[OS] - starving

4.6K 269 57
                                    

Yuhuuu~ hallow, Fellas! Lama tak bersua di sini. Kangen masa. Hakhakhak. Semoga masih ada yang mau baca, ya!

Psss: Ambil yg baik. Buang yg jelek. Oke uwu

Happy reading!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading!

____

"Diminum dulu obatnya, Ji..."

Masih tetap sama. Sena tidak berhasil juga.

Perempuan itu mengerang keras saat harus menghadapi kekacauan di rumah selama dua hari belakangan ini. Jia sakit, batita yang sudah genap berusia dua tahun itu mengalami batu pilek setelah sebelumnya mengonsumsi banyak es krim di musim dingin seperti sekarang. Sementara itu, Jui yang baru saja diimunisasi, sama sekali tidak bisa ditinggal sendiri. Si bungsu akan selalu menangis setiap kali Sena meletakkannya di dalam boks.

Lebih parahnya lagi, untuk waktu seminggu ini tidak akan ada Bibi Nam yang bisa membantunya. Perempuan baya itu sedang pergi ke Busan, mengunjungi anak tertuanya yang sedang sakit, dan entah kapan akan kembali lagi. Sehingga saat ditempatkan pada kondisi seperti ini, Sena harus pintar-pintar mengontrol kedua anaknya yang tantrum secara bersamaan.

"Payit..."

"Tidak pahit. Kemarin, kan, Jia sudah mencobanya. Ini rasa stroberi. Manis," bujuk Sena sekali lagi. Berusaha menyuapkan sesendok obat cair berwarna merah muda ke dalam mulut anak itu.

Namun seperti yang sudah-sudah, Jia akan tetap menggeleng dengan air mata yang membanjiri wajahnya. Disusul kemudian dengan batuk keringnya yang sudah menyerang dua hari ini.

"Jia, please lah..."

Jia menggeleng lebih kuat. Menutup mulutnya dengan salah satu tangan, sementara tangannya yang lain terulur, meminta untuk digendong. Dan, mulai menangis lagi.

Menghela napasnya panjang, Sena akhirnya meletakkan sendok berisi cairan obat itu di atas mangkuk bubur yang belum sempat dihabiskan Jia lantaran anak itu sudah lebih dulu merengek.

"Bubu..." panggilnya saat Sena tak kunjung menuruti kemauannya.

"Minum obat dulu."

Sekali lagi, Jia menggeleng kuat. Bahkan, sampai harus memanggilnya berkali-kali dengan wajah nelangsa, dan membuat batuknya kembali mengalun.

"Jia tidak mau meminum obat. Ibu harus bagaimana?" Kali ini, Sena ikut merasa sedih. Berusaha untuk mengabaikan tangisan Jia, perempuan itu lantas beranjak dari atas karpet untuk membereskan perlengkapan makannya. Menepikannya satu per satu di sudut ruang, sebelum ikut mengusap sudut matanya yang basah.

Jia yang beranggapan bahwa Sena akan pergi meninggalkannya, sontak membesarkan volume tangisnya. Dan karena apa yang dilakukannya itu, Jui yang semula sudah berhasil Sena tidurkan, akhirnya ikut terbangun. Bayi yang baru memasuki usia tiga bulan itu mulai medendangkan rengekannya yang semakin lama semakin terdengar nyaring.

life after you | ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang