Chapter 11

773 29 0
                                    

Grup whatsApp.

ananda
eh besok mapelnya
apa?

caca
ipa
inggris
indonesia
lupa

ananda
serius apa

tasya
ipa
indonesia
inggris
sbk
penjas

ananda
oh oke

......

keesokkan harinya.

Di sekolah...

Pagi hari pukul 6:45, masih banyak sekali murid yang belum datang. Padahal di sekolah jam masuk itu jam 07:00, tetapi tetap saja semuanya tidam menghargai waktu yang ada.

Jika mereka rajin berangkat pagi juga ada alasan yang kuat.

Yaitu belum mengerjakan PR.

Di kelas...

"nih kelas apa kuburan ya...sepi amat" ucap caca.

"jomblo amat gw ya...mending gw keluar ah ntar gw kesurupan lagi sendirian aja" lirih caca.

Caca pun menunggu teman-teman yang lain di depan kelas.

Datanglah ananda dan safina.

Dan tidak lama disusul oleh diva.

"bagus...rajin bener" ucap caca.

"dari lahir gw udah rajin" ucap ananda.

"palalu" jawab caca.

"LAH LU MASIH PAGI UDAH NYOLOT" ucap diva menaikan suaranya.

"lu juga nyolot pea" ucap safina.

"masih pagi lu semua udah pada nyolot...ntar ge sakit perut" ucap ananda.

"apa hubungannya?" tanya diva.

"ga ada hubungannya...sejak kapan si nyolot sama si sakit perut punya hubungan" jawab ananda.

"minta ditabok div...tabok aja...buruan gw ihklas" suruh safina.

"iya udah hajar aja div...abisin jangan disisain...mubazir" ucap caca.

"nasi kuning kali ah diabisin" jawab ananda.

"sini lu...SINI GA" ucap diva nyolot.

"males" jawab ananda.

"cepetan apa" ucap diva.

"gara-gara lu berdua nih...kompor sih" ucap ananda.

Caca dan safina hanya tertawa melihat ekspresi wajah ananda.

Sebenarnya ananda tidak takut kepada siapapun selama itu sesama manusia.

Tapi untuk menghadapi seorang diva itu menyusahkan.

Bisa-bisa gendang telinga ananda akan pecah. Karna hobi diva kalo marah ya teriak-teriak.

Sekali diva teriak, itu bisa membuat kami rujuk ke dokter THT.

"apaan?" jawab ananda sambil menghampiri diva.

Diva pun ingin mengeluarkan suara cemprengnya tersebut.

"eitsss...stop dulu" ucap ananda.

"kenapa emang?" tanya diva dengan sinis.

"tasya mana ya kok belum dateng?" tanya ananda.

Sebenarnya menanyakan keberadaan tasya hanya akal-akalan ananda saja supaya dia tidak mendengar suara menyeramkan itu.

"iya ya" jawab diva.

"tasya kok tumben telat ya" ucap caca.

"kena macet mungkin...apa emang ga masuk" ucap safina.

"gw rasa dia dihukum deh" ucap ananda.

"mungkin aja...soalnya hari ini banyak banget yang telat" jawab caca.

"hehh...lu pikir gw lupa ya sama masalah kita" ucap diva.

"ya ampun lu mah div" jawab ananda.

"sini-sini" pinta diva.

"engga ah...gw gamau kalo hari ini suling telinga gw pecah" ucap ananda.

"eh pea...mana ada suling telinga. Yang ada itu gendang telinga" jawab caca.

"emang ya? sejak kapan namanya diubah?" tanya ananda sok polos.

"dari dulu juga namanya gendang telinga" jawab safina.

"iya dah pokoknya itu" ucap ananda.

Tak lama tasya pun memasuki kelas dengan nafas terengah-engah.

"abis ngapain lu?" tanya caca.

"gw telat" jawab tasya.

"terus?" tanya mereka ber 4.

"dihukum" jawab tasya.

"MAMPUS" ledek ananda.

"konyol" jawab tasya.

*plakkk*

Sebuah tamparan mendarat di pipi ananda.

"aduhh...sakit" ucap ananda.

"lagian ga bolehh gitu ama temen mah" jawab caca.

"bagus ca...kasih tau ca. Parah emang nanda mah" jawab tasya.

"lu telat emang sya" tanya caca.

"iya...lu ga bakal bilang mampus kan" ucap tasya.

"ya engga lah" jawab caca.

"bagus...lu emang temen gw" ucap tasya.

"tapi?" ucap caca.

"apa?" tanya tasya.

"SUKURIN LU TELAT" ledek caca.

"siapa yang pea coba" lirih tasya.


MAKASIH BUAT YANG UDAH BACA.

JANGAN LUPA TERUS VOTE YA:')

SARAN DAN KRITIKNYA JUGA...

The five girls (complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang