14. TEATER

1K 89 19
                                    

Happy reading!!

"Kehidupan itu seperti pertunjukan teater. Tuhan yang membuat skenarionya, dan kita sebagai pemeran, tidak bisa menolak apa yang sudah ditentukan."

***

Cuaca hari ini sangat dingin, ditambah lagi dengan langit yang tampak murung, karena sejak pagi tak hentinya mengeluarkan air mata. Ini adalah sebuah kelengkapan yang mendukung untuk bermalas-malasan di kasur, apalagi jika ditemani mie rebus dengan telur setengah matang dan cabai rawit. Surga dunia.

Sialnya, Nara harus berada di sekolah lebih lama, karena ia harus melaksanakan latihan teater untuk pertunjukan bulan depan. Dengan jaket tebal yang menyelimuti tubuhnya, gadis itu terus berjalan menuju ruang teater yang letaknya berada di ujung lorong.

Suasana sekolah pun mulai sepi. Para siswa yang menunggu jemputan, satu-persatu mulai pergi, mungkin saat ini yang tersisa hanya klub teater-nya dan beberapa siswa organisasi lain.

Nara terus berjalan pelan jaga-jaga agar tidak tergelincir. Karena terlalu fokus melihat ke lantai, ia tak sengaja menabrak seorang perempuan di depannya, kertas yang dibawa perempuan itu berhamburan kemana-mana.

Panik gak?

Panik gak?

Panik gak?

Panik lah masa gak

Kaget, panik dan bingung, itu lah yang dirasakan Nara saat ini. "E-eh sorry gue gak sengaja."

Dengan cepat Nara mengambil kertas-kertas yang berserakan di lantai. Tetapi, hanya beberapa kertas saja yang masih bisa terselamatkan, karena ada beberapa kertas yang tintanya sudah luntur terkena air.

Pikiran Nara campur aduk, ia merasa sangat bersalah. "Maaf banget ya, kertas lo jadi rusak gini. Gue tulis ulang aja ya, lo kelas berapa? nanti gue kasih kalo udah selesai."

Sebisa mungkin Nara menawarkan bantuannya, sebagai ganti rugi atas kecerobohannya.

Nara menatap perempuan itu dengan seksama. Ia menggunakan kacamata bulat, tubuhnya sedikit berisi, tidak terlalu tinggi, rambutnya yang berwarna hitam pekat dan dikuncir ke belakang. Perempuan itu juga membawa tas ransel yang sangat besar. Bisa Nara pastikan ia adalah anak rajin yang tidak pernah bolos, datang paling pagi dan selalu juara kelas. Si kutu buku yang selalu menjadi kesayangan guru-guru.

"G-gak usah kak, biar aku bikin ulang aja." ucap perempuan itu dengan muka yang sedikit tertunduk.

"It's oke, disini kan gue yang salah, gue yang gak hati-hati. Lo kelas berapa?" Nara tetap kekeuh ingin mengganti kertas tersebut.

"X-IPA 2, kak"

"Mungkin besok atau lusa baru gue balikin ke kelas lo, sekali lagi sorry ya."
Terlihat dari raut wajahnya, perempuan yang Nara ketahui sebagai adik kelasnya ini terlihat gelisah dan cemas. Mungkin kertas itu sangat penting untuknya.

"Makasih, Kak. Padahal gak sepenuhnya salah Kakak."  ucap perempuan itu dengan kepala yang semakin menunduk. Lagi nyari duit jatoh kali ye.

"Nope. Gue duluan ya, masih ada urusan lain." setelah mengucapkan salam perpisahannya, Nara segera bergegas menuju ruang teater. Bisa gawat jika dia telat lagi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 29, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NARANDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang