11. kepala dua

1.4K 133 8
                                    

bulan terakhir tahun ini kembali menunggu untuk dilalui, mengisi kenangan manis untuk diingat di hari depan. ini tahun ketiga mark dan anna bersama, dan sekarang adalah ulang tahun anna, gadis itu menginjak usia dua puluh tahun tanpa mark di sisinya. keduanya harus berpisah kota untuk melanjutkan pendidikan, tapi tidak seserius itu kok, hanya memakan waktu satu jam untuk tiba di kota tempat mark berdiam saat ini, sedangkan anna masih tinggal di rumah orang tuanya. anna saat ini mengambil jurusan sastra bahasa inggris di universitas milik negara, sudah memasuki semester lima, mark sendiri masuk akademi alkitab sejak tahun lalu, anna sampai kehabisan tawa saat pertama kali diberitahu pria itu, namun apapun rancangan yang coba mark putuskan, anna berusaha selalu mendukungnya.

anna sedang ada di kampusnya, kelas sudah usai, gadis itu terlambat masuk kelas pagi tadi, lantas disuguhi omelan tak henti dari ibu dosennya sampai kelas berakhir, anna menyesal memilih mengetuk pintu, lebih baik ia pulang saja tadi. saat ini anna duduk di bangku taman universitas, gadis itu membuang nafas berat lalu memakan roti yang tadi ia beli tanpa semangat, hari ini berat, tapi anna tak boleh gundah gulana, ini kan hari spesialnya, dia harus bahagia. ponsel wanita itu berbunyi, atensi anna berpindah, tersedia panggilan dari mark lee di ponselnya, anna segera menjawab, "hai, marky" tawa dari seberang mengisi gendang telinganya, "selamat petang, nyonya anna, bisa bantu cek rumah lama hari ini?"

anna mendengus, rumah lama yang mark maksud adalah rumah keluarganya yang ada di depan rumah anna, keluarga lee pindah sejak mark lulus sekolah, tapi rumah itu tak dijual, harusnya mark yang mengurus, namun karena ia tinggal di asrama, anna yang memeriksa keadaan rumah itu setiap bulan, sekedar melihat bila ada kerusakan. gadis itu tidak keberatan, namun yang anna permasalahkan saat ini adalah, apa mark tidak ingat hari ulang tahunnya? "yasudah!" anna menjawab ketus lalu segera menyudahi panggilan, memasukkan ponselnya ke dalam saku baju lalu berjalan dengan kaki dihentakkan, anna ingin menangis sekarang juga, tapi ia tak mau dianggap cengeng, wanita muda itu segera menaiki bus yang lewat menuju lingkungan rumah mereka.

-

anna sampai di sana saat langit sudah gelap, ia berencana pulang ke rumah setelah melihat keadaan rumah mark secepatnya, wanita itu bergegas membuka pagar, dahinya mengernyit saat tak menemukan kunci yang biasanya disembunyikan di balik karpet depan pintu. anna menelan ludah gugup, tangannya meraih gagang pintu, mencoba membukanya dan pintu itu sukses terbuka, anna semakin takut, apa ada orang jahat yang masuk ke rumah? ia masuk ke dalam rumah usai membuka sepatunya, lampu sudah dihidupkan semua, anna melangkah waspada, haruskah ia telepon mark sekarang? oh tidak, pria itu tetap tak bisa datang, kaki anna gemetaran, dilihatnya piring dan gelas kotor di wastafel, seseorang benar-benar ada disini.

anna menarik nafas dalam, lalu pundaknya naik terkejut saat seseorang memegang bahunya dari belakang, gadis itu menutup mata, ya tuhan dia masih terlalu muda untuk mati, biarlah dia lulus dengan gelar terlebih dahulu, "happy birthday to you, happy birthday to you, happy birthday anna sayang, happy birthday to you" suara tak asing mengisi kuping anna, itu mark, anna segera menoleh dan tanpa diminta ia menghambur ke dalam pelukan kekasih yang dirindukannya itu, kue kecil di tangan kiri mark sampai hampir jatuh, detak jantung anna mulai stabil, tak ingin pikir panjang dulu mengapa mark bisa ada di sini, yang pasti anna sudah aman.

-

anna dan mark sekarang sedang duduk bersama di sofa, dengan film spiderman yang tayang di televisi di hadapan mereka, entah sudah berapa kali ia tonton, mark tak jenuh juga. buku tebal ada di tangan anna, perempuan itu mencoba mencerna mata kuliah yang terlewatkan tadi, bagaimana bisa anna paham kalau dosennya terus menerus memarahinya. mark dan sepiring potongan semangka di pangkuannya menyandarkan kepala di pundak kekasihnya yang sibuk membaca, ia tadi sudah cerita kalau studi pendidikan kristennya sudah rampung sejak tiga bulan yang lalu, namun mark belum sempat kembali bertemu anna karena ia sibuk praktek lapangan di rumah ibadah. kini televisi menayangkan adegan mary jane membuka topeng peter parker sampai setengah wajahnya, lalu keduanya berciuman, mark tersenyum malu, lalu mulai lompat-lompat duduk bersemangat sampai sofa berderit.

kini dagunya ia tancapkan di pundak anna, bernafas di lehernya, anna risih, lalu wajahnya ia hadapkan pada mark, pria muda itu terbawa suasana. mark mencoba mengambil kesempatan, mendekatkan bibirnya pada bibir anna yang hanya tersisa beberapa senti, namun kalah cepat dengan anna yang langsung siaga, tangannya sigap mengeluarkan senjata berupa buku tebal sontak mendaratkannya kuat dan sempurna di kepala datar mark, "aw!" pacarnya mengadu kesakitan, anna menggeleng tak percaya, "mark!" teriaknya. mark mengelus kepalanya yang benjol berulang kali, "sekali kecup saja, ann, ga lebih kok" pintanya, anna menggeleng, masih konsisten dengan prinsip awalnya, "mark, kita sudah sama-sama janji harus saling menjaga dan membatasi diri" nasihat gadis itu.

bibir mark mengerucut, "kita bersama selama tiga tahun ann, bahkan sudah kenal sejak umur kita lima, aku ga mungkin berbuat yang tidak-tidak, aku menjagamu selama ini, apa salahnya mengecup bibirmu saja" ucapnya lesu, manja bak anak kecil seperti biasa, tapi mana ada anak kecil merengek minta dicium kekasihnya. anna menghela nafas, memijit pangkal hidungnya, kelihatan bingung akan sikap mark, "i know, aku percaya padamu, tapi belum waktunya mark, harus tunggu sampai kita menikah" tuturnya, mark mendesah putus asa, "i'm planning to do that" ucapnya lalu akhirnya mengeluarkan kotak cincin biru yang sudah ia simpan selama ini dari saku jaketnya, meletakkannya di paha anna, kepala mark menunduk tak semangat.

anna menaut alis bingung, jemarinya meraih kotak perhiasan kecil itu lalu membukanya perlahan, menemukan cincin berlian di dalamnya, "mark?" panggilnya yang tak dijawab mark, sepertinya pria itu tengah mental breakdown. "maksudmu apa?" tanyanya dengan suara gemetar, anna bingung harus bereaksi seperti apa, lidah mark mendecak, "memangnya apa? sudah jelas aku mengajakmu menikah!" tuturnya sewot, sebenarnya tak perlu dijelaskan pun anna sudah mengerti, namun ia terlalu terkejut, "iya, aku paham, hanya saja bukankah terlalu cepat? aku masih kuliah, kamu juga baru akan daftar studi musik bulan depan, aku ga bisa apa-apa mark, aku ga mahir merawat rumah apalagi seorang anak" ujarnya lagi, mark merotasikan kedua bola matanya, "mau siap sekarang atau kapanpun, tujuanku sama, ann, aku mau menikah cuma sama kamu, terserah deh tanggapanmu apa" ucapnya ogah-ogahan, masih kesal dengan penolakan dari anna tadi. lamaran macam apa ini? mengapa sambil marah-marah?

kurva di bibir anna mulai terbentuk, hati gadis itu tersentuh, mark begitu terbatas dan selalu gagal romantis, ia hanya menyampaikan apa yang ia rasakan dan melakukan apa yang ia rencanakan, begitu sederhana namun berhasil membuat anna semakin jatuh cinta padanya, gadis itu memberanikan diri menarik wajah mark mengarah padanya, lalu mengecup bibir kekasihnya singkat, wajah mark melongo tak menyangka, serangan di luar dugaan, mark belum bersiap. gadis itu kini berteriak malu lalu bergegas berlari pulang ke rumahnya, meninggalkan mark yang tersenyum tak waras sendirian di ruang tamu.

[1] nerdy love | markTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang