hari ini sekolah mereka mengadakan acara perlombaan dibarengi pentas seni. sejak pagi, orang-orang di sekitar anna sudah sibuk sekali. anna bahkan belum sempat melihat ivy, anak itu jadi anggota seksi acara. mark juga sedang siap-siap pertandingan basket antar kelas, kini anna sendirian. ada beberapa teman juga yang menghabiskan waktu di dalam kelas, hampir semua sibuk dengan ponsel, ada yang sibuk bercerita, juga ada yang ketiduran di meja. anna membuang nafas lemah, pasti akan sangat membosankan menunggu, bahkan bermain ponsel terasa hambar.
gadis itu memutuskan keluar dari kelas, sudah semester keempat namun sampai saat ini ia hanya bisa menonton dan tak terlibat apa-apa di lapangan. tapi anna berusaha biasa aja, pikirnya juga, anna belum sanggup memikul tanggung jawab untuk acara besar seperti ini. saat ini, anna sedang turun dari tangga menuju lapangan; kelas mereka ada di lantai atas, "sorry, bro, chenle memutuskan ikut bermain, katanya dia sudah pulih, maaf terlambat memberitahu" sayup suara yang anna dengar saat melewati ruang ganti.
"yeah, it's really fine, semangat, semoga menang ya" dahi anna mengernyit, suaranya terdengar familiar, seperti suara mark, atau itu memang mark? anna cepat-cepat berjalan menjauh saat pintu ruang ganti terbuka, namun langkahnya melambat setelah koordinator basket melewatinya. kepala anna menoleh ke belakang, kenapa mark tidak kunjung kelihatan? gadis itu memutar arah kembali ke ruang ganti, lantas menemukan mark yang tengah menunduk di depan pintu, tatapannya-- sedih? anna ragu untuk memanggil, namun akhirnya perempuan itu bersuara, "hey, mark ganteng!" panggilnya, mark mendongak, senyuman kecil segera terpotret di wajahnya. anna mendekat meraih bahu mark.
bertanya perihal basket mungkin bukan hal yang tepat untuk saat ini, "mau gak kamu menemani aku membeli roti di kantin?" anna bertanya acak, "mau, tapi boleh aku ganti baju dulu?" mark balik bertanya, anna mendecakkan lidah tidak setuju, "ck, gak boleh! kamu ganteng pakai seragam basket" tolaknya lantas segera menarik tangan pria itu menuju kantin. usai membeli roti di kantin, keduanya duduk bersama di bangku yang menghadap ke lapangan. pertandingan basket akan segera dimulai, sudah mulai terdengar keributan dimana-mana. seperti biasa, gadis-gadis dari kelas mana saja memenuhi setiap sisi lapangan, lagu berisik dengan speaker volume besar menambah kegaduhan.
bibir anna manyun sembari mengunyah roti, "berisik sekali di sini" eluhnya kesal lalu menarik tangan kanan mark menjauh dari lapangan, dekat pintu masuk, "kamu gak mau nonton pertandingan?" kalimat pertama akhirnya keluar dari mulut mark. anna menggelengkan kepala, "gak, soalnya kamu ga ikut main" jelasnya santai lalu melahap rotinya lagi, mark memokuskan kedua netranya pada gadis itu, pipinya yang terisi penuh dengan roti terlihat sangat menggemaskan. "aku selalu senang melihat kamu main basket, sama seperti saat kamu main gitar, selalu memberi yang terbaik. matamu seperti memancarkan bara api karena kamu sangat mencintai yang kamu kerjakan" anna lanjut berbicara, "entah kenapa kamu gak pernah dikasih kesempatan ikut turnamen" jedanya.
"seandainya mereka perbolehkan kamu, sudah pasti kamu akan jadi kartu as tim--" mark memotong ucapan anna, "--kartu as darimana? aku masih sangat kurang" mark tertawa paksa sembari memegang kepala belakangnya, anna terdiam, mark pasti sedang tidak percaya diri. "tapi kamu sungguhan kartu as buatku mark" kata anna lagi, "bukan berusaha menghiburmu, tapi kelas kita pasti akan kalah hari ini karena tak ada kamu di dalam tim" sambung anna menciptakan keheningan di antara mereka. mark membisu, entah apa yang sedang ia pikirkan, apakah anna terlalu lancang?
"hey, kalian berdua! sini bantu ibu mengangkat pupuk" kedua remaja itu menoleh ke sumber suara, lalu berjalan cepat-cepat menghampiri sang guru, "ini, angkat satu karung bersama ke dekat gerbang, lalu pindahkan ke pot disana, hati-hati ya" suruh ibu guru diangguki keduanya. "di mana sendok tanahnya? atau pakai tangan saja ya?" anna menggumam, mencoba memindahkan dengan tangannya namun sulit, akhirnya anna menyerah, ia bangkit berdiri mencoba mencari scoop, kakinya melangkah namun tiba-tiba--
bbuk!
naas. langkahnya tak ia perhatikan hingga terjatuh, luka merah kini menghiasi lututnya, "aw!" adunya kesakitan, "anna!" gadis itu menoleh, memalingkan mata dari lututnya ke arah mark, pemuda itu terlihat marah, mark pergi meninggalkan dirinya, bibir anna cengo, bagaimana bisa ia ditinggalkan sendiri? namun tak lama mark datang kembali, ternyata ia mengambil kotak pertolongan pertama, dengan cepat mark membersihkan dan membalur lutut gadis itu, sambil mengobati mark marah-marah, "kan sudah dibilang hati-hati, syukurlah hanya luka ringan" katanya judes.
"kan aku tidak lihat, salahkan batunya saja!" anna berusaha membela diri, "kamu yang harusnya lebih memperhatikan sekitar, anna, kamu salah, ceroboh" nasihat mark lagi, kini ia menekankan kalimatnya. anna menatap mark nanar, bibirnya mencebik, lalu airmata keluar membasahi pipinya. "aku sedang kesakitan dan kamu memarahi aku? kamu jahat mark, hiks, aku ga percaya ternyata kamu tega seperti ini" ucapnya tak jelas akibat tengah sesenggukan, mark kelabakan, "anna, i'm so sorry, aku gak bermaksud memarahimu, hanya khawatir" apologi mark memohon.
anna menarik ingusnya, selang beberapa saat kepalanya mengangguk seiring suara tangisnya mereda, "aku gak mau terlihat cengeng" tuturnya lantas menghapus jejak airmata dari pipinya dengan tangan yang kotor sehabis memegang pupuk, mark melongo dengan bibir maju, "anna?" panggil mark. "APA?!" jawab anna setengah berteriak, masih agak kesal dengan sikap mark tadi, "pipimu" mark memberitahu sambil menahan tawa, jemarinya segera mengusap lembut pipi anna, membersihkan serbuk tanah dari wajahnya, anna menggigit bibirnya kuat, jantungnya berdebar kencang, apa yang kamu lakukan mark?
tawa mark malah membuat kepala anna semakin menunduk malu, "you're beautiful, anna" ujarnya tiba-tiba, anna mendongak, berharap dia tak salah dengar, ditatapnya mark yang juga sedang menatapnya, mark tersadar, "maksudku-- tanahnya cantik? tidak, bunganya cantik, eh?" elaknya terbata-bata. anna memutar bola mata malas, "gak jelas" katanya kesal. kenapa kamu kesal, anna? ia meluruskan kakinya lalu bersandar, membiarkan mark mengerjakan tugas yang diberikan bu guru sendirian, lagi-lagi ia terhanyut memandang pemuda itu, mark terlihat sangat menarik saat tengah serius.
"anna istirahat saja di unit kesehatan, aku akan kerjakan dengan cepat" usul mark dihadiahi gelengan oleh gadis itu, "gak mau, biarkan aku menemanimu sampai selesai" tolak anna. keadaan membisu lagi, anna termenung, tadi mark menyebutnya cantik? hati gadis itu jadi menghangat. tidak sering anna dipuji cantik oleh orang lain sebelumnya, apakah mungkin mark cuma ingin menghiburnya? ah, sudahlah, tulus atau tidak, anna tetap senang mendengarnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
[1] nerdy love | mark
Fanfictionjurnal asmara milik anna si hobi insecure dan tetangganya, si gitaris gereja mark lee. complete, dec 2020 - jan 2021 the spin off story, rumah is launched!