Kebiasaan Arkan sekarang adalah duduk berjam jam dengan latte dan laptop di hadapannya, saat gadis itu pulang maka dia akan membereskan peralatannya dan mengantarkan gadis itu pulang.
Seperti hari ini jarum jam menunjukan pukul 10 lebih 5 menit, Arkan sudah berdiri sambil melipat tangannya di depan dada, tas ransel yang berisi laptop itu berada di gendongannya.
Malam ini cukup dingin untung saja Arkan mengenakan lapisan kaos di balik sweater ungunya."Beberapa minggu yang lalu ada yang bilang, hidupnya gak cuma buat ngurusin gue tapi dia malah nungguin gue sampe pulang." Lian berdiri di samping Arkan.
Arkan sedikit heran dengan gadis ini, kenapa setiap yang di lakukan Arkan selalu di komentari. Arkan melangkah tanpa niat menyahuti ucapan Lian.
Begitupun dengan Lian dia mengikuti langkah Arkan yang pelan tapi besar besar itu membuatnya sedikit sulit mengimbanginya."Kalau banyak kerjaan itu harusnya di rumah bukan malah nongkrong di kafe ngeliatin orang lagi kerja." Gadis itu kembali mengeluarkan suaranya, sedikit melirik lelaki yang ada di depannya dengan tatapan mengejek, meskipun Arkan tak dapat melihatnya.
Arkan sedikit terkejut dengan ucapan Lian meskipun tubuhnya tak reflek berbalik tapu hatinya yang jungkir balik karena ketahuan memperhatikan Lian.
Setelah di pikir pikir apa salahnya memperhatikan pacar sendiri, itu pemikiran hanya menjadi pemikiran untuk Arkan tak mampu di tuangkan lewat kata kata.+++
Arsitektur ahli mengungkapan ide dan perasaannya melalui gambar dan desain, begitu indah karya gedung gedung dan bangunan yang kita tahu dari beberapa arsitek terkenal.
Lian duduk di warung gorengan depan fakultasnya sambil menikmati gorengan berjenis pisang dan tahu isi bersama dengan saus cabai dalam kesendirian.
Temannya, Nabila sedang mengikuti kegiatan mahasiswa jadi Lian memutuskan makan gorengan sebentar sebelum pulang.Meja yang di tempati Lian sedikit bergerak tanda seorang sedang menempatinya. Gadis itu mendongak dan menatap siapa yang mengisi kursi di depannya.
"Dosen gak datang." Kata orang itu sambil meletakan tasnya di kursi sampingnya.Lian mengangguk mengerti,
"Mau gorengan ?" Tawar Lian pada orang itu.
Orang itu hanya menatap Lian sebentar lalu fokus pada smartphonenya."Batuk."
"Ya minum obat lah, gitu aja repot." Gadis itu mencelupkan gorengannya pada saos yang baru di tambahnya lagi.
"Lebih baik mencegah dari pada mengobati." Arkan meletakan ponselnya melihat Lian yang memakan saos dengan ukuran yang berlebihan.
"Pas SD tuh gue taunya kalimat itu." Lian menyuapkan pisang goreng dengan saus yang seperti darah segar itu.
Arkan menarik piring saos milik Lian dan menjauhkan dari gadis itu.
"Lo udah jauh dari keluarga, gak usah bikin penyakit."Lian terdiam mencerna perkataan Arkan yang terlalu tiba tiba.
Membuat gadis itu memutar otak dan menerjemahkan kata kasar Arkan pada maksud yang sebenarnya."Oh iya gue dapet sift siang. Jangan nungguin gue palingan jam 6 gue pulang." Gadis itu berjalan ke tukang gorengan dan menyerahkan beberapa lembar uang.
"Loh neng, gorengannya udah di bayar." Kata si penjual.
"Loh sama siapa,kang." Lian mengeluarkan desahan karena pedasnya saos cabai milik Akang gorengan."Sama aa' yang duduk sama neng tadi." Lian melihat Arkan yang masih pada posisinya tapi kini fokusnya kembali pada smartphone yang Lian pastikan dia sedang bermain game.
Arkan menorehkan mata pensilnya pada kertas putih untuk menggambar freehand, tanganya lihai membuat detail detail interior yang sedang di kerjakan dengan asal, matanya fokus pada kertas putih yang sudah ternoda oleh serbuk pensil yang terlihat indah itu.
"Hiyaaa... Yang mau ngelamar anak orang rajin banget." Cakra yang bersuara bariton itu memberikan senyuman mengejek pada Arkan."Siapa yang mau ngelamar." Arkan menghentikan kegiatan padahal imajinasinya sedang berjalan dengan baik.
"Onoh... Si Brian mau ngelamar Nana tapi kaga di restuin sama emaknya Brian." Asal Cakra lalu membaringkan tubuh beratnya di kasur parahnya ranjang miliknya sedikit berbunyi.
"Besok lo ikut kan, acara di kota ujung." Kini Cakra sedang memakai sepatu futsalnya karena dirinya ada pertandingan dengan jurusan teknik sipil malam ini.
"Iya, gue MC dari sini masa gue gak ikutan." Arkan masih meneruskan pekerjaannya dan mengabaikan Cakra yang sudah siap akan berangkat.
"Yaudah, gue cabut dulu."
Arkan menghentikan aktifitasnya dalam menggambar, toh tugasnya tinggal tahap finishing.
Matanya melirik pada smarthphonenya yang menampakan wallpaper anjing putih miliknya yang ada di rumahnya.Tangannya menyambar benda persegi panjang pipih yang tergeletak. Ada beberapa pesan dari sang kekasih.
Haruskah Arkan memberi tahu kalau besok dia akan pergi ke luar kota untuk acara seni yang di adakan oleh fakultasnya.Arkan meninggalkan ruangannya setelah mendapat balasan dari ketikan yang di kirimkan pada Lian.
Tubuh 183 cm itu telah sampai pada tujuannya di depan tempat tinggal Lian.
Hanya menunggu gadis itu menampakan batang hidungnya saja."Ada apa ?" Kelihatan gadis itu sudah tertidur dari rambutnya yang berantakan dan juga matanya yang sayu menahan kantuk.
Arkan tak menjawab, dia hanya mentap Lian sebentar lalu menarik gadis itu untuk keluar bersamanya.
"Lo mau makan ?" Arkan masih menggenggam pergelangan tangan Lian."Mau tidur aja." Jawab Lian sambil mengusap matanya.
Mereka duduk di taman dekat penjual somay kuah yang belum pernah mereka beli sebelum ini, sekarang Lian sedang mengunyah somay yang hanya di beri kuah karena Arkan tidak memberikan saos maupun kecap pada Lian.
"Sampe minggu depan gue gak ada disini."Lian yang sedang menyuapkan somay ke mulutnya berhenti sejenak.
"Mau kemana ?" Lian melanjutkan suapannya."Acara seni di luar kota, gue MC nya." Arkan menghentikan kegiatan makan nya.
"Loh, emang lo bisa ngeMC kak ? Apa fakultas lo nggak salah pilih orang." Lian menahan tawanya."Mana gue tau, pokoknya seminggu gue gak disini." Jelas Arkan.
"Yaudah, yang penting jaga diri aja."====
![](https://img.wattpad.com/cover/168056671-288-k350903.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Student Architecture (Complate) ✅
Teen Fictionaku tidak mengenalnya. aku tidak tahu namanya. aku tidak tahu dari mana dia berasal. kenapa aku menyukainya?