Ui menutup pintunya dengan jantung yang berdebar-debar dan tersenyum, pipinya bersemu merah mendengar kata-kata Perseus tadi. Ia mencoba menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan. Kemudian duduk di sofa dan mengambil satu-satunya cupcake yang tersisa milik kakaknya, lalu memakannya dengan cuek, kontan membuat kakaknya kesal. "Bukannya tadi pulang lebih awal karena guru rapat? Kemana kau jam segini baru pulang? Bahkan aku tidak melihatmu di sekolah tadi, apa kau lupa kalau kita satu sekolahan sekarang?" tanya kakaknya sambil menarik telinganya.
"Hei, itu sakit tahu!" Ui pun melepaskan tangan kakaknya dari tangannya, "sudahlah Fransisca. Pertanyaanmu begitu banyaknya sampai membuatku bingung mau jawab yang mana dulu," lanjutnya sambil menatap siaran televisi yang dinyalakan kakaknya. "Aku baik-baik saja kok di sekolah, malahan aku bertemu dengan orang yang baik."
"Benarkah? Bagus kalau begitu," ujar Fransisca menimpali, "apa kau sudah bertemu dengan novelis itu?" tanyanya dengan penuh selidik.
"Novelis? Sudah kok, dia yang kubilang orang baik tadi. Memangnya ada apa Frans?" Ui balik bertanya pada kakaknya.
Kakaknya, Fransisca Irsania, atau yang ia sering panggil Frans, menghela nafasnya dan mulai bercerita. "Yah... kuakui dia orang yang... em... menarik. Punya wajah yang tampan, kecerdasan di atas rata-rata, orangnya juga baik. Namun, banyak desas desus kalau ia mengidap penyakit Multiple Personality Disorder, atau yang lebih mudah disebut dengan kepribadian ganda. Banyak orang yang berkata jika dia 'kumat', dia akan menjadi pribadi yang berbeda. Dia akan jadi kasar, beringas, emosian, pemaki, dan berbagai sifat buruk lainnya. Kalau aku ada di posisimu saat ini, aku akan cari aman dan jauh-jauh darinya. Jadi jauhilah dia sebelum terjadi sesuatu yang buruk padamu. Percayalah padaku."
Ui hanya terdiam mendengar kata-kata Frans tentang Perseus, "hm... aku tidak bisa langsung percaya padamu Frans, apalagi kabar yang kamsu sampaikan itu cuma desas-desus. Tapi baiklah kak, terimakasih atas saranmu." Ia pun berjalan ke ruang makan dan mulai memakan makan malamnya. Setelah selesai, ia mengambil tasnya dan berjalan ke kamarnya di lantai 2, lalu melemparkan tasnya ke sembarang arah dan menghempaskan dirinya ke kasur. Pandangannya menerawang ke langit-langit kamar dan tangannya disilangkan ke keningnya sementara ia berusaha memahami kata-kata Frans tadi.
"Kepribadian ganda ya?" gumamnya sambil membayangkan wajah Perseus dan menyadari bahwa mungkin Frans salah, karena Perseus tidak menunjukkan hal-hal seperti itu. Sejauh ia mengenal Perseus selama pertemuan yang pertama ini, Perseus orangnya baik sekali, walau kadang ia suka mengagetkan orang. Ia sepertinya orang yang suka makan, atau nyemil, atau mengunyah makanan. Didalam tasnya banyak tersimpan minuman dengan berbagai jenis cola dan susu. Setidaknya itulah anggapan Ui. Ia pun tersenyum sambil membayangkan wajah Perseus hingga tanpa ia sadari dirinya telah tertidur.
※ ※ ※
Sementara itu...
Ui telah menutup pintu rumahnya, meninggalkan Perseus, Robert, dan Marshall, penjaga yang tadi mencegat Perseus. "Wah... berani sekali orang asing langsung merayu tuan putri. Seharusnya aku langsung saja tadi menghajarmu," sahut Robert sambil melihat Perseus yang berekspresi serius.
Perseus menatapnya dengan tatapan yang menusuk, "kami diikuti oleh seseorang tadi. Aku mendapatkan firasat yang buruk, dan firasatku jarang meleset. Pastikanlah seluruh tempat ini aman. Tempatkan penjaga di luar dan perintahkan mereka untuk berpatroli. Jangan lupa, letakkan orang-orang di sekitar jendela, jaga semua akses masuk," ujar Perseus. Setelah itu dia berjalan pergi meninggalkan rumah itu sambil menenggak sekaleng susu terakhir. Dalam beberapa langkah kedepan, ia sudah berada di gerbang depan rumah Ui, lalu ia berhenti sebentar.
Ia mengambil napas dan mengutip beberapa kerikil, lalu memasukkannya ke dalam kaleng susunya tadi. Ia pun melanjutkan perjalanannya dan menyimpan senjata kaleng-isi-batu-segar, untuk berjaga-jaga bila ada pengganggu. Kesunyian malam saat itu menemaninya berjalan bersama angin. Dalam perjalanannya benar-benar sunyi hingga ia dapat mendengar bunyi nafasnya. Namun demikian, dia selalu siap siaga. Kelima indranya diaktifkkannya, ditambah insting bertarungnya yang setia setiap saat ketika dia harus bertarung. Ia terus berjalan hingga saat-saat terakhir ia mengelakkan kepalanya kesamping, hampir saja sesuatu mengenai kepalanya jika saja ia tidak sigap.
Perseus segera berbalik mencoba melihat siapa penyerangnya, namun saat ia berbalik sebuah tendangan menghantam dadanya. Ia terpental dan langsung berdiri, mencoba menghindari pijakan dari orang itu yang disasarkan ke kepalanya.
Kini ia dapat melihat siapa yang mengikutinya dari tadi, tingginya lawannya kira-kira 167 cm, sedikit lebih pendek darinya, dengan rambut berwarna merah dan ada bekas luka memanjang ke bawah, namun tertutup oleh masker yang dikenakan orang itu.
Orang itu mengarahkan tendangan bawah ke kaki kanan Perseus, namun Perseus cukup cepat untuk mengelak dan mengayunkan kakinya itu ke rusuk kiri si penyerang, namun si penyerang dapat menangkisnya dan hal itu membuat Perseus mengayunkan kakinya kebawah dengan cepat dan bertenaga, menginjak kaki si penyerang sekuat-kuatnya hingga membuat orang itu menjerit kesakitan dan mendorong Perseus menjauh darinya.
Perseus pun mengambil kaleng colanya dan melemparnya ke orang itu sekuat tenaga dan menerjang orang itu, berniat menjatuhkannya dengan teknik gulat. Si penyerang yang masih asyik dengan kakinya yang diinjak Perseus tadi menyadari baru menyadari kaleng cola itu melayang ke arahnya di detik-detik terakhir, tetapi ia masih bisa mengelak. Namun, bukan itu masalahnya. Perseus langsung menerjang ke arahnya dengan tenaga penuh dan berhasil menghantamnya hingga jatuh ke tanah, lalu menduduki dada orang itu dengan niat menguncinya dan melayangkan satu pukulan ke wajahnya. Orang itu pun berusaha menghindari pukulan Perseus berikutnya denga dengan berteriak, "jangan pukul aku, aku salah satu pengawal Putri Wimala!" Ia mengatakan itu sambil menunjukkan kartu pengenalnya, sama seperti yang dimiliki Robert dan Marshall.
"Kenapa kau mengikuti kami secara diam-diam?" tanya Perseus.
"Namaku Judas. Aku ditugaskan oleh bos besar mengikuti nona Wimala dari kejauhan," jawabnya dan melepaskan maskernya, menunjukkan senyum kejujurannya. Terlihat kalau bekas luka di bawah matanya memanjang ke dagunya. "Kukira kau orang jahat, makanya aku menyerangmu. Ternyata teman Putri Wimala. Nah, boleh aku pergi sekarang?" tanyanya, dan langsung pergi tanpa sepatah kata pun ketika Perseus mengangguk.
Perseus menatap kepergian laki-laki misterius itu dan mengeluarkan sebuah alat pelacak, melihat bahwa orang itu benar-benar ke rumah Ui. Ia secara tidak disadari oleh Judas sudah menempelkan alat pelacak ke sakunya, "Yah... kuharap alatku tidak ketahuan. Tato ular di dada, sedikit memanjang ke leher. Aku yakin kalau itu adalah lambang organisasi kriminal. Tapi apa yang akan dilakukan oleh orang itu," gumamnya sambil berjalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Difficult
Fantasi"Aku ingin mendekatimu, tapi aku masih melihat bahaya disekelilingmu. Kau juga masih resah. Kalau begitu, bahaya yang ada di sekelilingmu kusingkirkan dulu, baru kita bergenggaman tangan dengan erat. Boleh ya?" ~Perseus Cord Thycon "Aku ingin bersam...