21. Hilang

216 20 5
                                    

Aku hanya diam, duduk dikursi dekat jendela dari jauh memperhatikan Silvi merias wajah Naima, sementara Conan menyiapkan peti. Rasa ini pernah ku alami sebelumnya, saat aku kehilangan kakak. Rasanya aku hancur.

Tadi aku sempat dikurung para penjaga dikamarku karena aku mengamuk saat Naima ingin dimandikan, aku belum ikhlas Naima pergi, aku ingin dia tetap disini. Ibuku menyuruh pelayan istana untuk mengurungku. Didalam kamar aku menghancurkan segalanya, aku membuat kamarku kacau sekacau hatiku.

Aku terima keadaan saja. Kenyataannya sekarang Naima sedang dikremasi. Entahlah berapa banyak air mata keluar, bahkan sekarang pipiku basah. Padahal aku laki-laki.

Aku mendengar suara dari jauh, tepat di gerbang istana. Ada seorang pria penuh emosi, mencoba memasuki istana, tapi dia tidak sendiri ada vampir menenmaninya dan ikut melarangnya.

"Aku juga mau ngelihat dia! Dia pacarku!"

"Dia bukan pacarmu, dia milik Saeko. Sudah, ayo pulang!" Aku tau ini siapa, ini suara Karin.

"Jangan larang aku! Aku ingin melihat nya setidaknya untuk terakhir kalinya sebelum dia diistirahatkan!"

"Robby, pertemuan mu saat itu yang terakhir"

"Tidak! Aku mohon nona, aku mohon nona Karin... beri aku kesempatan.."

"...." cukup lama Karin membalas..

Sebenarnya kalau dia ingin melihat juga gak apa-apa sih. Aku mengerti perasaannya. Mungkin Karin takut jika aku tidak memberi izin. Jadi aku mengirimkan telepati untuk Karin.

"Biarkan dia masuk, aku izinkan" ucapku dengan telepati

"Buka pintunya, Pangeran memberiku izin" ucap Karin kepada penjaga gerbang.

****

Wajahnya penuh kesedihan, kantong matanya menggantung seperti ingin meledak, begitu ia masuk ke Kamar Naima, ia berlari menuju Naima, memeluk Naima itu membuat Silvi terganggu karena meriasnya belum selesai.

"Jangan sampai air matamu jatuh ke jasadnya.. tidak boleh.. tolong jangan terlalu lama, aku masih memberi make up wajahnya.." jelas Silvi

Setelah Robby puas menangis diatas Naima, ia memandangi sekitar ruangan seoalah mencari sesuatu, begitu ia mendapatiku, ia langsung bergegas ke arahku.

"Kau apakan dia? Kau tidak mengobatinya? Kau tau ini hari apa? HARI ULANG TAHUNNYA! Aku yakin sekarang orang tuanya sedang mencarinya, menunggunya. Apa kamu mau ngasi kabar kalau anaknya mati hari ini?" Dia mengomel di depan ku

"...." aku hanya diam. Lalu ia mendekatiku, menarik kerah bajuku. Lancang sekali dia, tidak sadar posisinya apa

"Hey, ngomong!! Jangan diam saja!!! Kau tidak pecus menjaga Naima!"

"...."

"Robby, sudah puas unek-uneknya? Ayo pulang!" Titah Karin yang sejak tadi berdiri didepan pintu

"Kau tau? Aku sangat mencintainya... aku berpisah karna masalah sepeleh dan aku dipisahkan dengan paksa untuk jadi budak monster penghisap darah! Dia pun begitu! Baginya kamu itu monster! Hidup dia pun berakhir karna kamu, salah mu, salahmu tidak bisa menjaga dia! Salahmu kaerna kamu monster! Kamu mons-"

"Jangan ngebacot! Pulang!" Karin menarik Robby dengan paksa. Bahkan saat dia ditarik pun tatapan mata Robby seperti ingin membunuhku. Buat apa aku takut? Sekali tebas saja dia bisa mati.

Tapi, kata-kata Robby itu terngiang-ngiang dikepalaku. Iya, ini semua salahku.

Sejam berlalu, mereka telah selesai mengkremasi Naima, kini Naima terbaring dipeti. Aku beridiri menghampirinya. Pucat terbaring, wajahnya damai.

"Mungkin ini terakhir kalinya aku melihat dirimu Nai, selamat ulang tahun" gumamku.

"Saeko" sapa seseorang dari balik pintu

"Apa Conan?" Sahutku

"Sebentar lagi upacara kematiannya. Aku akan memberi tau warga sekolah"

"Tidak usa"

"Kenapa?"

"Entahlah, tidak usa saja" ucapku

"Baik" lalu ia pergi

Malam ini. Malam bulan pernama yang sempurna. Senja pun tiba, waktu berjalan sangat lambat, mungkin karna aku seharian hanya dikamar Naima.

"Apa lebih baik aku sekolah yaa? Kalau begini terus, hatiku bisa semakin sakit." Aku berbicara pada diriku sendiri.

Aku pun pergi menuju kamar mandi, lalu mamakai seragam sekolah, sebelum berangkat aku ingin berpamitan pada Naima dulu.

Aku membuka pintu kamarnya, melangkah menuju peti, aku ingin mencium pipinya. Tapi. Apa ini? Petinya kosong!

Kemana Naima?

.
.
.
.
.
.

Mungkin diculik? Trus penculiknya minta tebusan..
:"v wahh ternyata lebih dari 21 bab TvT huft... ahh yaudah deh.. saya sedang menyiapkan eding yang -_-" yang apa yaa? Yang biasa-biasa saja.. mungkin. Siap gak kalian kalau ada salah satu karakter yang mati? Siap aja deh :"v

16 Maret 2019

Slave Prince VampireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang