Chapter 10 - Benarkah?

82 2 0
                                    

Happy reading guys 😉

××××××××××🥀🥀🌺🌺🥀🥀×××××××××

Sudah 2 Minggu ia berada di Singapore menemani bundanya berobat, selama itu pula Arsyad pulang pergi Indonesia-singapore. Kadang Ica khawatir dengan kondisi tubuh Arsyad yang  terlalu di forsis. Om dan tantenya baru sekali ke sini karena mereka mempunyai pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan dan Aisyah yang memantau kondisi Zainab lewat Arsyad atau sesekali menghubungi Ica. Seperti saat ini Arsyad yang baru tiba dari Indonesia. Guratan wajahnya menunjukkan bahwa ia kelelahan namun ia tetap menampilkan senyum ramahnya.

"Bagaimana kondisi Tante Zainab ca?"tanyanya ketika tiba dihadapan ranjang rawat.

"Alhamdulillah, semakin hari bunda membaik dan ini berkat bantuan mas Arsyad"jawab Ica tersenyum.

"Saya belum makan siang apakah kamu ingin ikut?"tanya Arsyad menawarkan untuk makan siang bersama.

"Tenang saja, disana tidak hanya kita berdua ada Habibi juga"ucap Arsyad yang mengetahui apa yang dipikirkan oleh Ica.

Ica balas dengan anggukan dan tersenyum malu  karena Arsyad mengetahui apa yang menganggu pikirannya.

Arsyad berjalan menuju kantin yang diikuti oleh Ica dibelakangnya. Mereka seperti atasan dan bawahan namun mereka sama-sama mengetahui bahwa hal ini salah satu untuk mencegah dari fitnah.

"Akhirnya kalian datang juga, gue hampir mati kelaparan nungguin kalian"ucap Habibi ketika mereka berada di hadapannya.

"Sorry nunggu Lo lama"jawab Arsyad merasa bersalah.

"Ok, sebaiknya kita cepat pesan makan supaya gue dapet amunisi yang banyak"ucap Habibi

Mereka makan dengan keheningan, setelah mereka memesan makanan penutup untuk menemani obrolan mereka, Ica sempat berpikir bahwa Habibi adalah sosok yang kaku namun ia salah, Habibi justru sosok yang hangat dan humoris ketika berhadapan dengan sahabatnya.

****

"Sepertinya saya harus kembali ke Jakarta nanti malam karena entah bagaimana ada masalah dirumah sakit sana padahal ketika pagi saya tinggal semua baik-baik saja"ucap Arsyad menyampaikan maksudnya.

"Apa tidak sebaiknya mas menjenguk bunda seperti ummi, saya tau mas juga mempunyai kesibukan di rumah sakit yang ada di Indonesia, bukan maksud saya tidak tahu diri dengan memerintah, namun melihat mas pulang pergi Jakarta-singapore selama 3 kali seminggu, saya hanya takut kondisi kesehatan mas Arsyad juga terganggu"jawab Ica menunduk karena ia tidak berani melihat wajah Arsyad, ia begitu lancang mengucapkan hal seperti ini.

Arsyad tersenyum tipis melihat Ica yang enggan menatap wajahnya. Manis.ujarnya dalam hati

"Semasa kuliah saya sering melakukan perjalanan seperti sekarang, selama saya menjaga pola hidup saya dengan benar, insyaallah saya akan baik-baik saja, lagi pula saya yang menyarankan Tante Zainab untuk berada disini dan saya akan bertanggung jawab hingga kondisi Tante Zainab membaik"ucap Arsyad tersenyum

"Dan mungkin untuk beberapa saat saya tidak bisa kesini, jagalah dirimu dan bunda Zainab"entah kenapa ada perasaan sedikit kecewa mendengar penuturan Arsyad tersebut.

****

Ada perasaan aneh saat ini yang di rasakan Ica, perasaan kehilangan, mungkin. Arsyad tidak mengunjunginya. Bolehkah ia khawatir karena tidak biasanya Arsyad seperti ini.

Seorang dokter dan perawat masuk ke dalam kamar rawat Zainab dan mengagetkan Ica dari lamunannya.
Setelah melakukan pemeriksaan terhadap bundanya Ica menghentikan dokter itu yang ingin keluar.

"Dokter?"ucap Ica gugup

"Ya ?"Ica meremas sisi gamis nya demi menghilangkan rasa gugup.

"Ada yang menganggu pikiranmu?"ucap dokter bernama Habibi itu karena melihat Ica yang begitu gelisah.

"Em- apakah ada kabar dari mas Arsyad?"Ica menunduk malu atas apa yang ia tanyakan kepada dokter muda itu.

Habibie terkekeh melihat Ica yang tampak malu-malu.

"Apa kamu merindukan sahabat saya?"ucap Habibie menaik turunkan alisnya, berniat menggoda.

Ica membelalakkan matanya, bagaimana bisa Habibie berpikir seperti itu.

"Eh- tidak dok, saya hanya menanyakan. Soalnya sudah seminggu ini mas Arsyad tidak datang, saya hanya takut terjadi sesuatu"ucap Ica panik

"Hey, kamu tak perlu panik. Karena saya pun hanya bercanda"ucap Habibie tertawa melihat Ica yang panik.

"Arsyad memang sempat menghubungi saya, dia tidak bisa datang kesini karena kondisi kesehatannya yang sedikit terganggu. Saya juga sempat khawatir dengan itu namun dia bilang dia baik-baik saja dan kabarnya hari ini dia pulang setelah di opname selama 5 hari dan sepertinya Arsyad harus benar-benar bad rest karena terlalu kelelahan"ucap Habibie jujur mengenai kondisi Arsyad saat ini.

Ica tertohok mendengar penjelasan Habibie, rasa bersalah memenuhi dadanya. Ini semuanya karena keluarganya, Arsyad kelelahan karena mengurusi keluarganya. Ia hanya merepotkan keluarga Arsyad saja.

"Kalau begitu saya permisi, assalamualaikum"pamit dokter tampan itu melenggang pergi

"Assalamualaikum ummi?"salam Ica ketika sambungan telepon nya diangkat.

"Wa'alaikumsalam sayang, tumben sekali Ica menghubungi ummi terlebih dahulu, apakah terjadi sesuatu dengan bunda Ica?" Jawab Aisyah terheran

"Tidak ummi, Alhamdulillah kesehatan bunda mulai membaik"

"Lantas ada apa sayang?"

"Ica hanya ingin menanyakan kabar mas Arsyad ummi, karena Ica dengar dari dokter Habibie bahwa mas Arsyad jatuh sakit"

"Maaf ya sayang, ummi sengaja tidak memberitahu tentang Arsyad soalnya ummi takut membebani pikiran kamu, ummi tidak mau Ica merasa bersalah"

"Tapi ummi ini memang gara-gara keluarga Ica, mas Arsyad sakit karena memaksakan tubuhnya untuk pulag pergi Jakarta Singapore, maafin Ica ummi, Ica sudah banyak merepotkan. Ica..." Ica tak mampu melanjutkan kata-katanya, ia terisak-isak karena rasa bersalah itu terus memenuhi hati dan pikirannya.

"Ica mengkhawatirkan Arsyad?"tanya Aisyah lembut

"Iya um-mi"jawab Ica tersendat oleh tangisnya.

"Ica tidak ingin Arsyad kenapa-napa?"

"Iya"

"Ica sayang sama ummi?"

"Iya ummi, Ica sayang"Dibalik telpon Aisyah tersenyum hangat

"Ica menyayangi putra ummi"

"Iya- eh, ummi tadi tanya apa?"ucap Ica gagap karena perkataan Aisyah.

"Ahahaha tidak sayang, lupakan saja"ucap Aisyah masih dengan sisa tawanya. Aisyah sengaja menjebak Ica dengan pertanyaan karena ia ingin mengetahui jawabannya entah Ica sadar atau tidak, namun ia yakin bahwa Ica sudah mulai membuka hatinya untuk putra kesayangannya itu.

Aisyah Berdehem untuk menghentikan tawanya"nak Arsyad laki-laki yang baik, dia orang yang bertanggung jawab dan insyaallah agamanya pun baik, ummi berbicara ini bukan semata-mata karena Arsyad putra ummi. ummi sadar bahwa Arsyad mempunyai rasa ketertarikan pada Ica dan sepertinya jika Ummi tidak salah Ica pun seperti itu, ummi hanya ingin memberikan yang terbaik untuk kalian"

Deg

Jantung Ica berdegup kencang, Ica merasakan panas dingin mendengar penuturan Aisyah. Apakah itu benar, bahwa ia tertarik. Pikirnya

××××××××××🥀🥀🌺🌺🥀🥀×××××××××

Vote and comment nya di tunggu

Janji-NyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang