Jamu Penggemuk

24.7K 2.9K 207
                                    

Cukup lama Puspa berdiri di depan cermin hanya memperhatikan lekuk tubuhnya, ia menghela nafasnya saat menangkup kedua payudara kecil di balik pakaian yang ia kenakan. Ia berpendapat tubuhnya masih terlihat kurus apa lagi ucapan dari tuan Dewata tadi pagi yang menyuruh Puspa untuk makan banyak agar lebih gemukan. Semua cara sudah Puspa tempuh, ia sudah makan rakus dan ia juga membikin sendiri jamu pengemuk badan, masa dirinya masih di anggap kurus.

Puspa terbayang akan pertemuannya dengan sosok perempuan bernama mbakyu Antari di kenalkan oleh mbkyu Cempaka. Menurut mbkyu Cempaka dulu tuan Dewata menyukai mbakyu Antari. Wajarlah saat pertama kali melihat mbakyu Antari pasti semua lelaki akan jatuh hati, mbakyu Antari tidak hanya cantik dan bertubuh semok tapi payudaranya sangatlah menantang. Andai saja tubuh Puspa semontok mbakyu Antari pasti tuan Dewata akan jatuh hati padanya. Fikir Puspa yang tiba tiba merona. Tapi mengingat tubuhnya sangat susah gemuk Puspa jadi tidak percaya diri. Atau ia menyerah untuk mengambil simpatik tuan Dewata.

Tuan Dewata yang tampan di usianya sudah hampir 40 tahun seharusnya beliau sudah memiliki seseorang yang di cintai dan membina rumah tangga, tapi selama Puspa mengenal beliau tidak ada satupun beliau terlihat jalan dengan perempuan. Beliau juga tidak pernah menggunakan jasa para gundik yang beliau bina di rumah bordil untuk kepuasan semata. Atau tuan Dewata sangat patah hati dengan mbakyu Antari yang lebih memilih menikah dengan lelaki lain hingga tuan Dewata menutup rapat hatinya untuk jatuh hati pada perempuan lain. Andai saja takdir kebaikan berpihak padanya Puspa berharap tuan Dewata sedikit saja mau membuka hati untuknya.

"Jamu...jamu.." teriak pedagang jamu keliling yang lewat depan perkarangan rumah.

Puspa melangkah ke arah jendela memperhatikan seorang prempuan penjual jamu, lekuk tubuhnya sangatlah aduhai dengan berjalan pelan sambil mencari pelanggan.

"Jamu...jamu..." Teriaknya lagi.

Puspa bergeming sesaat, sebenarnya ia tidak pernah membeli jamu di luar, biasanya dia akan bikin sendiri, tapi kali ini tidak salah ia mencoba membeli jamu pada prempuan itu siapa tahu khasiatnya lebih mujarab.

"Budhe, aku mau beli," teriak Puspa.

"Inggih," sahutnya lembut.

Puspa mengambil duit di dalam laci meja dan melangkah ke depan, membuka pintunya menatap si penjual jamu sudah menurunkan bakul jamunya di depan teras.

"Mau jamu apa toh non, ada jamu biar langsing, jamu pewangi kewanitaan, jamu perapet biar legit." Kata si penjual jamu tersenyum.

"Selain itu ada yang lain budhe?" Tanya Puspa.

"Jamu kuat ada, jamu anti keputihan, jamu pengemuk."

"Nah itu budhe kumaksud?"

"Jamu kuat toh,"

"Bukan budhe, jamu pengemuk badan, biar susuku montok, bokongku semok." Kata Puspa antusias.

"Walah, itu sih gampang nona," kata si penjual jamu menyerahkan sebotol jamu ukuran kecil pada Puspa. " Minum ini secara teratur, di jamin susumu montok, bokongmu semok dan suamimu semakin betah."

"Aku masih perawan budhe." Kata Puspa tersipu mengambil botol jamu itu.

"Masa toh non, nona sangat cantik, masih perawan, "

"Belum ada yang doyan toh, datang meminang, mau gimana lagi,"

"Ndhak perlu risau, ndhak perlu sedih, saya jamin setelah konsumsi jamu saya semua lelaki pasti tergila gila pada nona."

"Budhe bisa saja, ini berapa, jangan mahal kasih harga,"

"Untuk nona, saya kasih harga separo."

Puspa tersenyum lebar, ia menyerahkan uang pada si penjual jamu setelah memberitahu nominalnya.

PuspaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang