"Ternyata dia gapunya orang tua"
"Ko bisa sekolah disini?"
"Katanya dia ditelantarin?"
"Dia kerja di cafe. Saking gapunya uangnya"
"Tapi kok sombong ya dia. Apanya yang mau disombongin? Harta temen-temennya?'
"Pansos. Itu Minju juga kenapa mau temenan sama dia?"
"Gak cantik juga"
"Lo tau kan mainnya juga sama anak-anak petinggi sekolah. Dia manjat atau menggali? Atau dua-diuanya?"
"Sok cantik banget orang miskin"
"Pantesan orang tuanya gak pernah dateng ke sekolah"
"Kalau gue mah malu sumpah"
"Jangan-jangan dia suka ngelac--"
Gue memasang headset gue. Telinga gue panas. Min-- ah Sunggyu. Persetan sama namanya. Kalau gue liat dia, harus gue tonjok mukanya.
Minju menenangkan gue dari tadi. Dia terus menepuki punggung gue pelan sambil membisikan kata sabar berulang kali. Dia juga mengusap tangan gue yang mengepal dan akan menarik gue ketika gue berhenti berjalan--bermaksud meladeni perkataan murid-murid yang menggunjingkan gue.
"Kita mau kemana sih Ju?"
Minju hanya diam dan menarik gue lebih jauh dari koridor kelas. Sekarang gue tau tujuan Minju.
Minju membuka pintu rooftop dan angin segar mulai berhembus kearah gue.
"Jangan dengerin kata-kata mereka" Minju menuntun gue menuju sudut kanan rooftop. Disana ada Ryujin sama Somi juga rupanya.
"Tuh kan, apa kata gue. Chaerin, lo, sama gue tuh sebelas dua belas galaknya. Bedanya Chaerin lebih sabar kaya Minju. Liat kan, dia gak nangis. Gatau deh kalau Chaerin hatinya selembut Minju" kata Ryujin ke Somi sambil menyentil jidat gadis itu hingga dia meringis. Minju mempoutkan bibirnya kesal. Protes sama perkataan Ryujin tadi.
"Ya gue kan takut. Sesabar-sabarnya orang, dia bisa meledak juga Ryu" Somi membalas Ryujin dengan menjitak kepala gadis itu.
Gue cuma senyum menanggapi mereka. Entah senyun atas pujian Ryujin atau senyum menyetujui kata-kata Somi. Sabar memang ada batasnya.
"Udah ih, kalian malah ribut" Minju menggeser tubuh Ryujin sedikit sehingga tersisa ruang cukup lebar diantara Somi dan Ryujin, lalu menarik gue untuk berdiri di sebelah Somi.
"Emang cuma kalian yang gak bakal ninggalin gue walau tau keadaan gue kaya gimana"
Mereka menatap gue bersamaan. Dengan wajah khawatir. Gue tertawa.
"Haaah. Sayang banget gue sama kalian"
Mereka bertiga refleks memeluk gue. Gue bener-bener gak minta apa-apa lagi ke Tuhan. Cukup selalu hadirkan mereka disisi gue aja gue bisa jadi makhluk paling bersyukur di dunia.
"Tapi, anak-anak tau dari mana?" Ryujin menopang dagunya dengan tangannya yang bertumpu di pembatas rooftop.
"Kayanya si Sunggyu yang nyebarin" gue menghela nafas pasrah. Mereka bertiga menatap gue lagi.
"Sunggyu? Sunggyu siapa? Kak Sunggyu yang ngajar padus?" Ini mereka bisa barengan gitu nanya-nya. Heran deh.
"Itu loh, murid baru. Oh, bukan Sunggyu, namanya... Min...Gyu? Ya pokoknya dia. Semalem dia muncul lagi. Dan nanyain hal yang sama kaya sebelumnya, gue beneran miskin atau engga. Untung gue gak bilang kalau kakak gue sendiri suka sama gue" gue menepuk kepala gue. Ternyata Mingyu bener-bener ngerjain gue.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bastard ; Choi Beomgyu
Fanfiction"Bukan lo yang salah. Emang guenya yang bajingan" Warn! [!] Harshword [!] 16+ [!] Bahasa semi baku [!] Baca aja dulu [!] Gatau deh pokoknya gitu Airinrene2, 2019