12. Dia Lagi!

757 13 0
                                    


Astaga! Anak ini lagi. Dia malah bengong di depan ku. Setelah ibunya berdehem dan menyindirnya untuk bersaliman, wibu bucin itu pun bersalaman dengan ku. Lalu mulailah ibunya kembali berbicara denganku, wibu bucin itu pun pergi, mungkin dia dia pulang.

Capek banget aku nyusunin barang. Enggak selesai-selesai. Sudah mau magrib, lebih baik aku mandi dulu. Setelah selesai mandi, begitu keluar, ada ketokan pintu dari depan. Segera aku menuju ke sana.

"Yaudah pak, rawonnya saya letakkan di bawah aja.." teriak seorangang gadis dari luar

Astaga baru aja pegang gagang pintu. Lalu aku membuka pintu itu.
"Gak sabaran banget sih!" Cetusku

"Ahahaha.. maaf pa-" ucapnya seraya tersenyum tapi, kenapa dia malah mematung? Trus matanya mensenteri tubuhku. Apa karena aku gak pakai baju?

Hehehe, mungkin dia kagum sama roti kotak-kotak diperutku

"Jangan melamun!" Cetusku

"Anu pak.. i-ini ada rawon dari ibu saya.. hehehe"

Lalu aku mengambil rawon itu

"Makasih banyak" ucapku.

"Sama-sama pak.. saya balik dulu yaaa" loh? Mau langsung balik? Aduh enak yaa ini anak, paling habis ini dia tidur. Ehh dari pada gitu, mending bantuin aku nyusunin barang.

"Eh eh.. tunggu.. bantuin saya nyusun barang, dari tadi gak abis-abis" hehehe.. ide cemerlang

"Heh?? Bi-bisa.." mau atau enggak?  Seperti enggak ikhlas gitu ngomongnya.

***

Saat menyusun barang diruang keluarga, ia menyusun piala ke lamari, dia mengingatkan ku kembali pada Mia, apa lagi saat dia membawakan piala lomba Ichinosen karena kekagumannya. Itu membuat mood ku hancur.

Harusnya aku ke Jepang saat itu. Tapi, kecelakaan itu membuat patner ku pergi dari dunia ini selamanya. Akhirnya peserta juara dua yang pergi ke Jepang.

Setelah semuanya beres, ia pun berpamitan untuk pulang. Aku masih menyapu ruang tengah. Saat aku ingin memasuki kamarku...

*zwreenggg...
*plup..

Haaaaa!!! Laba-laba mendarat diwajahku..

"Aaaaaa..." reflek aku teriak. Hiiih geliiii... mana laba-labanya besar banget lagi. Jadi takut aku.

"Kenapa pak???" Tiba-tiba nih bocah nongol lagi. Ngapain?

"Ituu.. ituu.. laba-laba besar banget!!!" Seraya menunjuk ke dimana laba-laba itu terlempar

"Mana pak?? Mana??"

"Di dekat lemari!!"

Dia pun menghampiri dan memukuli laba-laba itu, wah sadis.

"Udh mati pak.." ucapnya dengan senyum percaya diri

"Huft... makasih.."

"Pppfffttt.... gyhahaaha.. bapak takut laba-laba yaa? Kok bisa sih.." kurang ajar, malah diketawain.

"Jangan mengejek saya?" Mending aku nyapu lagi dari lada ngobrol ama nih bocah. Aku menarik sapu ditangan bovah itu

"Hahahaha... orang ganteng ternyata punya kelemahan juga yaa.." apa? Enggak salah dengar? Ganteng katanya? Hahahaha sudah ku duga, aku memang tamvan.

"Aku juga manusi--" kalimatku terlenggal tiba-tiba dia loncat-loncat trus meluk pinggangku

"Aaaaaaaaaaaaggrrrrr"
"kecooaaaaa.." ternyata ada kecoa naik ke kakinya, ku kira dia enggak takut hewan kaya gitu. Ternyata tadi hanya ingin menjadi pahlawan kesiangan.

Terpaksa Menikah Dengan GurukuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang