlihat kesal, tak sering anna lihat ekspresi mark yang seperti ini.
"tadi siapa?" interogasinya tiba-tiba, suaranya lantang, anna agak terkejut, "haechan" cicitnya takut, "hebat ya, kamu, pulang malam-malam sama pria, sudah berani, sejak kapan kamu berubah jadi begini? tidak peduli tata krama" mark menghakimi panjang lebar. anna memiringkan kepala, rautnya tak senang, dihempaskannya genggaman tangan mark, "excuse me? kalau ga tau lebih baik ga usah ngomong deh--" mark memotong, "--apa yang aku gak tau, anna? ga usah membela diri!" kini mark setengah berteriak.
anna menatap tak percaya, "kamu-- kamu bukan mark yang aku kenal" katanya terbata-bata, "lagipula buat apa kamu marah? apa hakmu, mark? kalau aku pulang bersama haechan kamu mau apa?!" anna tersulut emosi, gadis itu ikut berteriak, segera ia membuka pagar dan masuk ke dalam rumahnya, menghiraukan mark yang memanggil namanya berulang kali. akhir yang sudah bisa ditebak, ya, gadis itu menangis lagi, menyembunyikan wajah di balik bantalnya sepanjang malam. mark menyakitinya dua kali hari ini. namun yang lebih gadis itu sesali, ia tak bisa benci pada mark.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] nerdy love | mark
Fanfictionjurnal asmara milik anna si hobi insecure dan tetangganya, si gitaris gereja mark lee. complete, dec 2020 - jan 2021 the spin off story, rumah is launched!