"Dasar anak aneh," ujar seseorang menjambak rambutnya.
"Kenapa seorang anak aneh bisa masuk sekolah ini? Seharusnya perbaiki dulu matamu baru masuk ke sini," ujar yang lainnya.
"Dengan mata seperti itu kau ingin berteman dengan kami? Perbaiki dulu warna kedua matamu," ujar yang satu ini sambil menumpahkan air ke kepala gadis tak berdaya yang sedang tersandar di dinding.
Para penindas pun pergi meninggalkannya yang menangis sendirian meratapi nasibnya. Tak peduli kemanapun ia pergi, ia selalu dibully. Apa penyebabnya? Tak lain tak bukan karena matanya. Ada apa memang dengan matanya? Butakah? Katarak? Bukan, itu karena dia mengidap heterochromia iridium. Itu adalah penyakit dimana kedua iris matanya berbeda warna. Ya matanya berwarna ungu di kiri dan pink di kanan.
Tak jarang pula ia mengutuki kedua matanya ini akibat perlakuan bullying yang ia dapatkan. Ia selalu ingat pesan ibunya, "jangan marah kepada mereka. Kamu itu unik, jarang loh ada yang punya mata seperti itu. Namun terkadang ada orang yang kurang bisa menyesuaikan diri dengan perbedaan itu, makanya mereka berbuat hal-hal yang seharusnya tidak dilakukan. Jangan menangis nak, kau terlalu berharga untuk menangisi kelakuan mereka." Namun tetap saja, ia masih dan tidak akan bisa menerima perlakuan itu.
Wimala Ui Frans, itulah namanya. Ui segera membereskan rambutnya yang berantakan akibat dijambak, melap mukanya dan mengganti bajunya yang basah dengan baju ganti yang sudah disiapkannya dari rumah. Kemudian berjalan ke kelasnya untuk mengikuti pelajaran. Di dalam kelasnya, ia berusaha untuk fokus kepada pelajaran meskipun ia tak bisa.
*****
"Sudahlah nak, jangan menangis lagi. Memang begitulah manusia, ketika mereka menemukan yang berbeda dengannya, mereka menganggap itu aneh. Kan Ibu sudah berulang kali bilang, kau tak aneh. Kau itu unik. Coba lihat, mana ada orang dengan mata berwarna indah sepertimu, 2 buah lagi. Sudah ya, kamu itu spesial. Pasti nanti ada orang yang sadar, betapa spesialnya dirimu itu," nasehat Ibu Ui kepada dirinya. "Sudah makan kau? Makanlah dulu," perintah Ibunya dengan lembut.
"Tidak bu. Aku tidak mau makan, aku ingin langsung ke kamar saja," jawab Ui sambil memeluk ibunya.
"Baiklah nak, istirahatlah. Besok Ayah akan carikan sekolah baru untukmu, kalau perlu kau satu sekolah saja dengan kakakmu, supaya ada yang menjagamu. Kau akan dapatkan teman baru nak, dan Ibu yakin mereka akan sangat menyayangimu." Tutur Ibunya sembari balas memeluk dan mencium kening anaknya.
"Malam, ma!"
"Malam juga, anakku sayang."
Ui melangkahkan kakinya, menginjakkan kakinya menaiki anak tangga menuju kamarnya di lantai 2. Sampai di kamar, dia merebahkan dirinya di kasur, membayangkan nasibnya yang sedemikian rupa.
Kadang ia berpikir, apakah dia kurang berbuat baik? Rasa-rasanya tidak. Tapi kenapa Tuhan memberikannya ujian terus-menerus seperti ini? Tak terasa air matanya sudah meleleh membasahi pipinya.
Lagipula, siapa yang takkan menangis jika mendapatkan nasib seperti itu. Semenjak kecil menjadi korban bully. Ia sudah sering melaporkan kepada guru, minta tolong kepada teman-temannya yang lain, namun tak ada yang peduli. Bahkan ketika dia melapor, pelakunya akan menyiksa ia lebih lagi.
Dia terus berdoa, meminta kepada Tuhan agar dia mendapatkan teman yang baik, mau membantunya saat dalam kesulitan, dll. Tapi Tuhan mungkin belum mengabulkan doanya, atau Tuhan ingin memberikannya kejutan.
Setelah tangisnya reda, ia mencoba meraih buku diarynya yang ada di atas meja, namun tak sampai. Akhirnya, ia pun memaksakan dirinya bangun dari tempat tidurnya, berjalan ke mejanya. Namun ia terkejut ketika melihat kertas lecek berisi kalimat mengerikan di dalamnya :
"Bersiaplah Wimala, hidupmu tidak akan mudah. Maut akan mendatangimu dengan menyakitkan dan mencabik-cabik jasadmu".
KAMU SEDANG MEMBACA
Difficult
Fantasía"Aku ingin mendekatimu, tapi aku masih melihat bahaya disekelilingmu. Kau juga masih resah. Kalau begitu, bahaya yang ada di sekelilingmu kusingkirkan dulu, baru kita bergenggaman tangan dengan erat. Boleh ya?" ~Perseus Cord Thycon "Aku ingin bersam...