"Salahkah jika ingin melihat sahabat kita dalam keadaan baik-baik saja"~Putri Alviana
××××××××××🥀🥀🌺🌺🥀🥀×××××××××
Sepi, gelap mencekam hanya tersisa tubuh yang dipeluk malam, menggigil kedinginan. Sudah hampir 3 hari Ica mengalami demam tinggi, sakit kepala, sakit perut, tubuhnya lemas, ada lingkaran hitam dibawah mata menandakan bahwa ia kurang tidur. Semenjak 1 bulan yang lalu mendapat berita bahwa Om dan Tante nya mengalami musibah, menjadikan Ica harus lebih giat lagi bekerja untuk menunjang pengobatan bundanya. Fisik yang selalu digunakan untuk bekerja, otak yang terus dipaksa berfikir, pola makan tidak teratur dan istirahat yang sedikit membuat Kondisi tubuhnya drop.
Siang ini matahari bersembunyi dibalik awan, pukul 7 pagi Ica berangkat ke kampus menggunakan kendaraan umum karena ia tidak mungkin dalam keadaan seperti ini menggunakan sepeda motor. Ditengah sakitnya, ia tetap melakukan aktivitas seperti biasa. Setelah 15 menit Ica sampai di depan gerbang kampus dan melihat bahwa Putri juga baru sampai.
"Ca, kenapa harus masuk?muka Lo pucet banget, kenapa bandel si kalo dibilangin"ucap Putri khawatir melihat Ica, sahabatnya itu keras kepala.
"Ini udah baikan ko, lagian kalo gue kebanyakan gak masuk. Itu akan berpengaruh terhadap beasiswa gue Put"jawab Ica dengan senyuman menenangkan.
"Udah ke dokter?"tanya putri memastikan bahwa Ica sudah memeriksa kondisinya.
Hanya gelengan yang Putri dapatkan dari orang yang ada dihadapannya.
"Pulang kita kedokter!"jawab Putri tanpa bisa dibantah.
Sepanjang perjalanan Putri selalu berbicara pada Ica. Ia sudah seperti ibu-ibu yang sedang menasehati anaknya. Ica tidak boleh telat makan, tidak boleh begadang, istirahat dengan cukup, tidak boleh kelelahan dan masih banyak lagi. Sifat cerewet sahabatnya muncul saat-saat seperti ini.
"Put udah ya, Lo udah mirip dengan ibu-ibu yang suka marahin anaknya kalo bandel"
"Biarin aja, ini akibatnya karena Lo ga mikirin kondisi tubuh Lo sendiri. Pokoknya Lo tuh harus banyak istirahat, Lo ha-"
"Udah ah gue masuk dulu, bye assalamualaikum"Ica memotong perkataan putri, kupingnya sudah panas mendengar putri berbicara terus.
"Waalaikumsalam"
"Ish, GUE BELUM SELESAI NGOMONG ICA, menyebalkan"putri menghentakkan kaki karena kesal Ica meninggalkannya begitu saja.Selama pelajaran berlangsung Ica sama sekali tidak fokus pada materi yang di sampaikan oleh dosen. Setiap kali ia menerima informasi, kepalanya selalu berdenyut sakit.
Tepat pukul 10 Ica sudah keluar dari kelasnya,"Aishhh"gadis itu meringis berusaha menahan sakit yang kembali menyerang kepalanya. Penglihatannya mulai tidak jelas.
Drrtt drrtt
Suara ponsel berdering mengganggu waktu santai seorang gadis yang sedang membaca buku, kelas kosong karena dosen yang mengajarnya sedang ada halangan menyebabkan tidak bisa datang.
"Hallo, assalamualaikum. Dengan Putri cantik disini"jawab Putri dengan ceria.
"..."
"Apa?!ok, aku on the way"kata Putri dengan panik.
Berjalan tergesa-gesa di lorong rumah sakit dengan cemas, gadis berusia 20 tahun itu memasuki ruang rawat nomor 125 dan mendapati sahabatnya yang terbaring lemah tak sadarkan diri dengan selang infus yang tertempel di tangannya.
Putri menduduki kursi yang tersedia di sisi ranjang"Lo selalu buat semua orang khawatir Ca, gue bilang juga istirahat tapi Lo batu"setelah menunggu selama 10 menit akhirnya Ica siuman.
"Alhamdulillah, Lo sadar juga"ujar Putri
"Dimana?"tanya Ica dengan suara serak, tenggorokannya kering.
"Rumah sakit, tadi Lo pingsan dan ka Farhan yang bawa Lo kesini"Putri menyodorkan segelas air putih dan langsung diminum oleh Ica.
"Tapi tadi dia langsung balik lagi ke kampus, katanya ada kelas"lanjut putri mengerti tatapan mata Ica seolah mencari keberadaan orang yang menolongnya. Putri sempat bertemu dengan Farhan di depan kamar rawat Ica, ia menanyakan bagaimana Ica bisa pingsan dan Farhan menjelaskan bagaimana kronologisnya sampai Ica dilarikan ke rumah sakit, tidak lama Farhan pamit untuk kembali ke kampus.
"Hmm"jawab Ica, kondisi tubuhnya masih lemas, ia kembali berbaring.
Setelah Ica siuman dari pingsannya, Putri segera menekan tombol yang memang tersedia di samping tempat tidur. Tombol yang terhubung untuk memanggil perawat tanpa repot-repot harus keluar, Berdasarkan gejala yang dialami oleh Ica, Dokter mengatakan bahwa Ica harus di rawat inap kurang lebih 5 hari karena ia terkena tifus.
"Kalau begitu saya permisi, selamat siang"ucap dokter tersebut setelah melakukan tugasnya terhadap pasien.
"Put ga usah di rawat ya, di kasih obat aja nanti sembuh ko"ucap Ica memelas.
"Ga ca, Lo udah denger tadi dokter bilang apa"jawab Putri final.
"Tapi put-"
"Bisa ga si sekali aja kamu tuh nurut, kalo emang kamu udah gak peduli sama tubuh kamu. Seenggaknya pikirin masih ada Tante Zainab yang butuh kamu. Kamu tahu itu. Ingat!, kamu bukan robot, kamu manusia biasa yang punya rasa lelah. Stop untuk menyiksa diri sendiri. Toh yang sakit kamu yang ngerasain juga kamu bukan aku!Jangan heran kalau aku berbicara seperti orang bodoh! Mau bagaimana lagi biar kamu bisa memahami maksudku."Putri menghela nafas lelah"sekarang terserah mau kamu apa"ucapnya dingin dan meninggalkan Ica.
Dan saat Putri sudah menggunakan panggilan aku-kamu, Ica tahu bahwa gadis itu serius dengan ucapannya.
****
Putri tidak menyesal meninggalkan sahabatnya sendirian, bagaimanapun Ica harus sadar dengan apa yang dilakukannya. Ia harus pergi karena ada beberapa urusan yang harus di selesaikan sekarang, namun tasnya tertinggal di ruangan Ica, dengan terpaksa ia kembali untuk mengambil tas tersebut.
Putri memasuki kamar tersebut, Tidak menghiraukan orang yang berada di atas ranjang. Gadis itu tersenyum, namun Putri membalas dengan wajah datar.
"Put-"
"Gue pulang"setelah menemukan tas yang terletak di meja samping ranjang, ia mengambilnya dan keluar tanpa melihat kepada Ica melirik pun tidak.
Saat Putri ingin membuka pintu langkahnya terhenti karena mendengar suara Ica namun tak berlangsung lama ia tetap melangkah pergi.
"Maaf"dengan suara pelan namun karena ruangan hening Ica yakin Putri mendengarnya.
Seseorang mengetuk pintu ruang rawat dan muncullah sosok wanita paruh baya.
"Bi Inah ko tau Ica disini?"ucap Ica
"Tadi neng Putri hubungi bibi, buat jagain neng di sini"
Sekesal-kesalnya Putri dengan Ica , ia tidak mungkin membiarkan sahabatnya sendirian dalam kondisi sakit. Terimakasih Put,Lo emang terbaik.batin Ica
"Loh loh neng Ica ko nangis, ada yang sakit? Biar bibi panggilkan dokter ya"ucap bi Inah bingung karena melihat Ica yang tiba-tiba menangis.
Mengusap ujung matanya yang berair Ica terkekeh melihat bi Inah yang panik.
"Ica gapapa ko bi, ga ada yang sakit juga. Ica hanya ingin istirahat"
"Yasudah, neng makan dan minum obat dulu biar nanti langsung istirahat"ucap bi Inah
××××××××××🥀🥀🌺🌺🥀🥀××××××××
Tekan tombol pojok kiri bawah gaess 😍😍
KAMU SEDANG MEMBACA
Janji-Nya
SpiritualJika kamu menemukan cerita ini semata-mata bukan karena kesengajaan tapi karena Allah menuntun jarimu untuk membaca kisah ini dan mengambil manfaat dari cerita ini Penasaran? Tunggu apa lagi Published : 11 February 2019 End : -