/PROLOG/

7.5K 707 534
                                    

Ini bukan cerita tentang romantisnya Dilan kepada Milea.
Bahkan bukan dengan Nathan yang selalu bisa membuat Salma bahagia.
Atau indahnya kisah cinta Habibie dan Ainun. Ini kisah ku. Tentang alur cinta yang begitu rumit, susah, bahkan banyak menderai air mata. Antara memilih mengikhlaskan dia untuk orang yang kusayang, atau tetap egois untuk meminta nya tetap disisiku. Sulit jika sudah berada diantara dua pilihan yang sama-sama menikam hati dan pikiran. Semesta baik, ia mengabulkan permintaan ku untuk bertemu dengan seseorang itu, tetapi semesta juga yang merebut dia dari genggamanku. Semesta bilang, waktu ku untuk memilikinya dan bertemu dengannya sudah habis, kebahagiaan yang tercipta dengannya juga sudah berakhir. Berharap mimpi buruk ini, berubah menjadi sebuah kenangan indah yang selalu melekat di hati.

Seuntai kata yang begitu menyayat hati dari seorang gadis tegar, Nara Queencyla.

***

Seorang gadis berambut sepinggang yang masih dibalut piyama, sedang duduk sendirian di balkon kamarnya menatap sang Surya yang sudah menampakkan sinarnya.

Tok.. tok...

"Ara ini Bunda, Bunda masuk ya."

"Iya Bun, masuk aja gak dikunci kok." ucap Nara kepada Bundanya.

Seorang perempuan masuk dengan aura yang sangat menenangkan. Rani adalah Ibunda Nara. Perempuan yang sudah masuk usia kepala empat, tetapi masih terlihat muda itu menghampiri anak perempuan nya.

"Kok kamu belum siap-siap, bukannya ini hari pertama kamu masuk sekolah?"

Sang empunya suara kembali melanjutkan kalimatnya.

"Bunda tunggu dibawah ya, kalau kamu udah selesai mandi langsung turun untuk sarapan bersama-sama." Rani pun turun untuk menyiapkan makanan.

Nara Queencyla, anak dari seorang pengusaha terbesar di asia, memiliki rambut hitam sepinggang yang lurus, tubuh yang tidak terlalu kurus dan tidak juga terlalu gemuk bisa dibilang body goals, hidung mancung, memiliki tinggi badan yang tidak terlalu tinggi, banyak kaum adam yang menyukai nya tapi sayang, sifatnya yang jutek membuat semua cowok udah mundur sebelum berjuang.

Setelah Bundanya keluar dari kamarnya, Nara mengambil handuk untuk mandi. Selesai mandi Nara merapihkan seragam sekolahnya dan segera turun kebawah untuk sarapan bersama.

Nara menghampiri kedua orang tua nya lalu memilih duduk di depan bundanya. "Pagi, Yah, Bun."

"Pagi, anak kesayangan Ayah."ucap Adryan sambil mengelus kepala Nara.

"Pagi, sayang." balas Rani.

"Kak Fariz dimana, Bun?" Nara mencari sang empunya nama, tetapi tidak ada dimana-mana.

"Kakak kamu lagi mandi. Katanya nanti dia nyusul."

Nara hanya berkata "O" seraya membulatkan mulutnya.

"Yah, kenapa kita harus pindah si, Yah?" Nara memulai percakapan.

"Nara, Ayah mengajak kita pindah ke Jakarta agar Ayah bisa mengurus perusahaan yang ada di sini" Adryan memberi pengertian kepada putrinya itu.

"Tapi kan Yah na-" Belum juga Nara menyelesaikan kalimatnya Adryan memotong omongannya.

"Udah Nara cepat habiskan sarapan mu, ayo kita berangkat jangan membantah terus, kamu mau telat pada hari pertama kamu masuk sekolah!" Setelah menyelesaikan kalimatnya Adryan segera bergegas ke mobil.

NARANDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang