14. Deg Deg'an

851 12 1
                                    

Malam ini dia jadwal les Bilqis, aku bingung apa yang harus aku bicarakan tentang kasus ini yang perlahan menyebar, belum lagi tekanan yang ia dapatkan, aku takut dia tidak kuat menerima semua ini.

Begitu dia datang dan duduk disebelah ku, awalnya aku ingin membahas masalah ini tapi, aku sendiri tidak siap. Okelah belajar saja. Aku menjelaskan ini itu, sesekali aku melirik dia, heh kok tatapannya kosong. Ini gimana sih, nyimak pelajaran atau apa sih?

"Kamu kenapa?" Tegur ku tanpa menoleh ke wajahnya, sukses membuatnya terbangun.

"Ehh.. enggak.. gak papa.. hehehe.."

Aku meletakkan pensil diatas buku yang kugunakan untuk menjelaskan. Lalu menoleh ke wajahnya.

"Masa?"

"..." dia hanya diam dan matanya mulai berkaca-kaca.

"Tertekan?"

"..." ia menggelengkan kepalanya. Tapi mata itu tidak bisa berbohong, lehernya pun terlihat seperti sedang menahan suara dan sesak. Air mata itu tidak bisa tertampung lagi, lalu tumpah di iringi dengan anggukan dikepalanya. Reflek aku memeluknya, aku tidak suka melihat perempuan menangis.

Ia menangis dalam pelukan ku, tangisannya semakin menjadi seperti anak kecil yang kehilangan mainannya. Tangan halusnya memukul-mukul kecil didadaku, menarik-narik bajuku. Yaa luapkan semua, kau pasti tertekan, sebenarnya aku pun juga. Tangan kanan ku hanya bisa menepuk-nepuk bahunya.

Saat dia sudah mulai tenang, ia melepaskan pelukan ku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saat dia sudah mulai tenang, ia melepaskan pelukan ku. Lalu setelah ini apa? Apa akan canggung? Aku harap tidak. Apa dia masih ingin melanjutkan pelajaran hari ini? Ternyata dia ragu untuk melanjutkan, jadi aku menyarankan dia untuk menenangkan diri saja.

Keheningan menyelimuti ruangan. Kami asik dengan ponsel masing. Sebenarnya aku lagi mikir keras dan pura-pura main hp, padahal cuma scroll-scroll ajaaaa!!! Tiba-tiba masuk chat dari ayah.

"Ayah harap kmu sdh memutuskan yg terbaik"

Hanya aku read saja. Lalu beberapa menit kemudian.

"Kalau kmu tdak ingin menikahi gadis itu, kmu harus kmbali kesini dan mengurus perusahaan bersama ayah dan ayah siapkn calon untk mu"

"Jgn ngatur aku Yah. Itu pilihan hidup ku."

"Kalau bgtu nikahi gadis itu! Bersihkan nama mu. Tidak perduli dia msih sklh atau apa"

Dasar orang tua pikiran pendek. Kalau aku menikahi dia, orang-orang malah mengira aku benar-benar melakukan hal macam-macam sama dia. Astaga! Bunda bagaimana ya? Tapi bunda pasti setuju. Aaaakhhsss.. sudahlah lebih baik aku melakukannya saja.

"Bagaimana kalau kita menikah?" Astaga!! Aku ngomong apa?? Aakkhh.. badan ku merinding.

"Eh, maksudnya?" Tanya Bilqis kebingungan

Terpaksa Menikah Dengan GurukuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang