kecewa

2 1 0
                                    

Hari demi hari berlalu begitu cepat sekali.

Aku sudah melewati semester satu di Universitas ini.
Aku dan raffa sudah sangat dekat.
Dan aku, aku di sini masih menunggu dhewa.

"gimana ta?? Di angkat??" tanya gisty teman dekat kuliah ku.
Aku mencoba menghubungi dhewa lagi.
Tapi masih sama, dia masih tidak mengangkat telpon ku.

"gak.... Keknya dia sibuk banget deh" ucap ku
"hmm mungkin aja... Btw besok lo jadi??" tanya gisty lagi.
"ya jadi lah... Raffa udah beli tiketnya masa gak jadi" ucap ku
"hmm yaudah hati hati ya, semoga lo cepetan ketemu sama dhewa..." ucap gisty
"aamiinn thanks ya gis" ucap ku
Gisty hanya mengangguk dan tersenyum.

Mulai besok aku libur kenaikan semester dua.
Ada waktu dua minggu untuk berlibu.
Aku meminta raffa untuk menemani ku ke jerman menemui dhewa.

"besok pagi kita ketemu di bandara langsung... Jangan telat karna penerbangan kita jam tujuh pagi" ucap raffa
"siaap pak dokter... " ucap ku

Aku langsung masuk ke rumah.
Aku berkemas, dan tidak sabar menunggu hari esok.

.
.
.

Ke esokan harinya aku sudah di bandara, aku menunggu raffa datang.

"duh raffa mana lagi... Lama banget bentar lagi kan berangkat pesawatnya" ucap ku saat itu.

Tak lama kemudian raffa muncul dari arah barat.
"kak raffa ayoo!!" teriak ku.

Raffa berlari kearah ku.
"kamu udah dari kapan di sini??" tanya raffa
"dari jam enam" ucap ku
"niat banget... Padahal masih dua puluh menit lagi kita berangkat..." ucap raffa
"ya gapapa... Biar gak ketinggalan..." ucap ku
"yaudah kita beli makanan dulu yuk buat di pesawat" ucap raffa.

Aku hanya mengangguk dan mengikuti raffa.






Dua puluh menit berlalu.
Kini aku dan raffa sudah di dalam lesawat dan kini pesawatnya sedang melaju di atas langit.

Aku menatap kota jakarta dari atas.
"waawww kalo malem bagus banget ya kak" ucap ku
"jangan panggil kakak lagi... Udah biasa aja make nama... Ya gitu lah gak kalah indahnya sama di seoul" ucap raffa
"hmm gitu emang kamu udah pernah ke seoul??" tanya ku
"waktu itu pernah buat pengobatan tumor ku dulu... Aku kira hanya seoul yang indah dari atas tapi nyatanya jakarta lebih indah dari seoul" ucap raffa
"kamu pernah sakit separah itu??" tanya ku
"iya dulu waktu aku smp kelas 8... Tapi sekarang aku udah di nyatakan bersih dari penyakit apapun kecuali maag" ucap raffa
"oh gitu... Syukurlah..." ucap ku.

Raffa hanya mengangguk.
"masih lama... Kamu lebih baik tidur dulu" ucap nya
"masih berapa lama lagi??" tanya ku
"sekitar dua tiga jam-an sih..." ucap nya
"yaudah kalau udah sampai bangunin aku ya" ucap ku yang langsung menyender ke jendela pesawat.

Kemudian, raffa memindahkan kepala ku agar kepala ku menyender ke bahu nya.
Saat itu tatapan kami bertemu.

"hmm udah tidur..." ucapnya sambil merangkul ku.

Aku pun mulai memejamkan mata ku.

Saat aku membuka mata lagi, aku sudah ada di bandara jerman.
Sepertinya raffa menggendong ku tapi dimana ia sekarang??

Mata ku mencarinya ke segala arah dan akhirnya aku menemukannya.
Ia sedang ada di loket.
Kemudian ia kembali pada ku.

"udah bangun??" tanya nya
"iya udah... Kamu yang gendong aku??" tanya ku
Dia hanya mengangguk.
"kenapa gak bangunin aku aja??" tanya ku
"kamu tuh bawel ta... Udah ayo, kita sekarang langsung ke kampusnya dhewa" ucapnya
"emang kamu udah tau??" tanya ku
"aku tau... Ayo" ucap nya.

Aku hanya mengikutinya.

.
.
.

Saat sampai di kampusnya dhewa aku sangat takjub, gedungnya sangat besar dan mewah.

Di sana sangat lah ramai, kemungkinan besar aku sangat sulit menemukan dhewa.

"raffa... Kita coba kesana yuk" ucap ku.
Raffa mengangguk.

Ketika aku berjalan ke arah kanan, aku sekilas melihat dhewa bersama wanita asal sini.

Ketika aku berjalan ke arah kanan, aku sekilas melihat dhewa bersama wanita asal sini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku mencoba menelpon ke no dhewa.
Dan aku menyaksikan sendiri bahwa handpon pria di hadapan ku itu sengaja di matikan.

Aku segera menghampiri dhewa.
"dhewa!!" panggil ku.

Ia menoleh.
Iya, dia menoleh.

"shabita??" tanya nya.

Mata ku sudah berkaca kaca menahan tangis.
Ia berjalan ke arah ku.
Aku langsung mendekat pada raffa dan menggandeng tangan raffa.

"kamu di sini?? Ngapain?? Kenapa gak kabarin aku dulu?? Kamu gak harus kesini... Aku hari ini akan terbang ke jakarta..." ucapnya
"kamu tanya aku kenapa di sini?? Ngapain?? Ya karna kamu lah!! Aku kesini buat kamu... Aku khawatir sama kamu!! Kamu juga tanya kenapa aku gak kabarin kamu?? Kamu liat seberapa banyak panggilan masuk dari aku... Atau emang sengaja kamu ga angkat karna kamu gamau ketauan aku main sama cewek itu... Iya??" tangis ku akhirnya pecah.

"kamu bicara apa ta?? Aku gak ada apa apa sama dia, hanya sekedar ngomongin tugas... Untuk masalah telpon dari kamu, gak ada... Baru 2 menit yang lalu ini... Liat!!" dia memberi kan handponnya pada ku.

Aku melihat memang tidak ada panggilan dari aku kecuali beberapa menit yang lalu.

"kenapa kamu ga pernah kabarin aku lagi??" tanya ku
"ya kan aku udah bilang... Aku sangat sibuk di sini..." ucapnya
"sesibuk itu kah buat ngirim pesan satu dua kali??" tanya ku

Kemudian wanita itu menghampiri dhewa dan menggenggam tangan dhewa.

"baby, are you doing?? Who she is??" tanya nya
"baby?? Apa yang dinamakan teman biasa ini baby?? Kecewa aku dhewa... Aku bukan wanita yang bodoh... Aku bisa bedain yang mana teman biasa yang mana bukan... Awalnya emang aku percaya tapi setelah kata kata dia tadk... Membuat aku tambah yakin kalau kamu dan dia bukan hanya sekedar teman biasa" ucap ku
"yang seharusnya kecewa itu aku... Kenapa kamu datang bersama pria asing?? Dia?? Dia yang sering ke rumah kamu... Yang sering antar jemlut kamu, yang sering temani kamu... Harusnya aku yang merasa kecewa kenapa kamu gak bisa jaga hati kamu buat aku??" tanya dhewa.

Raffa mulai berbicara
"heii bro... Gue sama bita gak ada apa apa... Asal lo tau, selama lo gak kasih kabar ke dia, dia sampe gak mood makan dia selalu mikirin lo... Dia yang maksa gue buat temenin dia kesini cuma buat mastiin keadaan lo... Dimana hati nurani lo?? Cewek yang selama ini setia nungguin lo di sana... Malah lo khianatin gini... Dimana otak lo... Gue fikir, seorang dhewa yang selama ini di bangga banggakan dan di ceritakan oleh bita itu beneran baik, dewasa, dan bertanggung jawab. Gak taunya beda jauh dari apa yang gue bayangin selama ini..." ucap raffa.

"lo ngaku!! Lo siapa nya dhewa??" tanya ku pada wanita yang di sebelah nya dhewa.
Aku bertanya memakai bahasa inggris dan dia menjawab memakai bahasa inggris juga.

"kekasih" jawabnya.
Seketika jantung ku ingin berhenti berdetak.

Aku tersenyum dengan derasnya air mata di pipi ku.
Aku menatap dhewa dan wanita itu.
Aku menggeleng dan langsung berlari sekuat mungkin tanpa memikirkann raffa yang aku tinggalkan.

Dhewa mencoba ingin mengejar ku tapi wanita itu menahannya.
"untuk apa??" tanya wanita itu.
"shabitaaa!!" teriak dhewa.
"lo banci, lo cupu, dan lo bocah!!" ucap raffa yang langsung mengejar ku.

.
.
.

remaja KuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang