04. serumah sehari

1.3K 247 4
                                    

"huft, sepi banget" ivy uring-uringan dengan wajah masam, "anna kenapa gak dateng, sih? apa dia sakit? semalam kelihatan sehat, kok" lanjut perempuan itu lagi. kepala mark mendongak, sudah jam belajar terakhir sekarang dan mark menunggu bel pulang berbunyi, mark ingin cepat-cepat kembali ke rumah, khawatir mengapa anna tidak masuk sekolah.

akhirnya suara bel menyapa gendang telinganya, pria itu segera mengemas barang-barangnya lalu pergi tanpa pamit meninggalkan ivy yang melongo, gadis itu mendecakkan lidah, "ck, mark lee transparan, anna bodoh sekali gak bisa menyadarinya. tidak, kalian berdua sama-sama bodoh, sudah kutebak sepuluh tahun lagi kalian akan menikah" cibir ivy lalu tertawa konyol.

mark sampai di rumahnya, usai mengecup pipi ibu dan melepas sepatu, anak muda itu segera naik ke kamar tidurnya, memperhatikan jendela rumah seberang yang terang benderang, "anna ada di rumah" gumamnya. "mark!" teriakan dari bawah mengalihkan perhatian mark, "iya, mom!" jawabnya dengan suara lantang, "setelah ganti baju segera makan, lalu antar makanan ke rumah anna, ya" suara ibu mark terdengar lagi, alis mark bertaut bingung, namun ia bergegas mengganti seragamnya.

kini mark sudah di lantai bawah, menerima rantang yang dititip ibunya untuk diantar ke rumah anna, "mama anna sakit semalam, jadi segera dibawa ke rumah sakit, kakaknya menjaga disana bersama papanya, sekarang dia sendirian di rumah, sepertinya belum makan" jelas ibunya tanpa diminta, mark mengangguk paham, pasti anna sedang sedih. "apa sakitnya mengerikan?" tanya mark, ibu menggeleng tidak yakin, "entah, tapi memang sudah sakit sejak lama, makanya kamu bersyukur mama masih sehat, jangan nakal" ucap ibu mark mengelus surai putra bungsunya, mark menghela nafas, kepalanya mengangguk lagi sebelum meninggalkan rumah.

mark memencet tombol bell itu dua kali sebelum anna dengan tampang tidak segarnya muncul membukakan pintu, matanya sembab, rambutnya berantakan, sepertinya gadis itu belum mandi. bibir anna membulat, "ada apa, mark?" tanya anna tak bersemangat, mark menunjukkan rantang, menunjukkannya pada anna, alis anna terangkat. "terimakasih" katanya masih tak bersemangat, suaranya parau, hampir saja pintunya ia tutup namun entah apa yang memberanikan mark, remaja pria itu menahan pintu, "bolehkah aku menemanimu sebentar?" tanyanya tiba-tiba, alis anna terangkat lagi, lalu kepalanya mengangguk tak yakin.

anna mempersilahkan mark duduk di meja makan, terakhir kali mark masuk ke rumah anna adalah saat tahun baru, namun tempat ini tidak berubah sama sekali, denahnya masih familiar, "aku mandi dulu, ya" anna minta izin yang tentu saja tak memerlukan persetujuan mark. mark memperhatikan sekitar, foto-foto anna kecil dan keluarganya yang dipajang, tubuh mark tak berkutik sedikit pun, dia canggung. mark teringat kondisi ibu anna, ternyata itu alasan anna tidak ke sekolah.

sepuluh menit berlalu, anna kembali muncul di hadapan mark dengan wajah yang sudah bersih dan segar, rambutnya masih basah, belum dikeringkan, "brrr, dingin" katanya lalu tertawa sebentar, mark ikut tersenyum. anna membuka rantang yang dibawa mark tadi dan segera mengambil piring. "kamu sudah makan?" tanya anna dijawab gelengan, "ya sudah, ayo makan bareng" ajaknya. mark menggeleng lagi, "gak perlu, anna makan saja, aku bisa makan di rumah" tolaknya. "tapi porsinya terlalu banyak, keluargaku gak pulang hari ini, nanti malah basi" jelas anna lagi lalu mengambil dua piring, gadis itu menyerahkan satu pada mark, akhirnya keduanya makan bersama.

"masakan mama kamu enak, ya, mark. aku jadi rindu masakan mamaku" kata anna tiba-tiba, mark memperhatikan anna yang sibuk makan, lalu mark kembali melahap makanannya, keadaan sunyi sampai suara tarikan ingus terdengar, mark menatap anna lagi, gadis muda itu menangis. bibir mark membulat, "anna?" panggilnya, anna menoleh menatap mark dengan airmata di pipinya, lalu ia mulai terisak, "anna" panggil mark lagi saat tangis gadis itu semakin keras, anna menarik nafas, lalu meletakkan sendoknya, kini ia fokus menangis, menutup seluruh wajahnya dengan kedua telapak tangan.

mark bingung harus apa, mark bangkit berdiri lalu mengambilkan minum untuk anna, "minum dulu, anna" mark menyodorkan segelas air hangat ke hadapan anna yang sudah agak tenang, posisinya masih berdiri. anna menerima gelas itu, menyeruput sedikit air, lalu lanjut menangis, mark kelabakan lagi, bingung harus berbuat apa, tangannya ia arahkan mengelus pelan punggung anna, mark sangat tak leluasa, berdirinya aneh. anna menarik pinggang kurus mark, memeluknya lalu membasahi baju pria itu dengan air matanya, mata mark melotot, pemuda itu mencoba menstabilkan dirinya, lalu kembali mengelus punggung anna yang bergerak tak beraturan, juga mulai mengelus kepala belakang anna dan rambut hitam panjangnya yang basah berganti-gantian, mark membiarkan anna menangis di pelukannya.

-

saat ini dua manusia tujuh belas tahun itu sedang duduk bersama di atas karpet ruang tamu dengan televisi yang menyala, keadaannya membeku. astaga, bagaimana bisa mereka berpelukan tadi? anna merutuki dirinya yang sering terbawa suasana, sekarang dia malu. anna menggigit bibir, "hm, tadi gimana di sekolah?" cicitnya pelan, mencoba mencari topik bicara. mark menoleh, "bagus, banyak jam kosong hari ini, sejak pagi ivy merengut karna kamu gak masuk sekolah" kata mark, anna tertawa kecil, "ivy lucu ya haha, akhirnya aku punya teman di sekolah selain kamu" tutur anna, "kita sudah bersama sejak masih sekolah dasar, tapi kenapa kita ga bisa dekat ya? mungkin karena sama-sama anak rumahan" lanjut anna lagi.

mark diam mendengarkan curhatan anna, tangannya ia letakkan diantara lipatan kakinya, "aku juga bingung kenapa kamu tidak memilih menunjukkan dirimu, kamu hebat, mark. entahlah, mungkin lingkungan bermainku sangat sempit tapi tak pernah kutemui pemuda lain yang sekeren, sebaik, dan serendah hati kamu, kamu harus percaya diri" puji gadis itu, mark menoleh menatap anna, kenapa jadi mark yang dihibur? yang sedang sedih itu anna.

anna tak bersuara lagi, keduanya hening, mark fokus menonton siaran televisi, suasana semakin damai, mark mulai terbiasa, namun tak lama jantungnya kembali hampir melompat keluar saat kepala anna yang tadinya bersandar di kaki sofa kini berada di bahunya, tubuhnya membeku, tidak berani bergerak, sampai dengkuran halus dari bibir anna memenuhi telinganya, mark tertawa kecil. pria itu mencoba memperbaiki kepala anna agar posisinya lebih nyaman namun kini kepala dan separuh badan anna malah terhempas ke dua kaki mark yang disilangkan, bibir mark meringis, diperhatikannya wajah menggemaskan anna saat tertidur, sebuah senyum refleks terlukis di bibirnya tanpa disadari.

mark mendekatkan wajahnya, semakin menunduk sampai tubuhnya bungkuk, tersisa beberapa inci sampai ranumnya mengenai bibir merah anna yang tertutup rapat, sebelum akhirnya ia tersadar, mark menggeleng berulang kali lalu menegakkan duduknya, "i must be crazy" gumamnya. matanya kembali ia arahkan ke televisi namun pikirannya berkelana entah kemana, apa yang hampir mark lakukan tadi? sangat tidak sopan. kepalanya ia sandarkan di kaki sofa, lalu tak lama ikut terlelap. mark tertidur dengan anna di pangkuannya.

[1] nerdy love | markTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang