6.Sebuah tanggung jawab

1.6K 420 220
                                    

"Terkadang perduli dan kasihan itu beda tipis, jadi jangan terlalu berharap."

***

Waktu istirahat telah selesai, para siswa yang masih berada di luar kelas segera masuk ke kelas masing masing. Tetapi tidak dengan Andra Cs, mereka masih menunggu Andra yang sedang ke kamar mandi.

Sejak selesai makan, Andra terus terusan bolak-balik kamar mandi. Mungkin dia sayang sama kamar mandi nya jadi setiap menit di cek.

"Sorry gue lama." Kata Andra sambil memegangi perut.

"Abis ngapain lo?" tanya Galang penasaran.

"Jangan bilang lo.." kali ini giliran Bams yang ikutan kepo.

"Apaan, gue tadi mules banget." Andra memelankan suaranya pada dua kata terakhir.

"HAHAHAHA" tawa Galang dan Bams pun menggelegar, sedangkan Arkan sedang menahan tawanya.

"Setan lo semua, gue serius!" umpat Andra.

"Udah ayo balik ke kelas." Andra meninggalkan teman- temannya yang masih tertawa mengejek dirinya.

"Gak pake sabun dong, Ndra." ejek Bams dengan mata yang berair karena tertawa.

"Sial!" gumam Andra kesal.

***

Saat ini kelas XI-IPA 1 dalam kondisi memprihatinkan, sejak Pak Wanto masuk kedalam kelas, tidak ada yang berani untuk bergerak dari bangku mereka. Kecuali Andra yang daritadi memegangi perutnya seperti orang hamil yang takut janinnya hilang.

"Itu yang dibelakang kenapa tidak bisa diam!" seru Pak Wanto.

"Saya Pak?" tanya Andra dengan tampang bloon.

"Iya kamu,memang siapa lagi."

"Maaf deh Pak, perut saya sakit banget." Andra hanya bisa pasrah dengan keadaan.

"Kasian Pak, daritadi bolak-balik kamar mandi." ujar Galang dengan wajah kasian, padahal dalam hati tertawa. Definisi teman laknat!

"Kamu ke UKS saja, Nara tolong kamu bawa Andra ke UKS!" suruh Pak Wanto.

Sedangkan Nara yang sedang mencatat materi di papan tulis, tiba-tiba menghentikan kegiatannya karena terkejut dengan nama yang disebut Pak Wanto.

"Kok saya sih Pak?!" ujarnya dengan nada tidak terima.

"Kamu kan anak PMR."

"Saya anak teater Pak, bukan anak PMR" ucap Nara dengan raut wajah yang menahan tawa.

"Mana ada tukang akting jadi tukang obat, lawak nih si Bapak." ledek Bams dengan tawa menggelegar.

"Diam kamu Bams!, tidak ada masalah kan anak teater ke UKS." keukeuh Pak Wanto.

"Tapi kan Pak- " ucapan Nara terpotong oleh Pak Wanto yang daritadi malu tapi ketutup gengsi!

"Sudah cepat sana, kalian ke UKS!" kata Pak Wanto tidak bisa dibantah.

"Iya Pak." Nara hanya bisa pasrah dengan keputusan guru killer tersebut, kemudian iya menarik Andra dengan cepat keluar kelas.

NARANDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang