drop

7 2 0
                                    


Setelah sebulan aku dan ayah pergi dari rumah, aku mendapat telpon dari rere sahabat rumah ku yang dulu.

Ibu sakit, katanya ibu depresi.
Aku dan dhewa mencoba ke rumah ibu.

Saat aku masuk ke dalam rumah, aku berasa ada di tempat asing karna saat itu rumah sangat gelap, banyak barang pecah, berantakan, dan berdebu.

Dhewa menunggu di ruang tv aku langsung masuk ke kamar ibu.

Aku melihat ibu sedang merengkol di ranjang nya memakai selimut milik ku.

Rambut ibu berantakan dan wajah ibu sangat pucat.
Aku duduk di bawah ranjang ibu dan mengelus ibu dengan lembut.

Di situ aku menangis.
"bu, kenapa ibu bisa kek gini?? Apa sebabnya bu?? Bita sedih..." ucap ku

Tanpa ku sadari saat itu, dhewa memperhatikan aku.

Aku menemukan sebuah surat yang di genggam ibu.

Shabita my dear

Ibu sayang sama kamu nak...
Ibu kangen sama kamu
Kenapa kamu pergi dari sini
Kenapa kamu lebih memilih ikut sama ayah kamu...

Di sini ibu sendiri
Sepi
Hidup dalam ke gelapan
Maafin ibu yang selalu kasar dan keras sama kamu.
Ibu sayang sama kamu nak
Pulang sayang...
Pulang...

Ibu menanti kamu di sini...
Ibu selalu menanti kamu
Sampai akhir hayat ibu ....

Aku menangis membaca surat itu.
Aku mengecek keadaan ibu.
Suhu tubuhnya sangat panas.

Ibu membuka matanya perlahan.
"kamu??!!! Ngapain kamu di sini??!! Pergi!!! Saya kan sudah bilang saya gak akan izinin kamu nginjekin kaki kamu kesini lagi....!!! Untuk apaa!! Untuk mentertawakan keadaan saya yang seperti ini!!!" bentak ibu pada ku.

Aku menangis, aku bisa melihat luka dari mata ibu.
Aku ingin rasanya memeluk ibu.
Tapi ibu terus terusan memukul ku memakai bantal.

Akhirnya aku keluar dari kamar ibu
Aku langsung memeluk dhewa karna aku butuh tempat sandaran

"kamu kenapa??" tanya dhewa
"ibu... Aku sedih sama ibu... Kondisi ibu makin gak karuan... Ini semua salah aku" ucap ku

Dhewa memeluk ku dengan erat sekali.
"kamu yang sabar ya... Mungkin ibu setress dengan semua ini... Lebih baik kita beresin semua ini lalu kita pergi" ucap dhewa

Aku hanya mengangguk.
Dia mengusap air mata ku, lalu mengecup kening ku.

Sebenarnya saat itu aku dan dhewa sudah berpacaran sejak seminggu yang lalu jadi ya gitu.

.
.
.

Malam pun tiba

"maaf ya om kita baru pulang"ucap dhewa
"kalian dari mana saja emangnya??" tanya ayah
"kita abis dari rumah ibu yah... Soalnya tadi bita dapet kabar dari rere kalau ibu drop... Dan saat kita sampai sana, benar... Ibu depresi... Ruamh jadi kapal pecah, dan ibu juga marah marah bahkan mengusir bita" ucap ku
"itu lah harusnya dia tidak seperti itu pada kita ... Jadi begini kan jadinya..." ucap ayah
"ayah ko begitu sih... Gimana pun juga kan ibu itu ibu aku mau segalak apapun dan sekeras apapun dia tetep itu aku ayah..."ucap ku
"tapi karna dia kamu gak pernah bahagia... Ayah bukan melarang kamu untuk bertemu deangan ibu mu, tapi ayah cuma tidak ingin kamu di sakiti olehnya" ucap ayah
"insyaallah gak ayah... Bita lelah, mau istirahat... Dan kamu dhewa... Makasih ya udah temenin aku dan anterin aku pulang aku masuk duluan... Daah" ucap ku yang langsung masuk ke dalam rumah.

.
.
.

Hari ini adalah hari UN ku.
Aku meminta doa dari ayah namun rasanya tidak enak jika tidak mendapat dari doa seorang ibu.
Aku ke rumah ibu bersama dhewa tapi kini dhewa hanya menunggu di luar.

Aku masuk dan melihat ibu menjadi kurus kering.
Ia sedang menatap ke jendela kamarnya dengan tatapan kosong.

"bu..." panggil ku pelan
"untuk apa kamu kembali kesini??" tanya ibu yang sama sekali tidak menoleh ke arah ku.
"aku ingin meminta doa pada ibu, hari ini aku Ujian Nasional.... Sebentar lagi aku lulus bu" ucap ku
"jika benar begitu maka pergi lah... Nanti kamu telat" ucap ibu dengan datar.
"ibu mau kan doain bita??" tanya ku
"ibu akan mendoakan kamu jika kamu mau mengikuti permintaan ibu untuk terakhir kalinya" ucap ibu

Saat itu aku masih tidak mengerti apa yang di bicarakan ibu.

"maksud ibu??" tanya ku
"ibu ingin melihat mu menikah sebelum ibu pergi, jadi ibu ingin setelah sehari UN kamu harus menikah dengan ghalih..." ucap ibu
"ghalih??" tanya ku.

Aku jadi teringat beberapa waktu yang lalu ghalih menjebak ku dan hampir saja merenggut kesucian ku.
Aku kini membencinya tapi kenapa ibu ingin sekali aku menikah dengannya.

.
.
.

remaja KuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang