Perseus masuk ke dalam kelas bersama teman-temannya, lalu menghampiri Mel yang sedang berbincang dengan Ui dan Maya. "Mel, apa materi saat olahraga nanti?"
"Kau pasti akan menyukainya. Kita akan bermain volly, hore!!" jawab Mel dengan girang, bahkan Maya pun ikut tersenyum karenanya.
"Sialan," umpat Perseus pendek yang dibalas tawa teman-temannya.
"Memangnya kenapa?" tanya Ui dengan polosnya.
"Nona manis, kau lihat saja nanti apa yang akan dilakukan si bodoh Perseus ini saat bermain nanti," jawab seorang laki-laki berambut pirang. Namun malah Maya yang kelihatan kesal dan menginjak kaki laki-laki itu hingga ia menjerit kesakitan, membuat Ui tambah bingung.
"Sudahlah Maya, tidak usah kasar begitu. Renzi masih tetap suka padamu kok," ujar teman Perseus yang rambutnya sebahu dan bergelombang. "Itu benar" sambung si rambut pirang yang dipanggil Renzi itu, sementara wajah Maya memerah karenanya.
"Sudah sudah, lihat teman baru kita ini, dia kebingungan. Nah Ui, yang rambutnya pirang itu namanya Renzi. Nah, cowok rambut panjang ini namanya Alam, kau pasti sudah tahu nama lengkap mereka lewat majalah tadi. Sekarang sebaiknya kalian ganti baju sana!" perintah Mel, "dan Perseus, semoga berhasil."
"Ya ya, terserah kalian saja. Ayo pergi," ujar Perseus mengambil baju olahraganya dan pergi keruang ganti.
Dalam ruang ganti, Perseus sedang mengganti bajunya bersama teman-temannya dalam diam hingga Renzi membuka pembicaraan.
"Jadi itu anak baru yang kau bilang tadi? Yang katamu diganggu si cabe Cantika itu?" tanya Renzi kepada Perseus.
"Hm... begitulah," jawab Perseus singkat.
"Jadi bagaimana? Apa kau tertarik dengannya?" giliran Alam bertanya.
"Hm... maksudmu?" tanya Perseus balik
"Yah... kau pasti tahu maksudnya. Seperti aku menyukai Maya, apa kau juga punya perasaan itu padanya?" jawab Renzi.
"Mungkin saja. Siapa yang tahu hati seorang Perseus, benar begitu kan?" sambung Alam.
"Aku tidak tertarik untuk hal yang macam itu," balas Perseus.
"Kenapa? Apa karena kau suka sama laki-laki?" Ledek Renzi yang dibalas dengan tepukan di punggung yang kuat dari Perseus.
"Wah, Perseus! Gila! Membekas loh," sahut Alam menunjukkan punggung Renzi yang bercap tangan Perseus.
"Maaf kawan, aku spontan tadi. Aku tidak suka pada laki-laki, hanya saja aku merasa belum saatnya. Luka lama itu masih ada, dan... kami baru pertama bertemu. Tidak mungkin langsung suka," papar Perseus memberikan jawaban.
"Hooo, maaf bung. Aku lupa kau masih ada luka. Yah... sebagai gantinya setelah olahraga nanti aku akan mentraktimu burger, setuju?" Ujar Alam memberikan tawaran.
"Dan jus jeruk? Aku yang bayar," lanjut Renzi.
"Di atap?" Sambung Perseus.
"Setuju!"
"Baiklah, mari kita taklukkan game bodoh ini," ajak Perseus kepada kedua sahabatnya.
"Mmmm... yang bodoh kan dia," bisik Renzi kepada Alam yang dibalas dengan anggukan.
* * * * * * *
Begitu di lapangan dan setelah selesai melakukan pemanasan, pak Hopkins, guru olahraga yang sering dipanggil pak Hops ini, menjelaskan materi dasar tentang bola volly, yaitu service.
"Servis adalah tidakan awal yang dilakukan oleh salah satu pemain untuk memulai suatu permainan dalam bola voli Walaupun pada dasarnya tindakan ini hanya sekedar untuk memulai sebuah permainan, akan tetapi hal itu bisa juga untuk melakukan serangan awal yang cepat dan mematikan," ujar pak Hops menjelaskan pengertian service bola volly serta cara-cara melakukannya. Hingga ia menyuruh satu-persatu muridnya untuk mempraktekkan apa yang ia ajarkan.
Hingga tibalah saatnya Perseus untuk mengambil gilirannya.
"Ayooo cuuuuk," teriak Renzi dari pinggir lapangan.
"Berisik oi!" balas Perseus dan kembali fokus pada bolanya. Ia mencoba mengingat tahapan-tahapan servis atas yang sudah diajarkan oleh pak Hops tadi.
Kaki kiri di depan, kaki kanan di belakang, bola dipegang menggunakan tangan kiri. Lambungkan bola ke atas melebihi tinggi kepala. Lalu pada saat yang bersamaan, dengan gerakan badan ke depan, bola dipukul menggunakan tangan kanan. 'Baiklah, aku bisa melakukannya,' batinnya berucap.
Ia bersiap-siap, melemparkan bola dan memukulnya, namun tidak kena. "Sekali lagi," ujar pak Hops. Ia mencobanya sekali lagi, namun tidak kena juga. "Percobaan terakhir," sahut pak Hops dari pinggir lapangan.
Perseuspun melemparkan bola setinggi-tingginya, berusaha memukul sekuat tenaga dan tidak juga mengenai bola itu, cuma mengayunkan dirinya kedepan dan jatuh tersungkur."Bodoh sekali dia yang mulia," ujar Renzi sambil menyikut Alam yang tertawa di sebelahnya.
"Yah... begitulah teman kita yang satu itu," balas Alam.
"Setiap kali bermain voli, Perseus selalu terjatuh karena terpeleset atau lainnya," ujar Mel menjelaskan kepada Ui yang kelihatan bingung.
"Ya... bahkan aku tidak bisa menahan ketawa kalau melihat dia jatuh begitu," ungkap Maya yang tak bisa menahan tawa lepasnya.
"Anak baru, hm... Ui ya? Sekarang giliranmu, maju kedepan," perintah pak Hops yang membuat Ui langsung berdiri.
Ui mengambil bola volly itu, menghembus napas, lalu melemparkan bola dan memukulnya. Tiga kali percobaan, tiga kali berhasil melewati net. Servis bawah pun diselesaikan dengan baik olehnya.
"Bagus sekali, lain kali tolong ajarkan si Perseus itu, kau boleh duduk sekarang. Dan untuk kalian semua kuperbolehkan bermain bebas," kata pak Hops menyilahkan murid-muridnya untuk bermain olahraga kesukaan mereka.
"Ui, ayo main voli dengan yang lainnya, kau hebat sekali loh. Ayo, sekalian kau berkenalan dengan anak-anak lain," ajak Mel yang menarik tangannya.
Akhirnya, ia ikut bermain dengan Mel dan Maya, berkenalan dengan anggota kelas yang lainnya dan mendapatkan pujian karena kehebatannya dalam bermain voli.
"Kau hebat Ui, ketua tim voli harus melihat skillmu ini, mungkin dia akan mengajakmu bergabung dengan tim voli," puji Tiara, salah seorang anggota tim voli.
"Ah... terimakasih banyak," jawab Ui dengan malu-malu. Ia menoleh ke lapangan basket dan sedang melakukan lay-up dengan mulus dan berhasil memasukkan bola ke ring. Ia tersenyum lalu kembali fokus untuk melakukan servis atas.
Di lapangan basket, Perseus sedang melakukan tembakan three point yang masuk dengan mulus ke dalam ring dan berteriak kegirangan. Ketika melihat Ui yang sedang melakukan spike, ia tersenyum. "Baguslah," gumamnya.
Nb : maaf kalau kelamaan, ada hal-hal yang gak diduga ternyata
KAMU SEDANG MEMBACA
Difficult
Fantasy"Aku ingin mendekatimu, tapi aku masih melihat bahaya disekelilingmu. Kau juga masih resah. Kalau begitu, bahaya yang ada di sekelilingmu kusingkirkan dulu, baru kita bergenggaman tangan dengan erat. Boleh ya?" ~Perseus Cord Thycon "Aku ingin bersam...