Sial, Arkan kelewatan. Dia melupakan janji yang telah di buatnya sendiri, mungkin gadis itu gak marah, tapi Arkan tahu pasti Lian kecewa, jam sudah menunjukan pukul 10 malam, yang artinya bukan lagi waktu orang untuk mengajak jalan atau keluar di tambah Lian sudah tinggal bersama kakaknya.
Arkan berinisiatif untuk memberi kabar, betapa terkejutnya Arkan ketika melihat misscall dari Lian begitu banyak, pasti gadis itu sudah lama menunggu, kalau tau seperti ini Arkan mungkin membiarkan Lian untuk datang ke tempatnya.
Sudah dua kali Arkan mencoba menghubungi Lian namun tak di jawab, apa mungkin dia marah. Oh ayolah Lian bukan gadis pemarah.
"Hallo." Laki laki, siapa dia. Lian dengan siapa, oh mungkin saja kakaknya.
"Kak Willis ya, mau nanya. Lian nya ada?" Arkan berbicara dengan sopan.
"Ada, tuh tidur. Jangan berisik, ini udah malem, tau ganggu gak?" Ketus Willis, ya ampun ini sebuah ujian bagi Arkan, kenapa kakak Lian sangat jutek parah, apa ini karma karena telah membuat Lian sakit hati dulu.
"Oh yaudah kak, maaf." Arkan mengakhiri sambungan nirkabel.
Malam itu entah mengapa Arkan merasa bersalah entah karena telah mengingkari janji yang di buatnya sendiri atau yang lainnya, mungkin Lian sudah tidur malam ini, di kepalanya terbayang dengan jelas raut wajah Lian yang kecewa menunggunya di sana.
Sudah menjelang pagi Arkan malah terbangun karena mimpi, dari yang di ingatnya dia melihat dirinya dan Lian sama sama jatuh ke dalam aliran sungai tanpa sengaja ketika sedang berjalan. Entah itu pertanda apa namun perasaan Arkan saat ini adalah takut.
---
Pagi itu Arkan bergegas datang ke kampus, dia tau jelas kalau Lian ada kelas pagi ini, meskipun dia sendiri tak memiliki jam pelajaran hari ini, mungkin dia akan menunggu Lian sampai kelasnya selesai.
"Eh, temennya Lian. Mau nanya, Lian udah dateng belum ?" Jarang sekali Arkan datang ke kelas ini, meskipun masih satu fakultas tapi dia belum pernah mendapat kelas di sini."Belum kak, mungkin sebentar lagi." Arkan mengangguk, dia memilih duduk di anak tangga.
Benar Arkan melihat Lian memasuki kelas namun tak berniat memanggilnya, hanya melihatnya saja sudah membuatnya bahagia tapi rasanya ingin memeluk gadis itu, ya Lian memang tak melewati jalan yang sama dengan Arkan, sehingga gadis itu tak melihatnya.
Arkan memilih menunggu Lian sampai keluar begitu banyak anak gadis orang yang menyapa atau melihatnya, namun Arkan tetaplah seorang yang tidak mau terlalu banyak berkomunikasi.
"Lian..." Panggil Arkan ketika gadis itu berjalan bersama dengan temannya yang tadi pagi Arkan tanyai.
"Nab, lo duluan aja." Ujar Lian pada temannya itu.
Gadis itu menghampiri Arkan dengan senyum tipis.
"Ada apa, Ka ?" Seolah tak terjadi apapun, sungguh santai gadis ini pikir Arkan."Soal yang kemarin, gue lupa. Gue terlanjur ngerjain tugas. Maaf ya?"
"Gue udah jalan malah sama mas Willis, thanks udah gak datang jadi gue bisa lebih deket sama mas Willis." Lian tersenyum ketika mengingat moment dimana dirinya dan kakaknya itu seperti teman.
"Jadi lo gak marah ?" Tanya Arkan.
"Marah? Enggak... Gue kecewa aja. 2 jam gue nunggu dan hasilnya nihil." Ucap gadis itu tanpa ekspresi, wahhh Arkan merasa menyesal karena tak mengetahui lebih jauh tentang gadis yang statusnya adalah pacar.
"Maaf."
"Udah gak usah minta maaf, lo udah kayak cewe yang selingkuh tau gak, mending ngapain gitu jangan maaf mulu, ini bukan lebaran." Gadis itu tertawa renyah sendirian. Arkan menatapnya tak percaya, apa pacarnya itu sekuat yang dia bayangkan atau malah sebaliknya, menutupi kelemahannya untuk terlihat baik baik saja.
"Gak marahkan ?" Arkan memastikan.
"Gue marah kalau lo tanya tanya lagi kak." Putus Lian.
Entah kenapa tiba tiba Arkan melakukan ini, jari jarinya menyatu dengan jari Lian.
Gadis itu terkejut, dia juga tidak mau menjadi bahan gosip apa lagi ini masih area kampus.
"Ka..."Gadis itu tak sempat melanjutkan dialognya, mungkin dia lupa, karena wajah Arkan membuatnya merasa terintimidasi.
"Hari ini gue bakal izin sama bos lo, gue mau ngajak lo jalan seharian. Gak ada penolakan." Ucap Arkan namun tautan tangan mereka perlahan mengendur karena Lian.
"Bukan gak mau ya, tapi... Gue udah ada janji buat kerja kelompok, Ka." Entah mengapa Lian tak berani menatap Arkan, dia takut menemukan kekecewaan di sana.
"Gue ikut kalau gitu." Sontak saja perkataan Arkan menarik atensi Lian, ada angin apa sehingga Arkan mau membuang waktu dengan menemani Lian.
"Nanti kalau gue sibuk ke tugas dan gan terlalu perhatiin lo gimana."
"Pokonya gue tunggu sampe lo selesai." Lian terlihat menunduk menahan senyum, hatinya menghangat ketika Arkan bersedia membuang waktu hanya untuknya yang dulu katanya 'hidup gak cuma ngurusin lo.' dan sekarang Lian merasa Arkan mulai memprioritaskan dirinya.
Ngomong ngomong sudah lebih dari waktu perjanjian mereka untuk pacaran, malah sekarang mereka merasa nyaman di atas kecanggungan yang sering terjadi.
Arkan dan Lian duduk bersebelahan dengan berbagai tatapan dari teman teman Lian yang berjumlah 3 orang.
"Anggap aja gue gak ada, kalian bisa bebas." Ucap Arkan yang sekaligus menghilangkan tatapan tatapan yang teman Lian berikan.Bosan itulah yang Arkan rasakan selain tak memiliki kegiatan di dalam forum ini, juga dia tak mendapat sedikitpun perhatian dari Lian dan malah mendapati teman Lian yang mencuri pandang padanya.
Arkan mencolek pinggang Lian hingga gadis itu terkejut.
Tanpa rasa bersalah Arkan mengatakan ingin ke toilet."Eh, Li. Sejak kapan lo sama kak Arkan deket." Nabila memang teman dekat Lian namun entahlah, gadis itu tak mau bercerita maslaah pribadinya pada Nabila.
"10 minggu." Lian lalu memikirkan kembali perkataannya barusan, 10 minggu yang artinya mereka berdua telah melewati perjanjian yang awalnya di buat secara sepihak oleh Arkan.
Arkan bilang mereka hanya pacaran selama 9 minggu lalu sekarang, apa itu artinya tak ada unsur taruhan atau apapun yang negatif di pikiran Liana.
"Woy, malah bengong lo, jadi 2 bulan 2 minggu. Dih pinter ya gue." Nabila, kembali mengetik tugas yang telah di kerjakan bersama tadi.
"Kalian pacaran?" Ziu juga penasaran ternyata. Ya tadinya Lian tak terlalu dekat dengan Ziu dan Klara yang menjadi teman kelompoknya saat ini.
"Bisa di bilang begitu sih." Kata Lian yang menyerahkan tugas terakhir yang di kerjakannya.
"Oke, jadi tinggal tugas gue ya. Mending gue kerjain di rumah, kak Tirta udah nungguin gue di bawah. Sori ya." Nabila membereskan laptopnya di susul Ziu dan Klara.
"Yaudah, kita juga duluan ya, Li." Ucap Ziu yang menenteng toetoe bagnya.
----

KAMU SEDANG MEMBACA
Student Architecture (Complate) ✅
Teen Fictionaku tidak mengenalnya. aku tidak tahu namanya. aku tidak tahu dari mana dia berasal. kenapa aku menyukainya?