One

2.7K 175 4
                                    

💌 seluruh plot berasal dari film.



Bagi Johnny Seo kesuksesannya ternyata tidak membawa banyak kebahagiaan. Menjalani hari-hari dengan seorang istri yang membencinya membuat Johnny terkadang merasa menjadi seorang pecundang yang payah. Pekerjaannya dibidang properti memang cukup menyita waktunya ditambah dengan bisnis undergroundnya yang semakin besar, maka dari itu Johnny sudah tidak peduli lagi dengan apa yang dilakukan istrinya.

“bos, mereka menolak untuk pindah.” Ucapan Moon Taeil seketarisnya menyadarkan Johnny dari lamunannya siang itu.

“pabrik itu milik si Jaehyun kan?” tanya Johnny memastikan.

“benar bos” angguk Taeil.

“kita kesana” Johnny membenarkan jas mahalnya saat berdiri dan berjalan mendahului Taeil dan para bodyguardnya.




Johnny berjalan memasuki kantor Jung Jaehyun, pengusaha kecil yang tidak ingin ditindas namun malah mencari masalah dengan perusahaan miliknya. Lelaki itu berjalan santai dengan aura kesombongan yang luar biasa, dibelakangnya banyak body guard yang mengikuti dan siap untuk melindunginya.

Johnny masuk setelah Taeil dan beberapa body guardnya masuk kedalam ruangan Jaehyun membuat si pemilik ruangan semakin tegang, aura yang Johnny keluarkan cukup mengintimidasinya.

“jadi Jung Jaehyun, kenapa kau masih menolak?” tanya Johnny dengan nada santai.

“harga yang kau berikan terlalu kecil, ini bukan hanya untuk kebaikanku, tapi untuk kebaikan semua karyawanku.” Jaehyun menjawab dengan tenang meski merasa takut karena intimidasi Johnny.

“kau hanya perlu pindah dan uang ganti rugi sudah ku siapkan. Kenapa kau membuat ini semakin sulit.”

“pindah pabrik tidak semudah yang kau tahu, berikan aku waktu jika kau tidak mau menambah uang ganti rugi.” Jaehyun mencoba memberikan penawaran.

Johnny menghela napasnya kasar. Semakin banyak waktu yang terbuang semakin banyak juga pekerjaannya yang tertunda. Ia tidak ingin menyulitkan dirinya sendiri. Johnny melirik Taeil sekilas, begitupun Taeil sekertarisnya memberikan anggukan seakan mengerti apa yang harus ia kerjakan.

“baiklah, aku beri waktu sebulan” johnny berjalan mendekati Jaehyun, ia menepuk pundak lelaki itu sebentar sebelum pergi dengan body guardnya. Taeil sedikit memiringkan kepalanya, ia kira bosnya akan mengancam dengan kekerasan seperti biasanya.

Sibuk dengan pikirannya Taeil hampir menabrak salah satu Body guard didepannya, ia mengumpat pelan dan berjalan cepat kesamping Johnny.

“aku ada urusan, biarkan aku pergi sendiri.” ucap Johnny tiba-tiba lalu meminta kunci mobil dari body guard dibelakangnya. Taeil hanya menghela napas dan mengintruksi bawahannya untuk kembali kekantor.





Johnny memandang bangunan didepannya bingung. Seingatnya bangunan ini adalah rumah makan sederhana, kenapa berubah sekali? apa karena ia sudah lama tidak mengunjungi bangunan ini? Johnny mencoba mencari tahu, ia masuk kedalam rumah makan didepannya. Seorang bibi menyambutnya dengan senyum lebar membuat johnny menyiritkan dahinya.

“selamat datang. Kau ingin memesan sesuatu?”

Johnny melihat kesekelilingnya. Hanya ada anak sekolah bertubuh gendut sedang makan disana.

“aku pesan ramyeon satu” ucap lelaki itu lalu duduk dikursi yang ada disampingnya. Johnny masih memandang sekelilingnya, seakan mencari sesuatu yang hilang.

Bibi itu dengan cepat mengantarkan pesanan johnny.

“bibi, kau tau kemana pemilik tempat ini?” pertanyaan Johnny membuat bibi tersebut duduk dihadapannya, masih dengan tersenyum.

“wanita itu? Ah mungkin sekarang ia sudah meninggal.” Jawaban ringan si bibi membuat mood Johnny turun drastis. Ia tidak mempercayai apa yang dibilang oleh wanita tua didepannya. Ia menggelengkan kepala lalu mulai memakan ramennya.

Hanya satu suapan, Johnny sadar harapannya menghilang. Rasa ramyeonnya sangat berbeda dari buatan ‘dia’. Johnny merapikan jasnya lalu berdiri menghampiri wanita tua tadi.

“aku sudah selesai, berapa harga ramyeon ini?” tanyanya sambil mengambil dompet.

“kau bahkan hanya memakan satu suapan” si bibi memiringkan kepalanya

“ah! Halo!” tiba-tiba anak sekolahan tadi mengintrupsi Johnny yang akan menjawab si bibi tadi.

“aku.. aku akan kesana.” Anak itu mengangguk dengan ponsel ditelinganya.

“baik ya.. yaa” anak SMA itu berdiri, ia mengambil tasnya dan mencari dompetnya. Wajahnya terlihat panik lalu menghampiri johnny dan si bibi.
“bibi...aku lupa membawa dompetku” ucapnya pelan dengan wajah yang memelas.

“tidak apa-apa, sudah kau bisa pergi, makananmu akan dibayar oleh paman ini” ucap wanita itu menunjuk Johnny. Tanpa banyak kata anak itu mengangguk lalu berjalan keluar, tidak lupa mengucapkan terima kasih. Johnny sempat melihat name tagnya ‘Jung Minhyung’.

“yaa bibi! kenapa aku harus membayar makanan anak itu?” ucap Johnny tidak terima.

“kau sudah sukses dan kaya, berbagilah sedikit.” Wanita tua itu tersenyum dan menepuk bahu Johnny.

“jadi berapa ramyeonnya?” Johnny siap mengeluarkan uangnya.

“lima puluh ribu won” Johnny memasang wajah datarnya. “bibi, ramyeon apa yang seharga lima puluh ribu won.” Lalu si bibi menunjukan beberapa tumpuk mangkok di meja anak sma tadi. Dengan sedikit tidak rela Johnny memberikan uang dari dompetnya.

“anak muda, nanti aku akan beri kamu satu hadiah, sebagai orang sukses berbuatlah baik” ucap si bibi sebelum mengambil uang dari Johnny.

Johnny memandang bangunan tadi dengan si bibi yang ada dibalik pintu kaca ia menggelengkan kepalanya lalu masuk kedalam mobilnya.

Tidak jauh dari bangunan tadi mobil Johnny sudah berhenti karena terhalang mobil pengangkut sampah. “sungguh aku tidak akan kembali lagi” keluh lelaki itu sebelum keluar dari mobilnya.

“ya! Bisa kah kalian cepat?” teriak Johnny pada petugas pengangkut sampah itu. Ia berdecak kesal lalu mengeluarkan sebatang rokok dan membakarnya, ia memainkan ponselnya dengan rokok terjepit dimulutnya, lelaki itu berdiri disamping mobilnya sebari menunggu mobil pengangkut itu pergi.

Tanpa Johnny sadari ada seorang siswa yang berdiri di pembatas gedung sedang berusaha mengambil sepatu yang tersangkut di sebuah antena, ia menyeimbangkan tubuhnya, sebelum oleng dan terjatuh dari lantai paling atas.

“Taeil –
“AAAAH!!” teriakan itu membuat Johnny mendongkak dan ikut berteriak.

“AAAAGH!!”

BRUK!

.
.
.
.

Pada akhirnya saya rubah ke GS 😣🙏

The Dude in MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang