Mulmed ; Lee Hi - Breathe
+×+
Gue mulai memasuki cafe tempat dimana gue kerja. Iya, gue kerja sambilan di cafe. Biaya hidup jaman sekarang udah gak murah.
Jam kerja gue dimulai pukul 4 sore sampai pukul 9 malam. Karena kalau pagi gue sekolah.
Gue bisa sekolah disekolah elit karena beasiswa. Kak Taehyung juga kemarin sekolah sampai kuliah karena dapet beasiswa. Iya, gue emang bukan orang kaya. Dan gue cuma hidup berdua sama kak Taehyung dari kecil.Gue memakai apron lalu mengikat rambut dengan asal.
"Chae, apakabar hari ini?"
Itu kak Taeyong, pemilik cafe dimana gue kerja sekarang. Temennya kak Taehyung.
Gue duduk disebelahnya, mengamati wajahnya yang sedang serius dengan laptopnya.
"Bad" kata gue singkat.
Kak Taeyong mengalihkan fokusnya menjadi menatap gue heran. "Kenapa?"
"Gatau kak. Hari ini sial banget pokoknya" akhirnya gue menyuarakan eluhan gue sejak pagi.
"Sial?"
"Sial bangeet pokoknya, gue sampe mau nangis aja rasanya"
"Kenapa si? Lo biasanya fine fine aja" Kak Taeyong berdiri lalu memindahkan posisi duduknya jadi di belakang gue. Saat gue akan berbalik, dia nahan pundak gue.
"Kalau emang ada masalah juga biasanya gak sampe misuh kaya gini" lanjutnya.
Tangan kanan kak Taeyong mulai menyusuri area kepala gue. Ikat rambut gue dilepas sama dia terus di gelangin di tangan kanannya. Sementara itu tangan kirinya masih menahan rambut gue supaya gak tergerai bebas.
"Kenapa diem?"
Kak Taeyong bertanya di sela-sela aktivitasnya--merapikan rambut gue. Setelah itu dia iket rambut gue dengan rapi.
"Chae? Ko diem sii?" Kak Taeyong mencoba membalikan badan gue tapi gue tahan biar gak menghadap dia.
Gue yakin pipi gue merah sekarang.
+×+
Udah 4 jam gue di cafe ini. Artinya satu jam lagi gue bisa pulang. Sebenernya kak Taeyong gak pernah nyuruh gue buat kerja sesuai dengan waktu yang ditentukan. Dia sering nyuruh gue pulang jam segini--jam 8 malam. Tapi gue gamau makan gaji yang gak sesuai dengan kerja gue. Nanti gak berkah.
Malam ini cukup ramai pengunjung. Sedikit melelahkan.sebenarnya setiap hari juga begini. Tapi yang beda adalah hari ini kak Yeri izin gak bisa kerja. Katanya ada tugas kuliah yang deadline-nya besok pagi. Jadi di cafe cuma ada gue sama kak Taeyong yang otomatis ripuhnya jadi double.
Saat pengunjung mulai berkurang, gue duduk di salah satu meja deket jendela, memandangi jalanan di luar sana. Ramai, hampir tidak pernah sepi walaupun sudah malam hari.
Speaker di sudut-sudut cafe ini mengalunkan sebuah musik yang lebih tenang dari lagu-lagu sebelumnya. Intro ini sudah sangat gue hapal. Gue melirik kak Taeyong yang sedang berdiri di dekat bar cafe sambil tersenyum ke arah gue. Tanganya memegang ponsel yang tersambung ke seluruh pengeras suara di cafe ini. Kak Taeyong emang selalu tau isi hati gue.
...
Someone’s breath. That heavy breath
How can I see through that?
Though I can’t understand your breath
It’s alright I’ll hold you
...Lee Hi - Breathe
+×+
Gue membantu kak Taeyong membersihkan dapur cafe. Kenapa kak Taeyong gak mau cari pekerja baru yang bisa ngerjain ini, atau seenggaknya nyuruh gue sekalian. Dia malah mau repot-repot ngerjain semuanya sendiri.
Suami idaman emang
Eh..
"Udah Chae, pulang sono. Udah jam 9 lebih juga. Ntar dicari Taehyung. Gue bisa dibunuh kalau adik kesayangannya pulang terlalu malem" fokus kak Taeyong masih pada gelas-gelas kotor di tempat cucian. Mau gue bantu tapi kak Taeyong ngelarang gue terus. Heran.
"Gapapa kak. Kak Yeri kan gak dateng. Biar gue temenin kakak. Sampe jam 11 deh, ya?" Gue mulai merebut spons dari tangan kak Taeyong hingga berhasil merebut pandangannya.
Padahal gue gak niat kaya gitu kok. Sumpah.
"Ck. Udah gapapa gue biasa sendiri ko. Besok lo sekolah. Lagian makin malem pengunjung juga makin sepi"
Gue menatap kak Taeyong intens dan sialnya kak Taeyong melakukan hal yang sama. Jantung gue jadi berdetak gak karuan.
"Ehm... itu.. hmm... anu.." gue melepas pandangan kak Taeyong dan menatap sekeliling. Kemanapun asal jangan menatap mata kak Taeyong. Gue masih mengedarkan pandangan ke sekitar sampai akhirnya kak Taeyong terkekeh gemas.
"Lo tuh kenapa si? Tadi galau sekarang gajelas gini. Udah sana pulang. Yuk gue anter ke depan"
Kak Taeyong melepas sarung cuci tangannya lalu membalikan badan gue hingga gue memunggunginya. Sedetik kemudian dia melepaskan apron yang gue pakai tadi dan melipatnya dengan rapi.
"Yuk pulaaaang" kak Taeyong mendorong pundak gue pelan hingga posisi kita kaya lagi main ular naga panjang. Nada bocahnya saat mengatakan hal itu berhasil bikin gue terkekeh.
"Yaudah deh kalau kakak maksa, gue pulang ya kak. Hati-hati" gue membungkukan badan lalu berbalik dan membuka pintu.
"Adanya gue yang bilang hati-hati Chae. Salam buat kakak lo. Bilang ke dia jangan kelamaan jomblo. Suruh dia cari cewe lain. Gue kasian sama lo" kak Taeyong tertawa lalu melambaikan tangannya. Gue diem setelah kak Taeyong ngomong gitu. Tapi gue gak mau ambil pusing karena kak Taeyong gak mungkin tau. Akhirnya gue senyum dan balas melambaikan tangan gue juga.
"Kak Taeyong tu lucu banget sii, heran" gue masih senyum-senyum sendiri mengingat tingkah kak Taeyong tadi. Gemes tau ga.
"Heh!"
Gue tau nama gue bukan 'heh'. Tapi kata ambigu itu bisa untuk siapa aja kan? Termasuk gue juga dong ya.
Gue membalik badan gue dan mendapati seseorang yang bikin mood gue berantakan hari ini.
"Lo... kerja di cafe itu?"
Gue berdecak sebal. Malas berurusan dengan orang ini.
"Kenapa emang?"Dia menggeleng, lalu melangkah mendekat.
"Lo Kim Chaerin, kan?"
Gue mengangkat sebelah alis bingung. Ni anak kenapa sih?
"Lo... kenapa kerja disitu? Maksud gue, emang lo miskin?"
Gue melebarkan mata gue. Tak percaya dengan kalimat yang baru saja ia lontarkan dengan mudahnya.
"Ma.. maksud gue, lo--"
"Iya gue orang miskin. Terus kenapa?" Gue berjalan mundur sesuai dengan langkah dia yang semakin maju.
"Gak gitu maksud gue, ken--"
"Jauh-jauh lo, gausah nemuin gue lagi!" Gue berbalik dan berlari menjauh. Gue emang gak kaya. Iya gue miskin. Itu fakta. Tapi entah kenapa hati gue sakit. Gue tersinggung. Apa karena dia orang pertama yang bilang kaya gitu dengan frontal?
"Ish, gue tau dia kaya tapi apa maksud bilang gue miskin?! Chenle juga anak konglomerat dan lebih kaya dari dia tapi gak pernah bilang gitu ke gue" gue mendengus. Gak, gue gak nangis. Gue cuma merutuki kata-kata Beomgyu tadi.
Dan juga nasib gue.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bastard ; Choi Beomgyu
Fanfiction"Bukan lo yang salah. Emang guenya yang bajingan" Warn! [!] Harshword [!] 16+ [!] Bahasa semi baku [!] Baca aja dulu [!] Gatau deh pokoknya gitu Airinrene2, 2019