Mencoba mengulangi pertanyaannya sekali lagi namun tetap tidak terjawab, Sena akhirnya memutuskan untuk mendekat. Dia sempat mengerang kecil, sebelum meraih sebelah tangan Kyuhyun dan menggoyangkannya sedikit—seperti Jia yang sedang merajuk jika menginginkan sesuatu.
"Kyuhyun," panggilnya dengan nada memohon.
Namun tetap, pria itu hanya menatap.
"Kyuhyun, jangan ma—"
"Ayo tidur." Kyuhyun berbalik, membetulkan posisi tidur Jia yang sembarangan, lantas menyingkap selimut untuk merebahkan tubuhnya di tepi ranjang. "Kau mau terus berdiri sendirian di sana?"
Sena mengerutkan bibir kesal. Bohong. Dari raut wajahnya saja, Sena sudah bisa menebak kalau saat ini Kyuhyun sedang marah alih-alih mengantuk. Kyuhyun hanya sedang menghindari topik yang mungkin... melukai harga diri pria itu. Karena sebelumnya-sebelumnya, meskipun sudah sangat mengantuk, Kyuhyun akan selalu menyempatkan diri untuk memainkan ponsel—menunggu waktu sampai benar-benar ingin memejamkan mata—baru kemudian menjemput mimpi. Bukan seperti ini.
Menghela pelan, Sena kemudian berjalan mendekat. Duduk di tepi kasur. "Tidak ada yang terjadi lagi setelah itu, Kyu... Aku sadar aku salah. Perbuatan kami juga sangat memalukan. Karena itu, selama ini aku tidak pernah membicarakannya denganmu. Lagian untuk apa? Toh, kau juga pasti tidak mau tahu, kan..."
Kyuhyun masih belum merespon. Namun, tatapan pria itu sudah kembali kepada Sena. Berbelas-belas detik waktu terbuang, akhirnya Kyuhyun mengulas senyum tipis. "Aku tidak marah, Sena. Kalian melakukan itu, kan, sebelum kita bertemu."
"Kau diam. Itulah masalahnya"
"Sudah kubilang, aku mengantuk."
"Kau pura-pura mengantuk!"
Kyuhyun menghela napasnya dalam-dalam, lalu kembali menutup mulut. Tidak ada lagi yang kembali bicara. Kyuhyun diam mencari padanan kata yang layak untuk diucapkan. Sedangkan Sena tetap menunggu.
Sejujurnya, Kyuhyun memang marah. Namun, itu hanya sedikit—seharusnya. Kyuhyun sadar posisinya saat itu mereka belum saling mengenal, jadi untuk apa dipermasalahkan kan? Toh, Kyuhyun juga mendapatkan ciuman pertamanya ketika mengantarkan Hye-Jung—pacar pertamanya—pulang ke rumah selepas jam pulang sekolah. Tepat di bawah lampu jalan yang sepi. Bukankah dengan begitu, dia dan Sena sama-sama tidak ada bedanya? Mereka pernah sama-sama 'nakal'. Dan, Kyuhyun bisa memaklumi apa yang pernah terjadi diantara perempuan itu dengan mantan kekasihnya—seharusnya.
Namun, ego Kyuhyun sebagai suami mulai tercubit ketika dia membayangkan Sena—yang sekarang berstatus istrinya—dikecup berulang kali oleh sang mantan. Meskipun kejadian itu sudah berlalu, dan Sena kini sudah bersamanya, Kyuhyun tetap tak bisa mengelak rasa cemburu yang memenuhi isi hatinya. Seperti... ada perasaan tidak terima bahwa ternyata bukan dia yang mencuri ciuman pertama Sena.
"Kami tidak melakukan yang lebih dari ciuman itu. Sungguh. Aku dan dia juga masih sadar batas-batasan yang tidak boleh kami lalui, kok."
Kyuhyun kembali menggulirkan iris hitamnya pada Sena. "Memasuki kamar seorang pemuda, dan berciuman dengannya di kamar tersebut, menurutmu tidak melampaui batas?"
"..."
"Oke. Lupakan."
"Maksudku..." Sena memejamkan matanya sejenak, menggigit bibir gelisah. Tidak menemukan vokal untuk membela diri, wajahnya kemudian menyuruk pasrah menuju dada Kyuhyun. "Maaf..." ucapnya kemudian, dengan suara lirih. "Itu juga salah, aku tahu. Tapi serius, aku tidak berani lagi memasuki kamarnya setelah itu."
"Really?"
Sena mengangkat kepalanya, mengangguk cepat.
Kyuhyun kembali diam. "Oke."
KAMU SEDANG MEMBACA
life after you | ✔️
General FictionStaring : Cho Kyuhyun x Lee Sena Dulu, mereka dikenal sebagai keluarga yang paling bahagia. Menyecap canda - tawa bersama, serta berbagi sedih ala kadarnya. Namun kala duka datang dan mengacaukan segala, bisakah mereka dan bahagia tetap ada? ❤ Bahas...