07. mark's pov : salah paham

1.4K 180 11
                                    

sebulan ini mark disibukkan dengan kegiatan osis, mulai dari kampanye sampai memperbaiki seluruh formulir, bongkar pasang timnya hingga anggota terbaik untuk setiap seksi terkumpul. untuk pertama kalinya pemuda itu ikut organisasi besar seperti ini, dan yang ia rasakan hanyalah ketidakpuasan, ia ingin menunjukkan kemampuannya pada anna, namun keduanya malah tak punya waktu bersama, mark rindu anna. mark ingin mundur, namun seorang pria harus tetap konsisten pada tujuan awal, seperti kata ayahnya.

kini mark sedang berada di uang rapat osis, sudah dihabiskannya waktu mulai jam masuk sekolah sampai pukul dua belas di sini, membahas rencana program tahunan yang tak berujung juga. telapak kanan mark menopang dagunya, menunggu bel istirahat berbunyi, dan begitu bahagianya ia saat bel terdengar di telinganya, seakan mendengar suara dari surga, ia segera bangkit berdiri.

"hey, mark? mau kemana?" tanya jaemin, wakil tim osis mark. lelaki tampan itu menarik tangan mark yang hendak melangkah, "ingin ke kantin, kan sedang istirahat?" jelas mark, "yasudah, bareng kita aja, sekaligus mempererat persaudaraan, kita harus sering habiskan waktu sama-sama" kata jaemin yang terdengar tak masuk akal di telinga mark, hatinya tak bisa terima. "tapi--" mark mencoba menolak, "ayolah, kita bisa diskusi juga di kantin, biar semakin cepat rampung" kini jeno, si koordinator kepemimpinan yang membujuk, bahu mark melemas seiring kepalanya mengangguk. ia ingin melihat wajah cantik anna, tapi ya sudahlah, mereka bisa bertemu saat pulang sekolah nanti.

kini tim sukses itu sudah duduk bersama di meja panjang, ricuh dan ramai, seakan kantin dikuasai oleh mereka, mark tak terlalu nyaman dengan keadaan seperti ini, sangat bukan dirinya. seluruh teman-teman mark mulai makan dengan lahap, ia mencoba menyesuaikan diri, mark ikut melahap hidangannya. tak lama kepala mark celingak-celinguk, mencoba mencari anna yang mungkin saja sedang ada di kantin, lalu matanya menangkap sosok manis itu, giginya refleks cengengesan.

anna kelihatan sedang kebingungan, sepertinya tidak ada bangku untuk duduk. situasinya membuat mark terlalu canggung untuk berteriak memanggil, ia menanti gadis itu sampai di dekatnya, rencananya akan ia persilahkan duduk di sampingnya, kalau anna tak keberatan. akhirnya anna sampai di hadapannya, dilihatnya senyuman manis yang dilemparkan anna padanya, hatinya menghangat, ia rindu senyum itu. mark ingin balas tersenyum, namun atensinya teralih karena pundaknya ditarik kelly. siswi itu membisikkan sesuatu padanya, yang mark saja tak mengerti dengan jelas, yang melekat di pikirannya hanya anna. mark segera mengalihkan kembali tatapannya pada anna, namun gadis yang dikasihinya itu sudah hilang dari posisinya. dahi mark mengernyit, semuanya terjadi begitu kilat, mark mencoba memahami situasi, mengapa anna segera pergi? apa anna tak rindu mark? atau apakah anna salah mengerti?

-

malam pun tiba, anak muda itu belum juga bertemu anna, hatinya rindu, ia juga ingin segera meluruskan apabila sikapnya tak sengaja membuat anna kecewa. tadi siang ia ingin pulang bersama anna, tapi gadis itu sudah tak ada di kelas. mark duduk di bangku teras rumahnya, kata ibunya, anna sedang latihan drama di gereja, omong-omong, bahkan hingga hari ini, anna belum cerita apapun soal dramanya, mark terlalu sibuk dengan urusan sendiri, kini mark merasa bersalah.

sudah jam sepuluh, mark agak kebosanan, ia sudah duduk disini mulai tiga jam yang lalu, namun ia tak juga ingin masuk ke rumah, pokoknya dia harus bertemu anna-nya dulu sebelum hari ini berakhir. pemuda itu agak khawatir, tak biasanya anna ada di luar rumah sampai jam segini. fokus pemuda itu beralih begitu mendengar suara bising motor, anna sudah tiba! matanya melihat saksama anna turun dari motor itu di depan rumahnya. mark bertanya-tanya siapa yang bersama anna, wajahnya tersembunyi di balik helm.

pemuda itu masih anteng menyaksikan dalam diam, tak bisa ia dengar perbincangan mereka berdua meski ia sangat ingin tahu, alis mark bertaut saat dilihatnya tangan orang itu mengusap dahi anna, lalu rautnya jadi tak suka. ia bangkit berdiri dan segera menyusul anna, menarik pergelangan tangannya begitu orang itu beserta motornya melenggang pergi. "hey, mark" tak dihiraukan mark sapaan anna, yang jelas sekujur tubuhnya seakan terbakar, "tadi siapa?" mark setengah teriak, dihadiahi wajah terkejut dari anna. mark sempat luluh melihat raut anna yang ketakutan, ia tak ingin membuat anna takut.

namun begitu tahu itu adalah haechan, pria di gereja mereka yang sejak dulu suka menempel pada anna, emosinya kembali membuncah, ia kerap berteriak, menuntut penjelasan dari anna, tetapi yang ia dapati hanya tatapan nanar nan kecewa dari gadis itu, mark memanggil namanya berulang kali namun anna tak berbalik, sontak pintu di hadapan mark dibanting, pria itu menunduk lesu.

-

ini hari sabtu, mark sedang latihan di gereja, ia dapat jadwal melayani musik hari sabat nanti, saat ini mark sedang menyesuaikan suara gitar listriknya bersama empat pemusik lain di altar. sejak pagi mark tak bertemu anna di sekolah, entah gadis itu sengaja menghindarinya atau memang mark yang tak beruntung. ia masih fokus memutar tombol-tombol pada sound systemnya saat kerumunan paduan suara datang, tawa familiar membuat kepala pria itu mendongak, ada anna di sana!

tunggu, sejak kapan anna ikut paduan suara? namun sudahlah, mark tak mau ambil pusing, yang jelas ia langsung antusias. matanya mengikuti anna yang berjalan naik ke atas altar, gadis itu ceria sekali hari ini, penuh dengan tawa, entah karena apa, karena-- oh, ada haechan yang berbaris satu tangga podium di atas anna, raut mark berubah jadi kesal. "kita mulai, segala kemuliaan hanya bagi tuhan, sampai bait satu habis dinyanyikan erika, ya. ayo iringi, taeil" johnny, si pemimpin choir memberikan aba-aba pada pianis, semua orang bersiap-siap.

bait satu lagu berjalan lancar, suara erika terdengar baik dengan alunan musik yang tenang, kini anna dan choir yang lain ikut ambil suara, "kuasa dan kemuliaan hanyalah bagi tuhan~ segala kemuliaan~ keagungan~ kejayaan~" anna terlihat melakukan kesalahan, haechan berusaha menahan tawa lalu menepuki pundak anna yang malu seiring tempo, mencoba mendorong semangat gadis itu agar tetap percaya diri, "hanya bagi tuhan--"

zriiiiiing~

suara bising dari gitar yang begitu berdengung di telinga memecah konsentrasi, membuat alunan musik dan suara choir segera terhenti, kini semua menatap pada sang gitaris, mark, yang melongo, lantas pemuda itu menunjukkan senyum malu, "sorry, my bad" sesalnya, ia agak takut melihat ekspresi jutek johnny. salahkan saja haechan! mark jadi kehilangan fokus, untuk apa haechan memegangi pundak anna-nya? sangat tidak profesional, mencari kesempatan dalam kesempitan, pokoknya tidak ada yang boleh merebut anna dari mark, titik.

[1] nerdy love | markTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang