37-Luka Lama

32.6K 2.3K 108
                                    

"Aku tau, sangat-sangat tau bahwa mencintaimu itu...

Sebahagia itu...

Se-menyenangkan itu ...

Sesulit itu...

sesakit itu..."

Tak ada yang bisa menghentikan Iris untuk mengacak-acak seluruh isi kamarnya. Gema dan Cahaya hanya menatap nanar putri mereka itu.

Dari ratusan bahkan ribuan kertas itu, tangan gemetar dan wajah basah Iris mencari satu kertas terakhir itu. Saat kertas itu kini berada di tangannya, Iris mengamati lekat-lekat kertas itu.

Ternyata bukan kertas biasa. Seolah hanya selembar namun ternyata ada dua kertas yang disatukan dan dapat menyimpan kertas lain di tengahnya.

Iris membelah kertas itu dan mengambil sebuah kertas putih di dalamnya.

Kertas putih kosong.

Iris mengeryit bingung. Kenapa kosong? Namun pikirannya kembali mengingat kejeniusan otak Rain, yang selalu menggunakan cara-cara rahasia untuk mengungkapkan sesuatu.

Seperti menggunakan Bahasa Latin yang pernah dilakukannya di kelas, seperti 'Eritque arcus mi pluviam' bahasa isyarat seperti 'Rain sayang Iris, Pelangi yang terpenting bagiku', dan surat tersembunyi.

Dengan cepat Iris mematikan lampu kamarnya dan mendekatkan kertas itu pada bola lampu belajarnya. Dan tampaklah sebuah tulisan di sana.

Cor meum ad te et vide

Itu Bahasa Latin, seperti yang biasa digunakannya. Jari-jari Iris mulai mengetik kalimat itu dan mencari artinya.

My heart will look for you, dalam bahasa Indonesia, hatiku akan mencarimu.

"Aku nggak akan pernah pergi, Ngi. Aku nggak bakalan ninggalin kamu, karena hati aku selalu ada untuk kamu. Sekalipun ragaku menghilang, tapi akan ada bagian dari diriku yang akan mencari dan menjagamu. Jangan nangis lagi."

"Berbahagialah di tempat yang tidak ada aku-nya."

Iris kembali menjatuhkan tubuhnya tersungkur di lantai. Cowok bodoh tapi ganteng itu, dia melakukan semua sesuka hatinya, bahkan saat ia harus pergi, ia meninggalkan sesuatu yang berharga dari tubuhnya.

Tapi Iris masih butuh waktu untuk menerima ini. Dan bagaimana lagi kalau Ran sampai mengetahuinya? Karena semuanya di tutup rapat oleh cowok itu.

***

Di lain tempat. Di suatu tempat yang sangat ramai dengan pencahayaan yang minim.

Laskar, cowok bringas itu menghisap dalam-dalam rokoknya dan menghembuskannya menerpa wajah seorang gadis yang berusaha menggodanya.

Vodka di tangannya, entah sudah mencapai gelas yang keberapa yang habis dengan sekali teguk. Tubuh cowok itu mulai sempoyongan, matanya redup dan pikirannya berkelana entah kemana.

Lo pembunuh!

Gue benci sama lo!

Kalimat itu terus terngiang di pikirannya. Rangkaian kata yang begitu menyakitkan dan juga menjijikkan untuk di dengar.

"Gue pembunuh?! Siapa yang bilang gue pembunuh? Kalo gue tau, gue juga nggak akan ngambil hati pacar lo! Kalo gue bisa milih juga, gue nggak akan milih untuk hidup!"

"Terus lo bilang apa? Lo benci sama gue? Seharusnya gue yang benci sama lo! Tapi... gue nggak bisa."

Gelas kaca di tangannya dilemparkannya ke lantai, membuat seisi tempat itu terpelonjak kaget. Dan para cewek penggoda itu lari mengacir meninggalkan Laskar, yang berteriak seperti orang gila.

LASKAR [Completed]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang