4

5 1 0
                                    


Hari demi hari berlalu, aku sudah bicara semuanya pada dhewa dan ayah.

Dhewa sangat kecewa karna lusa aku menikah dengan ghalih.

"aku juga gak mau dhewa tapi gimana lagi... Ini permintaan terakhir ibu... Aku gak bisa tolak ini..." ucap ku
"hmm aku ngerti kok, kamu itu wanita terbaik yang pernah aku temui... Kamu selalu nurut perkataan orang tua mau seburuk apa pun orang tua kamu... Aku ihklas ko kamu nikah sama orang lain, tapi gak sama ghalih... Aku gak akan pernah bisa bahagia kalau kamu sama ghalih..." ucap dhewa sambil menatap ku dalam.

Ayah hanya bisa diam dan ikut meteskan air mata.

"tapi kenapa??" tanya ku
"ghalih bukan pria yang baik bita... Kenapa ibu kamu pengen banget kamu sama dia... Kita harus cari penyebabnya dulu... Kamu bisa minta waktu sama ibu kamu tiga hari lagi" ucap dhewa.

Saat itu aku bingung apa maksud perkataan dari dhewa tapi aku percaya aku dan dhewa bisa memecahkan masalah pernikahan ini.

.
.
.

Aku meminta hari pada ibu dan ibu setuju.
Dalam waktu tiga hari, aku dan dhewa mendapat cerita dari rere.

"iya bita... Dua minggu yang lalu, ada cowok kek so peduli gitu sama ibu lo... Dia ngirim beberapa suster tiap hari rutin datang ks rumah ibu lo... Terus pas ibu lo nganterin si cowok itu ke teras, gue liat si cowok itu kek ngancem ibu lo gitu... Teruss gue liat ibu lo kek ketakutan gitu jadi dia ngangguk" cerita rere

"tuh kan aku udah duga ta, ghalih tuh emang jahat banget... Kita harus hentiin ini semua... Kita ke rumah ibu kamu" ucap dhewa

Aku mengangguk.
Kami semua ke rumah ibu, baru sampai di depan gerbang kami melihat motornya ghalih terparkir di depan teras.

Kami memergoki ghalih sedang mencengkram rahang ibu dengan keras.
Aku, dhewa dan rere langsung masuk dan mendorong ghalih.

"oh jadi ini?? Kenapa ibu bisa mau banget nikahin gue sama lo!!! Lo tuh bner bner jahat ghal...  Gue gak nyangka sama lo.... Lo kenapa tega gitu aniaya ibu gue... Ibu gue lagi sakit!!!" bentak ku.
"heeeyy shabita... Dengerin ya, tiap hari nyokap lo itu makan, minum obat dan di urus sama orang suruhan gue... Apa gue ga boleh minta imbalannya lo..." ucap ghalih
"otak lo kemana sih ghal... Anjing emang lo!!" bentak dhewa yang sudah emosi sekali.

Dhewa menarik ghalih keluar dan berdu jotos.
Aku memeluk ibu dengan erat.

"ibu, kenapa ibu gak bilang smaa bita yang sebenarnya bu?? Maafin bita ya bu" ucap ku
"nggak bita, ibu yang salah .... Maafin ibu ya nak... Sekarang kamu bebas dari pernikahan itu... Dan ibu, ibu akan pergi dengan tenang... Selamat tinggal nak, semoga kamu mendapatkan kebahagiaan mu... Ibu mohon maaf kepada mu dan sampaikan juga kepada ayah mu..."

Setelah mengatakan itu dengan nada lemas, ibu langsung menutup matanya perlahan.
Aku menangis sekuat mungkin

"gak bu!!! Gaakkkk!! Ibu jangan pergiii!!!!" teriak ku saat itu.
"udah lah bita... Ihklasin... Sekarang lo telpon ayah lo, kita urus pemakaman ibu lo... Gue yang bawa ibu ke kamar" ucap rere.

Aku pun langsung menelpon ayah dan pergi ke luar memisahkan ghalih dan dhewa.

"stoooppp!!! Sttttooopp!!!" teriak ku.

Mereka berdua berhenti lalu menatap ku.
"kamu kenapa ta??" tanya dhewa

Ghalih langsung pergi dari rumah ku dengan secepat mungkin.
"ehhhk anjing!! Jangan lari lo!!" teriak dhewa
"dhewa udahhh!!" teriak ku

Dhewa berjalan mendekat ke arah ku.
Aku langsung memeluk dhewa dengan erat.

"kenapa??" tanyanya
"ibu udah gak ada!!! Ibu pergi!!" tangis ku tambah pecah.
"gak... Maksud kamu apa sih??" tanya nya
"ibu udah pergi...." ringis ku.

Dhewa ikutan sedih, dia melepaskan pelukan ku dan memukul tenbok rumah ku.

"aarrghhh ghalih sialaann!!" teriaknya.
"udah ... Ayo kita urus ibu... Sebentar lagi juga ayah datang" ucap ku.

.
.
.

Pukul 08.20

Kami sudah di pemakaman untuk memakamkan ibu.

Sebelum di masukan ke liang lahat aku mencium wajah ibu untuk terakhir kalinya.

"selamat jalan bu... Selamat jalan" ucap ku.

Jasad ibu pun di masukan ke liang lahat.

Sampai pemakaman selesai, aku, ayah, dhewa dan keluarga dhewa masih di situ.
Aku menangis memeluk papan nisan ibu.

"udah sayang, kamu jangan sedih gitu nanti ibu berat untuk pergi" ucap dhewa menenangkan aku.
"bita, dhewa mama sama papa pulang duluan ya..." ucap mamanya dhewa.
"ayah juga ada urusan penting ayah pulang duluan ya nak" ucap ayah

Aku dan dhewa mengangguk.
Mereka semua pergi tinggal lah aku dan dhewa di situ

"kamu mau gak ibu bahagia di sana??" tanya dhewa
Aku hanya diam.
"kalau kamu mau ibu bahagia, kita pulang ke rumah... Kita ubah rumah ibu jadi lebih baik lagi ...terutama kamu, kamu harus ihklaskan ibu... Ini tandanya allah sayang sama ibu kamu" ucap dhewa

Aku pun mengangguk.
Aku dan dhewa langsung kembali ke rumah ibu.

Di sana kami mengubah tata, dan posisi benda di dalamnya.
Dhewa menyuruh orang untuk mengubah cat rumah ibu.
Yang tadinya warna coklat, kini menjadi warna putih dan biru.

Barang barang peninggalan ibu aku tempatkan di ruangan khusus.
Tak hanya aku dan dhewa yang melakukan semuanya, tapi juga rere, dan teman teman rumah ku juga seperti nashwa, dan drini.

.
.
.

Pukul 15.00

Rumah sudah rapi.
Aku dan ayah kembali ke sini.

"makasih banyak ya kalian... Bentar, gue tadi masak sesuatu buat kalian..." ucap ku yang langsung membawakan masakan yang aku buat tadi.

"waaahh "ucap semuanya.
"ayo makan" ucap ku

Semua menyantap makanan ku.
Aku pergi ke ruangan khusus dimana isinya hanya barang barang milik ibu.

Aku mengambil bingkai foto ibu.
Lalu aku memeluknya dengan erat.
Aku mengingat saat saat ibu masih ada.

"gak boleh bita, kamu gak boleh minta minta... Jika di beri kamu ambil jika tidak di beri kamu jangan meminta"

"kamu itu sudah besar, sudah kelas sembilan smp jadi kamu harus lebih dewasa dalam bertindak"

"kamu itu anak yang baik ta, jadi kamu tidak mungkin melakukannya"

Aku mencium foto ibu dan tak terasa sebulir air menetes di pipi ku
"selamat jalan bu... " ucap ku.

Tak lama ayah masuk dan mengusap rambut panjang ku.
"sudah lah bita, kamu jangan sedih lagi... Jangan keseringan masuk ke ruangan ini , nanti kamu bisa bisa setress memikirkan ibu mu terus... Kamu boleh kesini jika kamu merindukannya" ucap ayah
"iya ayah" ucap ku

Aku meletakan kembali bingkai foto ibu.
"ayo sekarang kita keluar..." ucap ayah.

Aku dan ayah pun keluar dari ruangan ibu.
Ayah yang mengunci ruangan itu dan ayah pula yang membawa kunci ruangan itu.

Dari sejak itu aku sudah tidak ke ruangan itu lagi.
Dari sejak itu pula aku membuka lembaran baru, aku hanya fokus pada kuliah ku.

S
   K♥
      I♡
        P♥




remaja KuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang