semua jauh dari perkiraan ku sebelumnya.
Itu lah yang di namakan salah satu takdir mubram dari tuhan.
Orang yang menurutku baik untuk jadi jodohku, ternyata allah sudah menyiapkan seorang malaikat tak bersayap untuk menjadi jodohku.
Seorang dokter t...
Hari ini hari pernikahan ku. Aku pikir dhewa tidak akan datang. Tidak tahunya dhewa datang bersama rere.
"rere?? Dhewa??" tanya ku "haii ta... Selamat menempuh hidup baru ya gue ikutan seneng" ucap rere sambil cepika cepikih pada ku. "se..selamat ta..." ucap dhewa. "makasih ya gais" ucap ku
Tak hanya mereka, ghalih juga datang. "selamat ya ta.... Gue minta maaf atas kejadian waktu itu" ucap ghalih "masih berani lo muncul" ucap dhewa yang masih sangat emosi pada ghalih "dhewa... Dhewa... Lo jangan ancurin acara bita dong" ucap rere "udah lah lupain semuanya .... Thanks udah datang..." ucap ku "kapan nih nyusul" banyol raffa pada dhewa "gatau lah... Kapan kapan hahaha" tawa kami meledak.
Entah itu ketawa kepura puraan atau memang benar benar tulus.
Ayah datang menghampiri dhewa "maafin om ya dhewa" ucap ayah "udah lah om gapapa... Dhewa yang harusnya minta maaf... Mama dhewa udah pernah bersikap semena mena sama om dan bita.... Mungkin bita bukan jodohnya dhewa..." ucap dhewa dengan sopan. "iya dhewa... Kamu pasti mengerti kenapa om suruh bita mundur dari kamu... Karna kita tau kita bukan siapa siapa dan kita gak pantas untuk menjadi bagian dari keluarga kamu... Om banyak banyak terimakasih atas semua bantuan kamu... Semoga kamu bisa mendapatkan yang lebih dari bita ya" ucap ayah "iya om aamiin... Kalau gitu saya sama rere ke sana dulu ya om..." ucap dhewa.
Di acara ku, dhewa dan rere terlihat sangat dekat dan sangat akrab. Sebelumnya mereka tidak sedekat dan seakrab ini. Saat itu aku masih bingung dengan semuanya.
Setelah semua tamu pulang, aku dan raffa masuk ke kamar. "kamu jangan dulu tidur ta... Kita sholat magrib dulu" ucap raffa "lagi gak" ucap ku "ohh gitu... Yah jadi ga bisa sekarang deh" ucap nya.
Aku di situ langsung membulatkan mata ku. "ga bisa apa??" tanya ku "masa kamu gak peka sih" ucap raffa Aku mengerutkan kening ku "udah lah... Kamu istirahat aja... Aku mau mandi, mau sholat..."ucap nya dengan wajah badmod.
Aku langsung tersenyum. Aku pun terlelap tidur.
. . .
Pukul dua malam aku kebangun karna haus. Aku melihat raffa tertidur di meja belajar di atas laptopnya
"astagfirullah... Sampai segitunya... Mana isi nya data data pasien semua lagi" ucap ku
Baru aku ingin membangunkannya, ia sudah kebangun. "ehk... Kamu ngapain??" tanya nya "kamu yang ngapain ... Ngapain tidur di sini?? Harusnya kamu tuh istirahat" ucap ku "ga bisa... Walaupun aku di kasih libur satu minggu, tapi data pasien harus tetep aku kerjain... Walaupun aku gak jaga tapi tugas aku ngedata perkembangan pasien pasien aku... Kamu juga ngapain bangun??" tanya nya "ya aku haus mangkanya kebangun... Kamu mending tidur raf... Udah jam tiga" ucap ku "aku mau sholat tahajud dulu deh kalo gitu... Baru tidur... Makasih ya udah bangunin aku" ucapnya "aku ga bangunin kamu... Kamunya kan kebangun sendiri" ucap ku "ya karna wangi tubuh kamu yang membuat aku bangun..." ucapnya
Aku langsung tertawa Lalu keluar dari kamar. Tiba tiba aku melihat pintu ruangan alm.ibu sedikit terbuka.
"ayah?? Masa sih ayah malem malem gini masuk ke ruangan ibu??" tanya ku saat itu.
Aku pun berjalan mendekat ke arah pintu ruangan ibu. Tiba tiba foto ibu jatuh aku pun langsung masuk ke dalam ruangan ibu.
Aku tidak melihat satu orang pun di dalamnya. Tapi kenapa bisa terbuka padahal kunci di pengang ayah
Raffa pun datang "kamu ngapain kesini??" tanya nya "ini tadi benda di sini jatuh terus aku liat pintunya ke buka..." ucap ku "mungkin angin" ucap nya "gak... Kunci pintu ini cuma ayah ya g pegang... Akupun gak tau ayah simpen di mana gak mungkin bisa kebuka karna angin doang" ucap ku "aneh banget... Udah lah kita lanjut tidur aja... Ga usah pikirin yang gak gak... Kamu udah minum belum??" tanya nya "belum... Yaudah deh ayo" ucap ku
Aku dan raffa keluar dari ruangan ibu. Setelah ngambil minum aku dan raffa kembali ke kamar.
Baru aku ingin memejamkan mata tiba tiba semua listrik di rumah ku mati. Nafas ku menjadi sesak. Aku sangat takut dengan kegelapan. Di situ aku langsung gelagapan mencari cahaya. Akhirnya raffa menyalahkan senter handpondnya.
Aku langsung memeluk nya dengan erat. "huhhhhfftt huhhhfftt" nafas ku terengah engah "kamu kenapa??" tanya nya panik "engap.... Nafas ku sesak raf... Aku ga bisa terus terusan di tempat gelap... Aku takuttt" ringis ku. Aku mengcengkeram kuat lengan bajunya raffa karna ketakutan "duh gimana... Kalo kita keluar juga pasti gelap banget di luar... Sementara kita pake ini dulu ya..." ucap nya dengan panik "tapi nafas ku bisa bisa habis raf" ucap ku
Tanpa basa basi, ia langsung memberi ku nafas buatannya. Membuat jantung ku berdegup kencang.
Sekitar 30 menitan lampu nyalah kembali. Posisi aku dan dia kembali seperti semula.
Ayah dan yang lainnya langsung mengetuk pintu kamar ku panik. Raffa membukakan pintunya
"kenapa yah?? Tante??" tanya raffa "bita kamu gak kenapa kenapa kan?? Apa kamu sesak lagi??" tanya ayah "iya tadi bita sempet sesak nafas tapi sekarang udah gak kok yah... Ayah sama tante tenang aja ya... Kan udah ada raffa yang bisa jagain bita... Btw kenapa listriknya tiba tiba mati??" tanya raffa "ayah juga gak tau sepertinya ada orang iseng yang coba coba jailin rumah ini... Tadi juga ayah kehilangan kunci ruangan mendiam ibunya bita" ucap ayah
"jadi ruangan itu bukan ayah yang buka??" tanya ku Aku langsung beranjak mendekat pada mereka yang ada di ambang pintu. "ayah juga baru sadar kalau kunci hilang pas ayah cari lilin di laci...." ucap ayah "kenapa jadi misterius gini sih?? Udah lah besok kita bicarakan lagi... Sekarang kita semua tidur lagi karna udah terlalu malem juga" ucap tante intan
Semua mengiyakan ucapan tante intan.
Aku kembali ke ranjang bersama raffa. "kamu kenapa gak pernah bilang kalau kamu takut gelap??" tanya raffa Aku hanya diam "lain kali kalau ada hal yang kamu takuti atau kamu gak suka kamu cerita sama aku ya" ucapnya
Aku hanya mengguk "yaudah sekarang tidur" ucap raffa "gamau... Aku takut pas aku tutup mata, lampunya mati lagi" ucap ku "gausah takut... Yaudah aku bakal tungguin kamu sampai kamu pulas..." ucapnya sambil mengelus rambut ku.
Aku pun tertidur dengan posisi memeluknya. Ia merangkul ku dan mengelus ngelus kepala ku agar aku segera tidur. Layaknya seorang ayah meniduri anaknya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
