Ong Seongwu
Jantungku seperti genderang yang bertalu. Mungkin jika dilihat dengan electrocardiograph, grafiknya seperti gempa dengan 4 skala richter.
Kami turun bergandengan tangan, bahkan menyusuri parkiran basement menuju apartemen daniel berasa waktu melambat."Are You Oke?" tanyanya melihat wajah linglungku
Aku mengangguk.
Dan akhirnya kami sampailah disana. Apartemen Daniel. Sesaat ketika Daniel menghampiriku yang masih mematung dekat pintu, menarikku mendekat kearahnya dan menyatukan bibir kami. Lembut sekali hingga rasa gugupku sedikit berkurang. Aku merasakan ia membimbingku melangkah sebab aku hanya memejamkan mata menikmati setiap sesapan manis bibirnya.
Daniel mengigit bibir bawahku ringan membuatku mendesah dan membuka mata. Terkaget karena nyatanya kami sudah bergelung diranjangnya. Bibirnya terangkat dari bibirku saat ia melihat sedikit kepanikanku.
"Kalau kau tak mau, kita bisa hent____"
Aku menerjang kembali bibirnya.Dan ciuman ini semakin liar. Bahkan lidahnya sudah menjelajah dimulutku, berpagut dengan lidahku. Saat ia beralih ke leherku menyesap ringan, terdengar bunyi handphone berdering. Kami berdua tak mengindahkannya dan masih melumat.
"Nielhh...."desahku saat ia sudah berada di dada atasku memberikan hisapannya.
Dering handphone berbunyi lagi dan aku menangkup wajahnya.
"Angkat dulu..." yang aku tau, tubuh kami sudah memanas, pun begitu nampak dimatanya yang menggelap karena gairah.
"Angkat dulu hemm?!"ucapku kembali
Ia bangkit mencari handphone nya diruang tamu. Aku mentralkan jantungku kembali. Meraba bibirku yang nyatanya sudah membengkak. Dari pantulan cermin terdekat. Penampilanku sungguh sungguh vulgar. Nyatanya kancing kemeja ku sudah terlepas semua.
Ohh... My God!!!
Kami hampir mendekati ronde 1. Haruskah ku lepas sekalian kemejaku ini??
Kenapa Daniel bisa setenang itu, aku yang blingsatan.Aku memejamkan mata sejenak menata hati.
Iya ____ Sejenak saja.
.
.
.
.Aku merasakan nyaman yang amat sangat. Dibalut kehangatan yang menentramkan. Aku mengeliat dan mempererat pelukanku. Ingin terlelap kembali meski hanya sebentar.
Kenapa gulingku jadi tak beraturan seperti ini??!
Kesadaranku berangsur kembali kepangkalnya.
Terakhir adalah aku berada diapartemen Daniel. Dan kami berniat untuk menyelesaikan ronde 1 kami yang tertunda. Lalu kenapa aku bahkan tak mengingat apapun. Bukankah harusnya, minimal aku kelelahan, lengket dan berkeringat.Aku meraba guling ku yang liat ini. Dan kesadaran menghampiriku kembali.
Ini bukan Guling Ong!!!
Aku mengerjapkan mata ditengah temaram malam. Aku melihat Daniel bernafas teratur, menandakan ia tertidur. Aku terkikik kecil, melihat betapa polos dan menggemaskannya kekasihnya ini.
Lagi lagi aku disadarkan bahwa kami masih sama berpakaian lengkap, hanya saling bergelung saling memeluk memberikan kehangatan.
"Akkh.." pekikku saat Daniel merengkuhku lebih dekat
"Kau tidak boleh pergi. Kau masih hutang 3 ronde padaku!"ucapnya masih terpejam
"Aku tidak akan kemana mana" jawabku membuat pola lingkaran di lengannya yang memelukku. Saat mulai mencerna kalimatnya,
KAMU SEDANG MEMBACA
Lets Get The Room
Fanfiction"Seperti yang aku bilang tadi. Get the room, kantor terlalu banyak cctv jika kalian ingin sesuatu yang lebih" "Kwajangnim!! " pekik ku malu disusul kekehan nya "Tak usah dengarkan dia niel. Dia memang suka sekali mengerjai kita" Daniel tersenyum dan...