Justru Karna Kamu

657 71 4
                                    

Author POV

Gun bangun dengan sangat malas, ia benar-benar merasa tak semangat, karna tidur sendirian, biasanya bangun tidur kan semangat soalnya ada yang bisikin kata sayang, menjurus Gombal yang membuat pipinya bersemu merah. Kadang diiringi kecupan lembut yang membuat degup jantungnya marathon di pagi hari.

Gun mandi kilat lalu membuat sarapan seadanya.

...

" Gun..." Bay berlari kecil menuju Gun, dari semalam ia begitu khawatir terhadap May yang tidak ada kabar, dan ia berharap Gun tahu kabar satu sahabatnya itu.

" Ahhh May baik-baik saja, kemarin aku sempat bertemu dengannya. Mungkin ada masalah tentang ponselnya." Kata Gun seadanya.
" Oh syukurlah kalau begitu. Ehmmm kamu baik-baik saja kan?"
Bay melihat sudut bibir Gun terluka, bahkan hidung Gun pun terluka.

Gun tersenyum menandakan ia baik-baik saja. Yah Gun tidak berbohong, fisik Gun yang setengah babak belur tidak ada apa-apanya dibandingkan sakit hatinya menerima fakta bahwa sahabatnya jatuh cinta padanya. Ia bahkan tidak sanggup bertemu dengan gadis itu. Tak sadar bahwa Bay memandang Gun dengan tatapan kasihan. Ia tak tahu apa yang dipikirkan oleh Gun, yang bisa ia terka alasan kemurungan Gun ini sebagian besar karna May.

" Bay, aku mau tanya satu hal padamu." Tiba-tiba Gun memandang Bay dengan rasa penasaran.
" Apa?" Tanya Bay.
" Kau tahu siapa lelaki yang disukai May?" Gun ingin mengetes apa sahabatnya ini tahu soal perasaan May?

" Dia suka kamu Gun." Jawab Bay santai.
Sedangkan Gun, dia merasa shock. Sesantai ini.
" Kenapa kalian nggak pernah ada yang bilang?" Tanya Gun sedikit marah karna merasa dibodohi oleh kedua sahabatnya.

" Justru itu karna kamu, karna kamu adalah sahabat kami. Bagaimana kami bisa sebegitu jujur jika itu menyangkut perasaan lebih dari sahabat ke sahabatnya sendiri? " Kata Bay dengan nada penuh pengertian.
Sedang Gun hanya tertawa masam, ia tak menyangka dia sebodoh itu tak pernah peka.

" Jangan menyalahkan siapa-siapa, dan jangan seolah merasa kau tak pernah ada di posisi May." Gun mendadak kelu, ia sadar benar dengan arah pembicaraan Bay.

Gun menatap Bay dengan penuh penuntutan.
" Aku tahu kau juga pernah ada diposisi May, bedanya kau tak akan merasa terlalu terluka seperti May. Jadi jangan salahkan siapapun. Kalian hanya butuh waktu." Kata Bay lalu beranjak pergi dari hadapan Gun, menyisakan Gun yang kepalanya mulai dipenuhi oleh May.

...

" May." Sapa Gun saat masuk ke Aula.
" Hai Gun, ada apa?" Tanya May dengan tersenyum lebar menyambut Gun.
Sepertinya May sudah baik-baik saja.

" Bagaimana keadaanmu?" Tanya Gun sembari duduk di depan May, memperhatikan May yang sedang sibuk.

" Baik Gun." Kata May dengan perasaan sedikit heran, kenapa tiba-tiba Gun begini.
Ia tak ingat tentang semalam.

" Gun? Kenapa sudut bibirmu terluka dan juga pipimu memar?" Tanya May khawatir lalu memegang luka Gun.
" Tak apa, ini tak terlalu sakit kok." Kata Gun sambil tersenyum. Ia terus memandang May dengan tatapan yang sulit diterjemahkan, bahkan May juga jengah dipandangi. Ia pun mengalihkan pandangan dari Gun.

" Jangan bertindak bodoh lagi, jangan mudah percaya pada orang. Semua cowok itu brengsek." Kata Gun dengan begitu tegas. May terkejut, apa maksud Gun sih.

" Kamu ngomong apa sih? Aneh banget pembahasannya, lagipula kamu sendiri kan cowok. Ngakuin kalo kamu brengsek?" May tertawa, menurutnya itu lucu.
" Aku emang brengsek juga sih yah." Jawab Gun lalu mengalihkan pandangannya ke atas melihat langit-langit atap.

" Kamu bukan cowok brengsek kok Gun. Kamu sahabat terbaiknya aku." kata May. Jujur ia tak paham dengan sikap Gun hari ini. Tapi May jujur bahwa Gun memang bukan cowok brengsek.
" Aku brengsek karna nyakitin sahabat yang niatnya kujaga." Kata Gun begitu lirih.
May terdiam, ia sungguh tak mengerti mengapa Gun seperti ini.
" Jujur deh Gun, kamu kenapa sih? Aku khawatir nih." Kata May kesal, sungguh ingin rasanya ia mengguyur kepala Gun pakai air es. Biar omongannya nggak muter-muter Mulu kaya Komidi putar.

" Aku nggak mau minta maaf ke kamu soal aku yang nggak peka sama perasaanmu yang selama ini menyukaiku." Kata Gun sambil menatap mata May.

Sedang May, sudah dipastikan lidahnya terlalu kelu, bahkan nafasnya mulai melambat karna dadanya terasa menyesakkan.

" Aku nggak perlu minta maaf, tapi aku cuma bakal berterimakasih sama kamu atas perasaan itu. Tapi May, harusnya kamu menjaga batasan itu. Kita ini hanya sahabat, kenapa kamu harus melewati batasan itu?" Tanya Gun tajam. Sadar ataupun tidak, kata-kata Gun merobek hati May yang sudah terlalu rapuh dan lelah.

" Aku cuma kasihan sama kamu yang akhirnya jadi terluka sendirian. Tapi aku nggak marah kok, hanya saja aku berharap kamu lupain aku yah secepatnya. Aku nggak mau nyakitin sahabatku lebih dari ini." Kata Gun lembut. Tapi ia tidak tahu bahwa May lebih terluka karna omongan Gun.

" Bicaralah May." Kata Gun masih menunggu May berbicara.

" Aku nggak tau kamu ngerti darimana soal perasaanku. Tapi Gun satu hal yang harusnya kamu tahu disini, kamu nggak berhak menilai apapun yang menyangkut perasaanku. Kamu tahu Gun? Kata-katamu barusan yang katanya nggak mau menyakitiku, nyatanya justru kata-katamu menghancurkan ku." Kata May dengan begitu emosi.

Dia merasa hina akan perasaan yang ia jaga begitu tulus. Ia bahkan tak pernah berharap Gun mengasihaninya. Ia bahkan berharap Gun tidak pernah tahu tentang apa yang ia rasakan, hingga ia bisa menghilangkan dan membunuh rasa itu tanpa harus Gun tahu.

Ini lebih menyakitkan daripada kenyataan ditolak.

May membereskan peralatannya lalu meninggalkan Gun begitu saja. Dadanya terasa sesak karna ia merasa dirinya begitu buruk.

Apa salahnya jatuh cinta? Meski itu pada sahabat sendiri sekalipun.

Sedangkan Gun masih terdiam tak beranjak dari tempatnya. Masih memandang pintu yang ditinggalkan sahabatnya.

Gun merasa bodoh, tapi Gun berharap dengan melakukan ini, May bisa segera melupakannya.

Ketika kau berharap melupakan sesuatu yang menyakitkan, maka bencilah rasa sakit itu hingga kau memiliki kekuatan untuk melawan rasa sakit itu.

Meski yang Gun tahu, mungkin setelah ini May akan membencinya, tapi Gun sadar, itu lebih baik daripada terus menerus membuat May terluka.

Yah semua pembicaraan ini adalah omong kosong, tapi itu ia lakukan agar gadis itu bisa melupakannya.

...

Saat di apartemen, Gun melihat Off yang sedang tertidur di sofa dengan tubuh terduduk, dan tv menyala.

Gun mendekat lalu memeluk tubuh off, hingga Off merasa terganggu dan membuka mata.

" Aku merasa begitu bodoh karna menyakitinya." Kata Gun, ia semakin mengeratkan pelukan, mencari kehangatan agar hatinya yang begitu dingin bisa jadi hangat.

" Apapun yang menurutmu benar, aku akan selalu percaya padamu." Kata Off sambil mengelus kepala kekasih nya dengan sayang.

Ia tak perlu bertanya apapun, bahkan ia tak perlu tahu apa yang membuat kekasihnya menangis dalam dekapannya kali ini. Karna yang cukup Off lakukan adalah, selalu ada untuk Gun dalam setiap keadaan tanpa harus kepo.

Memang sakit melihat kekasihnya terluka seperti ini, tapi bukankah luka yang akan mengajarkan banyak hal dalam hidup ini. Dan setiap luka sudah pasti akan ada penawarnya.

" Karna akan selalu ada ganti untuk setiap rasa sakit."

Author POV End.

...

Aduh up dini hari lagi wkwk
Btw ada yang aneh gak sih sama series ini?
Wkwk authornya ajah aneh, yah jelas serienya ikut aneh haha.

Oke sekian, Author gak bisa komentar sama chapter ini.

Saran dan kritik diterima dengan senang hati.
Terimakasih atas saran dan votenya yah.

Saranghae...

Oh iya, chapter depan full offgun
Sorry buat yang nggak suka chapter May or Bay

Cerita Tentang KITA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang