Teman Baru

22 0 0
                                    

Ini adalah hari ketiga Ui berada disekolah barunya. Karena kejadian dilabrak kemarin lusa, tak banyak orang yang mau mendekatinya. Paling mereka hanya berkata "hai" ke Ui, mengenalkan diri dan menanyakan namanya, lalu berlalu meninggalkan dirinya. Mungkin juga karena warna matanya yang aneh, atau karena gosip yang sudah beredar luas bahwa ia adalah wanita penggoda karena berani menggoda Perseus yang baru pertama kali berjumpa dengannya.

Sementara Perseus, orang yang dikiranya akan sangat akrab dengan dirinya seolah-olah tidak mau berbicara dengan dirinya, padahal dia butuh teman. Perseus hanya meletakkan tasnya saat datang ke sekolah, lalu keluar lagi sampai bel masuk. Dan kembali keluar saat bel istirahat berbunyi.

"Hah... sudahlah. Sepertinya aku harus melewati ini sendiri lagi. Atau aku harus kekelas Frans supaya aku tidak kesepian?" batinnya.

Ia hanya menghela napas di mejanya, lalu mengeluarkan buku sketsanya dan mulai menaburkan garis di atas buku itu. Garis demi garis, coretan demi coretan ia lukiskan saat ia dikejutkan oleh dua orang perempuan yang memerhatikannya sedari tadi, "apa yang kau kerjakan?"

"Baiklah, satu orang lagi yang nampaknya tergila-gila dengan si novelis Perseus."

Ui gelagapan dengan kedatangan dua orang itu dan buru-buru ingin menyimpan gambarnya, tapi sebelum sempat disimpannya, wanita dengan rambut sebahu itu sudah duluan merebutnya. "Wah... gambarmu bagus sekali! Maya, ayo lihat ini!" seru temannya kepada wanita bernama Maya itu.

"Hm... kau benar Mel, ini memang bagus, lumayan mirip dengan aslinya. Bahkan melihat gambarnya saja aku sudah kesal dengan orang itu," ujar Maya kepada temannya yang bernama Mel itu.

"Namaku Indah Melati Pertiwi, biasa dipanggil Mel. Dan temanku ini namanya Maya Aglaia Yuriko. Siapa namamu?" tanya Mel sambil menyodorkan tangannya untuk berjabat tangan.

"Namaku Wimala Ui Frans, salam kenal," jawab Ui sambil menjabat tangan mereka berdua.

"Ui, anak baru ya? Berarti kau yang di ganggu si Cantika lusa kemarin itu?" selidik Maya.

"Benarkah? Maafkan aku karena dua hari ini aku tidak ada di kelas. Aku dicari Bu Reflinda, guru Bahasa Indonesia kita untuk membahas mading dan majalah sekolah kita," celoteh Mel kepada Ui.

"Tidak apa-apa kok, bukan salahmu. Sebentar, sekolah ini punya majalah sekolah? Hebat sekali, bahkan disekolahku yang dulu tidak ada," puji Ui dengan tulus.

"Iyakah? Kau mau bergabung?" tawar Mel padanya.

"Hm... aku tidak yakin aku bisa membantu kalian atau tidak," ucap Ui dengan ragu.

"Kurasa kau pasti akan banyak membantu, aku yakin. Orang yang mengesalkan seperti Perseus saja bisa banyak membantu, apalagi orang yang ahli menggambar sepertimu ini," jawab Maya sambil membolak-balik buku sketsa Ui.

"Ya, benar! Lagipula Perseus yang merekomendasikanmu pada kami," ujar Mel.

"Masa sih? Dan masa iya kalau Perseus mau ikut begituan, sementara dia kan penulis terkenal begitu, bukankah yang seperti itu egonya meninggi?" tanya Ui lagi.

"Kau tidak percaya ya? Kami juga pada awalnya. Maya, tunjukkan majalah yang baru terbit lusa kemarin," perintah Mel pada Maya.

Maya pun menyerahkan majalah terbaru itu kepada Ui, "tulisannya ada di kolom Igauan, halaman 23. Entah apa alasannya memilih kata Igauan dibanding Sajak. Mungkin karena dia kebanyakan tidur hingga mengigau," ujar Maya dengan dingin.

Ui membuka halaman 23 seperti yang dikatakan Maya. Full halaman itu terdiri dari sebuah foto yang indah sekali. Foto malam bulan purnama tanpa bintang, namun lampu rumah warga yang nyala satu per satu menambah keindahan foto itu :

Malam diciptakan kelam,
agar dalam mimpi kau terbenam,
lelap dalam temaram.

Melupakan harimu yang kelam,
ketika dalam lara kau terbenam,
menatap dunia yang temaram.

Quotes by : Perseus Chord Thycon
Photograph by : Sabda Alam Nusantara
Editing by : Sudirman Renzi Asuka

"Tak kusangka dia mau, selama bersamanya kemarin kukira dia orang berego tinggi," gumam Ui.

"Yah... aku benci mengakuinya, tapi kau benar," balas Maya.

"Tunggu, tunggu, tunggu. Wah... kalian jalan-jalan berdua saja ya kemarin? Hmmmm? Ada apa ini?" goda Mel sambil menatap Ui dengan tatapan jahil.

"Bu-bukan, memang begitu tapi sebenarnya bukan. Dia mengikutiku dari pulang sekolah sampai aku tiba dirumah," jawab Ui cepat.

"DIA MENGUNTITMU?" tanya Maya dengan galak, "sepertinya dia memang harus dipukul sekali-sekali."

"Bukaaaan, pada awalnya memang begitu, tapi akhirnya dia menemaniku karena aku lupa bawa uang, jadinya dia membayar uang bis sambil menemaniku," sergah Ui menenangkan Maya.

"Hooo, begitu ternyata. Kukira dia memang sengaja menguntitmu atau semacamnya. Ehm... omong-omong Ui, kau bawa baju olahraga kan?" tanya Mel.

"Ya, aku bawa. Setelah ini olahraga ya?" tanya Ui balik.

"Ya. Dan kita beruntung karena selalu dapat pelajaran olahraga di jam pertama. Itu berkat Mel yang melakukan negosiasi dengan guru."

"Memangnya ada kelas yang dapat jam olahraga siang?" tanya Ui.

"Ya, untunglah karena Mel dekat dengan beberapa guru dan kepala sekolah, ia bisa meyakinkan mereka agar kelas kita dapat jam olahraga pagi," lanjut Maya lagi.

"Benarkah?" tanya Ui takjub.

"Benar. Dan akan ada kejutan yang lucu nanti saat jam olahraga," lanjut Maya dengan senyum sinis.

-----------------------------------------------------------

Hae gaes! Kembali lagi bersamaku, Sena! Kali ini aku ingin minta maaf kalau sebelumnya tulisanku terdapat banyak kesalahan dan ada beberapa bagian yang rancu. Kalian boleh kok mengkritik atau memberikan saran dengan cara komen di setiap chapternya.

Dan aku juga minta maaf, kalau aku akan hiatus sampai bulan April, karena sebentar lagi aku harus fokus ujian semester, usbn, un dsb. Jadi, aku izin cuti dulu ya.

Sampai jumpa di bulan April!!!

DifficultTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang