_______________________
| Part 2/2 |
_______________________
Selesai merampungkan makan malam yang tak pernah selesai, Sena memutuskan untuk naik ke atas dan menemui Jui yang sudah berjam-jam berlangsung tidak mau keluar kamar.
Sebenarnya Kyuhyun masih melarang, meminta untuk memberikan waktu pada dirinya sendiri dan Jui agar bisa saling interospeksi diri. Namun, tidak betah jika harus berlama-lama 'bermusuhan', apalagi tidak berbicara dengan Jui seakan-akan ada yang hilang.
Seperti saat di meja makan tadi saja, jika biasanya tempat itu akan selalu ramai diisi oleh ocehan si bungsu yang membahas apapun yang menurutnya menarik untuk diceritakan, maka yang terjadi ketika anak itu tidak bersama mereka adalah tersedianya hening yang cukup panjang. Sebab ketiga kepala lainnya jika sudah berhadapan dengan makanan, maka mereka akan sibuk menggunakan mulutnya untuk mengunyah, bukan berbicara.
Hanya Jui yang masih seperti anak kecil, dan akan selalu ribut mengisi malam mereka dengan mengajak yang lain mengobrol meskipun tidak ada yang ingin.
Sena membuka pintu kamar perlahan. Dan, hal pertama yang dilakukannya adalah meliarkan irisnya ke arah tempat tidur yang berada di dekat jendela. Tepat dimana terdapat seorang gadis yang sedang tertelungkup di atasnya sambil memainkan ponsel.
"Jaga, jaga. Jaga di sana! Taehyun-ah, di sebelah kiri. Eeeh... sebentar, sebentar. Beri aku nyawa!"
Sudut-sudut bibir Sena terangkat tipis. Satu yang sangat membuktikan bahwa Jui keturunan Cho Kyuhyun adalah kesenangannya dalam bermain game. Jui bisa menyia-nyiakan waktu tidur atau belajarnya hanya demi bermain game dengan seseorang yang tidak pernah Sena kenal. Seperti sekarang, Sena tidak tahu dengan siapa Jui berbicara sekencang itu.
"Ah, sial! Kenapa dia tidak mati-mati, sih? Taehyun awas di belakangmu! Ouch... Yak! Aku tertembak. Tolong berikan nyawa lagi. Sekarang!"
"Jui," Sena memanggil dengan langkah perlahan.
"Sebentar, sebentar... Hiyak! Aish! Ayah kenapa ke sini lagi, sih? Nanti akan Jui makan, kok. Janji. Sudah sana, Ayah keluar saj---argh! Taehyun-ah! Back up aku cepat!"
Sena mengerutkan alis. Sebelum dirinya, Kyuhyun memang sudah lebih dulu ke kamar ini tadi untuk menengok si bungsu, namun Sena tidak tahu apa yang mereka bicarakan.
Pandangan Sena lantas beralih ke arah meja nakas yang memisahkan tempat tidur Jui dan Jia. Di sana masih ada sepiring nasi utuh beserta lauk-pauknya yang belum tersentuh. Hanya susu pisang kesukaan anak itu saja yang di ujung kepalanya sudah tertancap sebuah sedotan.
Jui belum menyantap makan malamnya sama sekali.
Sena menghela napas. Memanggil sekali lagi, "Jui."
"Iya, iya. Tunggu. Ini tanggung."
"Makan dulu."
"Sebentar lagi, Ayah..."
"Ini ibu, bukan ayah."
Mendengar delapan silabel yang begitu cepat dan tegas, Jui pun sontak menurunkan ponselnya dari depan wajah. Suara anak laki-laki yang masih mengoceh dari sebrang tidak dihiraukannya lagi, sebab kini fokusnya sudah diambil alih oleh Sena.
"Sudah hampir pukul sembilan sekarang. Kenapa belum dimakan?"
Jui mengerutkan alis sebentar, sedikit meragukan kepekaan indra pendengarannya yang tak bisa mebedakan mana suara Sena dan mana suara Kyuhyun. Begitu Sena kembali memanggilnya, barulah Jui melirik ke arah meja nakas yang menyimpan makan malamnya kali ini. Gadis itu terdiam sejenak, kemudian mendengus.
KAMU SEDANG MEMBACA
life after you | ✔️
General FictionStaring : Cho Kyuhyun x Lee Sena Dulu, mereka dikenal sebagai keluarga yang paling bahagia. Menyecap canda - tawa bersama, serta berbagi sedih ala kadarnya. Namun kala duka datang dan mengacaukan segala, bisakah mereka dan bahagia tetap ada? ❤ Bahas...