Masih lanjut, keterkejutan Jeno karena dipeluk oleh sehun setelah tubuhnya habis habisan dihajar sang kakak.
Sehun menepuk punggung Jeno beberapa kali, sembari menggumamkan kalimat,
"Ternyata bener kata papah. Lo udah gede,"
Entahlah, rasa sakit karena di hajar sehun seketika meluap begitu saja. Darah yang terus keluar dari kedua sisi bibirnya yang robek dan hidungnya rasanya sudah tidak Jeno hiraukan lagi. Ini pertama kalinya sehun memeluknya kembali setelah ia pulang dari Daejeon.
"Benarkan?" Gumam Donghae menatap istri nya,
"Besi yang bengkok harus diluruskan dengan cara yang keras" ucap Donghae.
"Itu yang dilakukan seorang kakak. Walau begitu, sehun nggak akan menyakiti adiknya,"Jeno membalas pelukan sehun dengan tak kalah erat.
"Akhirnya lo berani perjuangin yang lo mau. Bagus," sehun menepuk pundak Jeno beberapa kali dengan bangga
Tiffany tergesah kearah kedua putranya. Menangkup wajah sang bungsu yang sudah tidak karuan.
"Kamu nggak papa kan sayang? Nggak ada luka yang serius kan?" Tiffany khawatir meneliti setiap inci wajah Jeno.
Jeno menggeleng sembari tersenyum.
"Tadi aku padahal sehun cuma nge tes Jeno, tapi Mama sampe nggak mau ngakuin sehun anaknya lagi," cibir sehun yang dibuahi pukulan dari sang Mama.
"Gaya nge tes kamu buat Mama jantungan, tau?"
Donghae beralih kearah keluarga kecilnya itu. Berdiri di hadapan putra bungsunya yang memiliki perawakan hampir mirip dengan dirinya.
"Ya harus papa akui, perjuangan kamu buat papa salut," ucap Donghae. Tentu itu sebuah kebanggan, tidak mudah mendapat apresiasi dari pria dengan gengsi super tinggi seperti Donghae.
"Ternyata kata Mama dan sehun bener, kamu udah bisa nentuin pilihan mu sendiri,"
Jeno menunduk dengan senyuman tipis. Tak apalah wajahnya bonyok bonyok sekarang, yang penting momen jarang seperti ini terjadi lagi di keluarganya.
"Ayo bersihkan luka di muka mu dulu," Tiffany hendak mengajak Jeno pergi untuk membersihkan lukanya, tapi ditahan oleh Jeno.
"Nanti aja. Jeno mau dengar keputusan papa,"
Dan kini semua mata teralih kepada Donghae. Mereka sangat mengharapkan jika pria keras kepala itu hendak mengubah keputusannya, tapi
"Janji tetaplah janji,"
Ucapan Donghae sukses membuat semuanya terdiam. Senyuman samar di wajah Jeno pun lenyap seketika. Sehun menundukkan kepalanya lemas, apa pembuktian Jeno kurang?
Pria paruh baya itu melangkah lebih dekat pada si bungsu. Menggenggam kedua pundak Jeno, memperhatikan putranya dari atas sampai bawah. Jeno sudah dewasa dan nampak sangat berwibawa dengan seragam tentaranya. Dan yang terkahir, Donghae menatap dalam mata Jeno, mata yang benar benar mirip dengan miliknya, dulu
Putra manja nya telah berkembang.
"Tapi papa nggak akan rela kehilangan kamu hanya karena sebuah janji,"
Jeno langsung mendongakkan kepalanya menatap papa nya dengan tatapan tidak percaya.
Sehun tersenyum simpul masih dengan menunduk. Dia tau, jika papa nya tidak akan se kejam itu. Donghae memang keras dan galak, tapi hal yang paling dicintai nya adalah keluarga.
Ketika otaknya tersambung dengan apa yang diucapkan oleh Donghae, senyuman mengembang begitu saja di bibir tipis Jeno. Senyuman yang sama, seperti milik Donghae.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kembar | Nct Dream ✔
Fanfiction[END] "Ketika lo punya tetangga ganteng yang buat setiap hari lo jadi nano nano. Iya pedes asem pahit manis asin jadi satu." Kisah kehidupan sehari hari tentang si kembar 4 bersaudara atau sering dipanggil 'para minions'. Sama para tetangga cogan y...