2

8 2 0
                                    


Belpulang sekolah.

Aku sudah di gerbang, ghalih datang bersamaan dengan dhewa.

"bita, lo balik bareng gue ya" ucap mereka berdua kompakan.
"gue nungguin ayah" jawab ku dengan dingin
"masih lama lho ayah lo datang" ucap dhewa.
"so tempe lo" cibir ghalih
"ussst udah dari pada ribut di depan gue, mending kalian pergi..." ucap ku.
"pliss lo sama gue aja baliknya" ucap dhewa.
"lo mau apa gue di pukulin ibu lagi kek kemarin... Gue gamau pulang sama kalian berdua, nanti gue di pukulin lagi... Kalian ga ngerasain jadi gue gimana!!" akhirnya aku membentak mereka.

Ada angkot yang berhenti di depan ku, aku langsung masuk ke angkot itu.

"oh jadi bita di pukulin karna lo??!" ucap ghalih
"apaan si lo " ucap dhewa.

Angkot yang aku tumpangi sudah mulai menjauh dari mereka.
Jadi aku tidak tahu mereka adu jotos lagi atau tidak.

Saat sampai di rumah.

Aku masuk ke dalam rumah dan melihat ibu sedang memasak.
"assalamualaikum" ucap ku
"waalaikumsalam... Kamu ga di antar pulang sama cowok brandal itu kan??" tanya ibu
"ibu bisa liat sendiri di depan... Ada dhewa atau gak" ucap ku yang langsung masuk ke dalam kamar.

Malam nya,
Aku, ayah dan ibu makan malam bersama.
Baru aku merasa kehangatan keluarga, tiba tiba ibu membahas masalah yang kemarin.

"ibu gak suka ya ta... Kamu deket apa lagi pacaran dulu... Ingat kata kata ibu" ucap ibu

Aku langsung berhenti mengunyah begitupun ayah

"anak kita sudah besar... Dia sudah bisa memilih, biarkan dia bahagia dulu" ucap ayah
"jika itu di biarkan, nanti prestasi dan belajar dia menurunn... Saya gak mau, anak kesayangan saya jadi bodoh karna pengaruh pacaran" ucap ibu
"kalo ibu sayang sama bita, harusnya ibu gak kerasin bita kek gini... Bita setress bu, bita merasa sangat terkekang... Bita capek selalu kena pukul ibu" ucap ku sambil menahan air mata ku yang akan jatuh
"ibu gak ngekang kamu bita, ibu cuma pengen punya anak yang sukses, dan berprestasi tinggi sebelum terpengaruhi oleh yang namanya cinta... Ibu gak suka" ucap ibu

Ayah menghentikan makannya.
"ya mungkin menurut kamu itu baik, tapi tidak baik bagi psikologisnya bita!! Kamu tidak boleh terlalu mengkekang bita, bita sudah dewasa sudah bisa jaga diri dan bisa memilih..." ucap ayah dengan nada yang meninggi.
"kamu tuh terlalu memanjakan anak.. Nanti dia malah gak tau diri... Saya capek ribut sama kamu karna hal ini" ucap ibu
"saya yang lebih capek bilangin kamu, agar kamu gak berbuat kekerasan sama bita... Anak kamu sendiri... Kamu terlalu keras dalam mendidik anak... Lama lama bita bisa gila kalau kamu terus terusan seperti ini" ucap ayah.

Terjadi lah cekcok mulut antara ibu dan ayah.
Aku menangis.

"sstooopp bu!! Ayahh!! Bita capek... Bita ga pernah bahagia dengan keadaan yang seperti ini... Kapan bita bahagia!! kapan bita bisa rasain punya keluarga yang hangat dan penuh kasih sayang... Bita sedih, keluarga bita terlalu panas..."  aku pun angkat bicara.

"saya hanya ingin bita bahagia... Jika kamu masih ingin seperti ini, lebih baik saya pergi membawa bita" ucap ayah dengan nada berat.
"oh itu mau kamu?? Iyaa??!!! Sana pergi!!! Saya gak peduli!!! Saya juga capek ngurusin anak yang ga bisa di atur ini!! Jangan pernah datang kesini lagi!!" bentak ibu

"saya akan mengurus perceraian nanti... Bita kamu berkemas, kita pergi malam ini" ucap ayah
"emang dengan kalian pisah!! Bita akan bahagia??!! Malah bita tambah menderita... Bita cuma pengen, ayah dan ibu itu gak ribut lagi, bita pengen punya ibu yang pengertian sama bita bukan dengan cara pisah gini... Bita kecewa!!"

Ayah mengangguk lalu berjalan ke arah kamar.

Aku juga masuk ke kamar.
Aku menangis sekuat mungkin di balik bantal.

Saat itu, aku merenungi dan berfikir.
Kenapa keluarga ku jadi seperti ini?
Apa cuma aku saja yang mengalami ini??
Ini semua sangatlah menyakitkan.
Kedua orang tua ku pisah hanya karna kebahagiaan aku.

Lebih baik aku tidak usah bahagia sekalipun, daripada aku harus kelihangan keluarga ku.

.
.
.

Kini aku dan ayah ku sedang di jalan mencari tempat tinggal tiba tiba dhewa datang menghampiri kami.

"bita?? Lo di ngapain malem malem jalan di sini?? Mana bawa koper lagi" ucap nya
"ehk... Dhewa... Kita lagi cari kontrakan..." ucap ku
"lah?? Emang kenapa??" tanya dhewa.
"kami pergi dari rumah nak... Dan sekarang kami lagi mencari tempat tinggal" ucap ayah
"oh gitu, yaudah kalo gitu om sama bita tinggal di salah satu rumah milik papanya dhewa aja... Gimana??" tanya dhewa
"gak usah nak... Kami gak mau kamu repot repot" ucap ayah
"iya gausah dhewa..." ucap ku
"gak ... Gapapa ko, om sama bita ikut saya aja... Tapi saya bawa nya motor... Bentar, saya telpon teman saya buat bawa mobil..." ucapny yang langsung terun dari motor, melepaskan helm, dan menelpon temannya.

"iya han, cepetan ya lo kesini.... Iya jalan yang otw rumah gue... Bawa mobil lo... Oh ok... Gue tunggu " ucap nya yang langsung mematikan telponnya.

"om sama bita tenang aja ya lima menit lagi temen dhewa datang...." ucap nya
"kamu baik sekali nak, apa kamu punya hubungan dengan anak saya bita??" tanya ayah

Aku langsung kaget mendengar itu.
"ay... Ayah apa si" ucap ku
"sebenernya belum om, tapi saya sekarnag lagi berusaha... Saya minta izin dan doa nya ya om..." ucap dhewa yang langsung tersenyum miring pada ku.

Apa maksudnya bicara seperti itu.

Akhirnya temannya dhewa yang bernama farhan itu datang membawa mobil mewahnya.

"om masuk aja ke dalam, barang barang biar dhewa yang masukin, dan bita biar dhewa boncengin... Boleh kan om??" tanya dhewa
"iya iya boleh ko... Ya sudah... " ucap ayah yang langsung masuk ke dalam mobil.
"han, lo tau kan rumah kontrakan punya bokap gue yang di jalan parugana itu??" tanya dhewa
"iya tau... Yang cet coklat itu kan??" tanya farhan
"sipp..." ucap dhewa

Mobilnya farhan langsung melaju dengan cepat.
Tinggal lah aku dan dhewa di situ.

"lo kenapa baik banget sama gue dan ayah?? Jangan jangan ada maksud tertentu lagi" ucap ku
"ya emang salah ya?? Berbuat baik sama calon papa mertua sendiri" ucapannya membuat ku terbang sekali.
Entah sepertinya dhewa melihat wajah ku memerah.

"udah jangan malu gitu... Ayo cepet kita pergi" ucap dhewa
Aku mengangguk lalu duduk di bonceng olej dhewa.

.
.
.

Sesampainya di kontrakan ayahnya dhewa.

Rumahnya sangat besar sekali seperti bukan kontrakan sederhana.

"maaf nak dhewa... Besar sekali, om takutnya gak sanggup untuk bayarnya" ucap ayah
"om sama bita gausah khawatir gitu, masalah bayaran itu santai aja kan yang punya papanya dhewa dan berarti ini juga punya dhewa... Lebih baik sekarang, om sama bita istirahat karna sudah malam... Besok dhewa bakal kesini lagi buat jemput bita" ucap dhewa sambil tersenyum lebar.

Aku tidak tahu kenapa dia sebaik ini.

Dari sejak itu ayah sangat mendukung aku bersama dhewa.
Ayah sangat tahu sekali bahwa dhewa anak baik baik dan bertanggung jawab.

Ayah tau itu semua dari ayahnya dhewa yang tidak tahunya sahabat ayah dari kecil.

Ayah dan ayahnya dhewa terpisah sejak smp.
Karna saat itu ayah harus ikut dengan orang tua nya ke bandung.
Jadi mereka terpisahkan.

S
  K♥
     I♡
       P♥

remaja KuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang