ciyeee seneng gak dapet notip dari lapak ini? senyum dulu dong kalo gitu:))
happy reading!
___________________________
TAK!
Bunyi balok susun yang dilempar ke sembarang arah, disusul kemudian dengan jeritan melengking milik seorang anak, membuat pagi yang semula akan berlangsung damai, kini harus berakhir ricuh ketika lagi-lagi tangisan itu mulai mengembara. Menguasai atmosfer rumah yang ditempati oleh empat kepala. Dan, membuat dua orang dewasa yang ada di sana menghela dalam seketika.
Masih seperti hari-hari kemarin, tanpa alasan apapun, tiba-tiba saja Jia menjadi super cranky. Sebentar-sebentar mengamuk, lalu menangis, melempar mainannya ke sembarang arah, dan kembali sulit ditenangkan.
Sebagai satu-satunya pihak yang lebih banyak menghabiskan waktu bersamanya, Sena pikir tingkah aneh Jia ini disebabkan oleh panas dalam yang dideritanya, mengingat sudah berlangsung dua hari semenjak anak itu memiliki sariawan, Jia memang menjadi sedikit rewel.
Tetapi, semakin ke sini Jia justru bertingkah semakin aneh. Sena sudah mencoba untuk memahaminya, yang sialnya justru dibalas dengan sikap yang membuat Sena semakin tidak mengerti. Mencoba mengajaknya bicara baik-baik dengan menanyakan apa maunya, Jia justru meminta Jui jangan dekat-dekat.
Sena pun mengalah. Pada akhirnya, dia menyerahkan bayi yang sudah boleh mendapatkan MPASI itu kepada bibi Nam, berpisah dengannya selama beberapa jam, dan baru bisa kembali bersama ketika Jia sudah tidur siang.
Awalnya Sena memang menikmati proses itu, merasa berada di atas awan ketika Jia sudah mulai menunjukkan rasa cemburu. Namun, ketika anak itu sama sekali tidak memberikannya kelonggaran waktu, sementara Jui si bayi tidak bisa Sena ditinggalkan melulu, drama keluarga itu pun akhirnya berlanjut. Tidak hanya kemarin, sebab sekarang pun begitu.
"Kubilang juga apa, kan? Lihat sendiri sekarang." Sena mendengus, melirik Kyuhyun yang berdiri di sampingnya dengan tangan menggaruk-garuk dahi bingung.
Kemarin malam, ketika rumah sudah dalam keadaan tenang, dan Sena menceritakan apa yang terjadi sepanjang hari itu, Kyuhyun sama sekali tidak percaya. Pria itu pikir, Jia rewel ya karena sariawan yang dideritanya, bukan karena cemburu pada Jui. Apalagi dari sepenglihatan Kyuhyun sejauh ini, Jia sepertinya kakak yang sangat menyayangi adiknya. Terbukti ketika Jui sedang tidur, Jia tak segan memberikan kecupan sayang di pipinya. Ketika Jui sedang menangis, Jia dengan senang hati menghibur dengan nyanyian alien-nya. Dan ketika kemarin Jui sudah boleh menyantap bubur MPASI, dengan tingkah sok dewasa Jia juga ingin menyuapinya.
Tidak ada tanda-tanda anak itu akan menjadi super cranky seperti ini dengan alasan tidak mau dekat-dekat dengan sang adik---tepatnya, tidak membolehkan Sena bersama Jui barang sedetik.
"Bubu nini ja!"
"Iya, nanti Ibu ke sana."
"Tetayang!"
Sena menghela dalam. "Jui sedang makan, Jia. Ibu harus menyuapinya dulu."
"Ane! Ane!" Jia menggelengkan kepalanya sekuat mungkin, wajahnya sudah memerah padam. "Bubu dudut ni ma Iyya!"
"Iya, nanti."
"Butan nati! Tetayang Bubuuu!"
Kyuhyun yang sudah mulai gerah karena akhir pekannya ternyata tidak setenang yang diharapkan, lantas menyahut, "Kau ke sana saja lah. Urus Jia. Jui biar aku yang menyuapi."
"Bisa?"
Alih-alih menjawab, Kyuhyun justru mendelik---merasa tersinggung. "Aku sudah berpengalaman. Kau pikir saja sendiri!"
KAMU SEDANG MEMBACA
life after you | ✔️
Aktuelle LiteraturStaring : Cho Kyuhyun x Lee Sena Dulu, mereka dikenal sebagai keluarga yang paling bahagia. Menyecap canda - tawa bersama, serta berbagi sedih ala kadarnya. Namun kala duka datang dan mengacaukan segala, bisakah mereka dan bahagia tetap ada? ❤ Bahas...