10. sebelum pergi

16 1 0
                                    

Permainan akan segera di mulai

-BRT


Sejak 2 hari berlalu , setelah hari ulang tahun ku ,  kami 3 terus mengasah kemampuan kami , untuk missi yang akan kami jalan kan , karna kami tau , misi ini cukup berbahaya.
Dan misi ini cukup istimewa bagi kami karena berbeda dari misi yang lainnya.

"Hai , Justin , apakah kau bisa seperti ini"
Huh , si tukang pamer itu memamerkan ke ahlian ya.  7 tahun di tempat latihannya mungkin menghilangkan sebagian jiwa warasnya.

"Sudahlah Tuan tukang pamer , berhentilah bermain , kau merendahkan ku , bahkan 7 tahun yang lalu kau selalu kalah dengan gadis kecil ini"
Justin merangkul Ku , dengan senyum merendahkan ke arah Alan .
Ya kalian tau kan , dia selalu kalah jika bersaing dengan ku.

Dia melirik ku sebentar , seperti sedang memikirkan sesuatu .
Dan aku hanya menatapnya datar ,datar sedatar kisah hidupku .

"Itu 7 tahun yang lalu bukan"
Dia menyeringai ke arah kami dengan tampang , cih , menyebalkannya itu , sudah 7 tahun , dan tampang itu tetap saja membuat ku muak.

Aku naik ke atas ring , ke tempatnya berlatih tadi .
"Hmm, sepertinya kau mengerti kode ku, kau cukup peka , rupanya"
Aku hanya melirik ke arahnya , sambil melilitkan kain ke tangan ku , aku memikirkan titik titik yang akan aku serang untuk melumpuhkannya .

Dia bukan anak laki laki 7 tahun yang lalu.
Yang aku hadapi sekarang adalah pria dewasa , 2 tahun lebih tua dari ku , dan tubuhnya 2 kali lebih besar dari ku , bahkan aku hanya setinggi bahunya , padahal tinggiku 163 cm , dan seperti tingginya sekitar 180 cm atau mungkin lebih

Aku sekarang harus memperkirakan serangannya , pasalnya saat tadi ia berlatih dengan samsak itu , ku lihat samsak itu terlihat robek ringan di beberapa sisi , dan untuk tekniknya , ku akui cukup mengesankan.

"Hei femme , kau pasti bisa mematahkannya lagi"
Hhh, itu pasti Justin , akibat teriakan Justin , Alan   menggeram , ya saat dulu , itu saat saat emas ku , dan seterusnya , bahkan ia tak bisa menyentuh ku.

"Tenang saja Justin"
Hanya itu yang bisa ku katakan ke Justin .
Dan tanpa ku duga , dia langsung menyerang ku.

"Sial"
Satu kalimat umpatan berhasil ke luar dari mulut ku.
Untung saja Bogeman itu tidak mengenai ku.

Aku mengatur posisi ku , dan menatapnya datar.
Dia ternyata terlalu tergesa-gesa.
Tetap sama seperti dulu.

Dia saat ini sedang menyerang ku dengan membabi buta. Sama seperti dulu , hh melelahkan sekali , sesekali aku menangkisnya , ku akui beberapa serangan nya hampir mengenai ku.

Sudah 10 menit berlalu , dia masih belum bisa menyentuh ku , dan lihatlah wajahnya saat ini , sungguh merah

"Hai Alan , apakah kau tidak kasihan melihat femme yang hanya menghindar , dan hei femme , berhentilah membuatnya menangis"
Setelah mengatakan itu Justin tertawa keras.
Saat aku melihat ke arah Alan .
Air mukanya terlihat cukup bengis , dan cukup tampan .

Dia berdiri dari sisi ring , sepertinya dia sudah siap untuk melawan ku lagi .
Kami berjalan ke tengah arena ring , dengan cepat aku menendang wajahnya.
Saat dia hendak memukul wajah ku , langsung saja aku menghindar dengan memberikan tendangan di perutnya.

Ku lihat dia menggeram , setelah itu dia berdiri lagi , lanjut melawan ku , saat ini aku sedang berusaha menangkis dan tentu saja menghabisi nya.

Hingga tiba , Bogeman mentahnya mengenai perut ku.
Aku mundur beberapa langkah, dan terlihat seringaian dari bibir tipisnya itu
Cih, ternyata itu yang dia tunggu tunggu.

Tanpa basa basi lagi , aku langsung membalas pukulannya 3 kali lipat.
Dan Al hasil sekarang dia terkulai lemas di lantai ring.

"Yahhh, femme kau kenapa selalu menang sih"
Justin mengatakan hal itu , dan sepertinya ia ingin mengejek Alan yang tidak bisa menyentuh ku , untuk yang kedua kalinya.

"Hahaha"
Ku balas ucapan mengejek Justin itu.
Cukup lucu melihat Justin seperti itu. Dia terlihat seperti bocah saja yang memenangkan taruhan.

Aku melirik ke arah Alan yang sedang terlentang menghadap ke arah langit langit ring.
Aku berdiri menghampiri nya , di ikuti Justin yang naik ke atas ring
Aku dan Justin duduk di sisi kanan ring sebelah Alan yang sedang terbaring di sana.

"Alan , istirahat lah , 8 jam lagi kita akan pergi ke sana"
Ya kesana , yang di maksudkan Justin adalah , lokasi misi yang akan kami jalani hari ini.

"Lagian wajah mu tidak terlihat biru atau tulangmu terdengar patah , nampaknya femme sengaja tidak membuat mu terluka "

"Justin,Kalian seperti anak kecil "
Aku membalas ejekan Justin ke Alan . Jika di teruskan mungkin mereka akan berakhir di ring .

"Yah Femmy ku lebih membela gorila besar itu ternyata"
Aku hanya mendengus mendengar kalimat itu , sedangkan Alan langsung duduk tegak menghadap ke kami.

Saat ini aku hanya memberikan tatapan why?
Kepadanya.

"Sejak kapan namamu di panggil Femmy olehnya?"
Alan mengerutkan keningnya , sepertinya ada banyak pertanyaan di dalam otak kecilnya itu

Aku hanya menatapnya datar , setelah itu aku meninggalkan mereka .
Mungkin dia bertanya tanya , apa yang terjadi pada ku dan Justin selama 7 tahun tanpanya.
Dan jika ia ingin tahu jawabannya , maka dengan senang hati aku akan menjawabnya , namun tidak sekarang ,, mungkin suatu hari nanti dan jawabannya ia lah
Selama kau pergi dan bahkan sebelum kau pergi Justin menyukai ku Alan.


R E I N ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang