02. Spy

315 34 4
                                    

Seokjin baru sampai dari Amerika. Ini hari kesepuluh sejak dia sampai. Dia pindah sekolah karena ayahnya. Seokjin tidak pernah mengeluh apapun pada ayahnya. Dia takut pada ayahnya. Dia selau memilih untuk ,menurut pada ayahnya.

"Jadilah siswa yang baik, Seokjin!" Perintah ayahnya tanpa menatap Seokjin saat di dalam mobil. 

Seokjin hanya menatap ayahnya. Dia benar-benar anak yang penurut.

Seokjin dan ayahnya pun sampai di sekolah baru Seokjin. Seokjin melihat sekeliling sekolah itu saat baru turun dari mobil.

"Ayo, Seokjin!" Seokjin mengekori ayahnya yang berjalan menuju ruang kepala sekolah. Seokjin berjalan sambil menundukkan kepalanya. Semua murid melihatnya bingung. Mungkin karena dia anak baru.

Seokjin dan ayahnya memasuki ruang kepala sekolah. Seokjin dan ayahnya duduk di sofa yang sudah di ada. Ayah Seokjin membicarakan sesuatu dengan kepala sekolah yang membuat Seokjin sangat takut sehingga tidak berani menatap mata sang kepala sekolah.

"Sekolah itu berbahaya, maka dari itu ada sebuah peraturan." Ucap sang kepala sekolah sambil menatap lurus Seokjin.

Seokjin menegang. Dia ketakutan. Wajah sang kepala sekolah memang tidak terlalu terlihat karena Seokjin melihatnya hanya dari sisi matanya. Tapi dia tahu, tatapan menyeramkan itu. Dia merasa sekarang bukan ayahnya saja yang mengekangnya, sang kepala sekolah juga seperti itu.

"Jangan bilang Seokjin juga berpikiran seperti itu." Ayah Seokjin memegang bahu Seokjin dan juga meremasnya dengan kencang. Seokjin berpikir bahunya akan rusak karena remasan ayahnya.

Dia merasa tulang bahunya hancur. Dia mengepalkan tangannya, membuat buku-buku tangannya memutih. "Aku percaya kau akan melakukannya dengan baik." Lanjut ayah Seokjin.

Seokjin mengepalkan tangannya. Dia menggigil. Dia bingung harus jawab seperti apa.

Hal yang di bicarakan ayah Seokjin dan sang kepala sekolah adalah tentang sekolah dan peraturannya yang lumayan ketat. Seokjin dipaksa menjadi mata-mata agar menjadi murid yang 'baik'. Ayah Seokjin selalu mengekangkan hal itu. Maka dari itu, Seokjin harus menjadi mata-mata sang kepala sekolah.

Dia harus mengadukan semuanya, semua yang di lakukan murid pada kepala sekolah?

Terkekang lebih dalam.

Itu yang di rasakan Seokjin. Seokjin hanya bisa menjawab 'iya' dan menerima semua hal yang sudah terjadi. Hanya memberitahu apa yang di lakukan siswa tanpa ketahuan, itu saja,kan?

Setelah menjawab 'iya', remasan ayah Seokjin terlepas. Lalu terdengar suara tawa ayah Seokjin dan sang kepala sekolah. Seokjin masih belum bisa menatap langsung sang kepala sekolah dan ayahnya. Dia hanya melihat sepatu sang kepala sekolah dan ayahnya yang memantulkan sebuah cahaya. Entah darimana cahaya itu dan entah kenapa, dia merasa takut dengan cahaya itu.

Hidupnya mulai tidak bebas. Sampai kapan dia akan terus hidup dengan terpaksa seperti ini. Kehilangan apa yang dia inginkan. Karena, dia saja tidak tahu apa yang dia inginkan.

 Karena, dia saja tidak tahu apa yang dia inginkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
•SEBUAH DONGENG KECIL•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang